Ini matahari yang tertutup awan gelap. Ini pelangi yang enggan menyebar karena badai. Ini hati yang hampa dengan sebuah kenyataan.
Aku tenggelam dalam kesakitan. Menangis dalam diam, berteriak dalam bisu, melihat dalam gelap, dan memeluk dalam semu. Itu jurang, dan aku terjun padanya.
Kamu nafasku, detak jantungku, dan kebahagianku. Ini aku, baju zirahmu, pedang tajammu, dan tameng besimu.
Wahai kekasih... Aku mencintaimu...
***
Vero duduk di sofa, menunggu Juan kembali ke ruangan. Ini makin tidak benar. Sejak Lala mengetahui pertengkarannya dengan Juan, perasaannya mulai tidak nyaman.
Lala adalah mutiaranya. Sepenuh hati dia menjaga gadis itu dari segala macam kesakitan. Jika karena masalahnya dan Juan menjadikan Lala korban, sudah jelas dia juga ikut kesakitan.
Setelah kecelakaan yang dialami Lala delapan tahun lalu, ingatan gadis kecilnya mengulang pada hari dua bulan sebelum kecelakaan dan drama tangis perginya kakak Vero bersama suaminya. Hari kecelakaan itu terjadi adalah hari terkelam bagi Vero setelah dirinya kehilang bayinya. Dia melihat Lala ikut menangis kesakitan menahan pukulan fisik, tapi gadis kecil itu benar-benar mutiara, masih rela mengejar orang yang dia anggap orang tua.
Dan sejak Lala membuka mata, meskipun kehilangan sebagian ingatan, Vero berjanji akan melakukan semua hal terbaik bagi Lala. Menyembunyikan semua kenyataan agar gadis kecilnya tidak kesakitan lagi. Dan sekarang, Vero resah, takut Lala mendapatkan ingatannya lagi.
Vero menoleh saat pintu ruangan Juan terbuka, menampakkan pria itu dengan setelan jas, berjalan dengan sekertarisnya.
Juan memberikan isyarat agar sekertarisnya keluar. "Ada apa?" tanya pria itu duduk di kursi kebesarannya.
"Ini tentang kemarin. Kamu harus bisa mengontrol emosi lain kali," kata Vero tanpa basa basi. Menunjukkan sikap angkuh dengan bersedekap dan menyilangkan kakinya.
"Kenapa? Karena Lala?"
Mata Vero menatap tajam pada Juan yang kini menatapnya remeh. "Dia anak kamu Juan. Harusnya kamu bisa sayang sama dia."
Kali ini Vero melihat Juan bangkit dan berjalan cepat ke arahnya. Meletakkan kedua tangannya mengurung tubuh Vero.
"Itu karna kamu maksa buat kasih dia ke kakak kamu yang nggak tau diri itu."
"Tapi nggak seharusnya kamu kasar kayak kemarin. Lala sudah aku rawat sekarang."
"Terlambat Ver!" bentak Juan menatap dirinya tajam. Membuat keberanian yang ia kumpulkan sejak tadi menguap begitu saja.
Tapi, ini tidak akan pernah selesai. "Kita bisa jelasin pelan-pelan sama Lala. Dia pasti mau ngerti, Ju..."
Vero memekik dan menutup mata saat Juan menjatuhkan pukulan ke sofa. Pria itu menggeram kesal, meraih vas kaca di atas meja dan melemparnya.
"Dia nggak akan mau ngerti apapun. Dia udah pernah nolak aku, dan itu nggak akan pernah berubah."
Vero berdiri, meraih lengan Juan untuk menenangkan pria itu. "Ini yang nggak pernah bisa kamu denger dari aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Novela JuvenilGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...