Seperti sebagian banyak hal yang terjadi di rumah, kali ini Bayu memilih memberikan seluruh kepercayaannya pada Diva, Mamanya.
Dan mendengar dari Diva jika Lala baik-baik saja, sangat melegakan bagi Bayu. Lala hanya mengalami nyeri di perut karna sesuatu yang dinamakan menstruasi.
Hei, Bayu jelas tahu apa itu. Sudah diajarkan di sekolah dan teman perempuannya terlalu banyak yang mengalami. Tapi sampai seperti Lala? Hanya Lala yang diketahui Bayu.
Dan Bayu sudah mengingat tanggal tersebut di pikiran Bayu.
"Apa itu Mbak?" tanya Bayu pada Mbak Nani yang membawa minuman berwarna kuning kecoklatan.
Mbak Nani meletakkan minuman itu di meja ruang tengah kamar kos Lala. "Jamu Mas. Biar nyerinya hilang."
Kepala Bayu mengangguk cepat. Bayu sudah duduk di sofa dengan warna ungu, terlihat berbeda dengan cat dinding yang dominan kuning. Ada stiker tiga karakter minion di dinding belakang Bayu yang sangat besar.
Ada yang baru Bayu sadari disini. Kamar kos Lala terlihat sangat mewah, barang-barang di dalamnya juga termasuk lengkap. Tidak seperti kos beberapa temannya yang hanya satu ruang berisi kamar tidur, dengan kamar mandi di luar, bergantian.
Kamar kos ini memiliki ruang tamu kecil, terisi satu set sofa ukuran sedang, meja kaca di depan sofa, ada televisi 32 inci menempel di dinding sebelah pintu kamar. Saat masuk ke kamar kos, bisa Bayu lihat sebelah kanan adalah dapur kecil, sebelah kiri pintu lemari yang tersambung dengan kamar mandi.
Bayu juga melihat jika kamar mandi dan toilet terpisah.
"Mas, itu Mbak-nya namanya siapa?" tanya Mbak Nani membuat Bayu menghilangkan fokus pada kamar kos ala apartemen milik Lala.
"Lala," jawab Bayu seadanya. Matanya melihat pintu kamar Lala yang belum terbuka. Entah Lala sudah sadar atau belum, tapi yang jelas, mamanya di dalam.
Tunggu! Mamanya di rumah?
"Mbak, mama tumben di rumah?" tanya Bayu selagi Mbak Nani memindah saluran tivi Lala.
Mbak Nani hanya mengangkat bahu. "Mbak juga kaget. Tadi siang udah pulang aja. Tanya Mas Bayu udah pulang apa belom. Terus bantuin Mbak masak tadi," Bayu tersenyum kecil.
Bayu tidak tahu apa yang dipikirkan Mamanya. Tapi bukankah itu bagus? Setidaknya mamanya masih mengingat dirinya.
Tak lama, pintu kamar Lala terbuka. Mamanya keluar sambil melipat tangan di depan dada. Menjatuhkan tatapan tajam menuduh seolah hal buruk yang terjadi pada Lala adalah salahnya.
"Nani, ayo pulang!" kata Diva dengan tegas. Masih menatap Bayu dengan tajam. "15 menit kalau kamu mau ngobrol sama Lala. Mama tunggu kamu di rumah."
Bayu tidak menjawab seperti sebelumnya. Dia hanya diam dan mengangguk. Sudah lama Bayu tidak terlibat obrolan dengan Diva layaknya ibu dan anak.
Diva sibuk meratapi kepedihan karena mengetahui perselingkuhan Rony, papa Bayu, dengan Tiffany. Hal itu juga yang membuat Bayu lebih menaruh perhatian pada mamanya ketika orang tuanya bertengkar.
Setelah Mamanya dan Mbak Nani keluar dari pintu, Bayu bangkit, mengambil jamu yang disiapkan Mbak Nani tadi untuk diberikan pada Lala.
Ketika masuk kamar Lala, mata Bayu dibuat takjub lagi. Kamar Lala cukup luas, dengan ranjang ukuran besar, rak buku menempel di dinding, dan meja rias. Masih berwarna kuning khas minion.
Bayu melihat Lala setengah berbaring dengan bantal menyanggah punggungnya. Wajahnya masih tetap pucat seperti tadi, tapi terlihat lebih segar.
"Hai, merasa lebih baik?" tanyanya mengambil tempat duduk di tepi ranjang Lala. Tangannya menyodorkan jamu dari Mbak Nani. "Biar nyerinya hilang kata Mbak Nani."
Lala menerimanya, tapi belum di minum. Mata gadis itu melihatnya sebentar lalu menunduk.
"Kenapa La? Sakit lagi?"
Bayu mendekatkan tubuhnya pada Lala. Menyentuh dagu gadis itu dengan telunjuknya, menggiringnya untuk menatapnya. "Sakit?" ulang Bayu saat belum mendapat jawaban.
"Maaf ya," kata Lala pelan. Hanya sedikit, tapi Bayu bisa melihat rona merah di pipi gadis itu.
Kali ini Bayu menyentuh tangan Lala yang memegang gelas. "Ini di minum dulu."
"Aku nggak nyangka bakalan sesakit tadi. Biasanya-"
"La, minum."
Lala berhenti bicara dan segera meminum jamu dari Mbak Nani. Hanya setengah dan dia berhenti. "Enak," kata gadis itu tersenyum makin lebar. Lalu melanjutkan menghabiskan jamunga.
"Biasanya juga sakit kayak tadi?" tanya Bayu mengambil gelas dari Lala dan meletakkannya di meja rias.
Lala menggeleng. Kemudian mengangguk. "Kadang nggak sakit, kadang juga lebih sakit dari tadi. Tergantung aku capek apa enggak."
Bayu tersenyum. Lima belas menit dari mamanya hanya tersisa sedikit. Apa yang sebaiknya ia lakukan untuk membuat kupu-kupu di perutnya pergi saat melihat Lala tersenyum? Tidak ada? Tidak. Bayu tidak mau.
Dia ingin menghentikan sedikit waktu untuk menatap Lala. Hal yang hampir tidak pernah ia lakukan.
"Kak, terima kasih ya," kata Lala pelan.
Entah hanya perasaan Bayu atau suasana mulai canggung. Baiklah, lebih baik Bayu pergi sekarang. Memilih membiarkan Lala istirahat dan menghadapi Mama.
***
Jika banyak hal di dunia ini yang tidak bisa membuat Bayu takut, kecuali Lala tadi, lain halnya saat dirinya duduk dengan Mama yang masih anggun meminum teh herbal.Mbak Nani sudah berdiri di samping Bayu, takut-takut jika Diva akan memarahi Bayu atau melakukan hal yang tidak diinginkan.
"Jadi siapa gadis tadi?" tanya Diva setelah meletakkan teh ke meja. Menatap Bayu terang-terangnya dengan arti masih menuduh.
"Lala. Teman Bayu."
"Bukan pacar?" kali ini nada bicara Diva makin meninggi.
Bayu menggeleng. Baik dia dan Mbak Nani tidak berani menatap Mamanya yang sedang dalam posisi introgasi.
Tiga tahun lalu, Bayu pernah melakukannya saat dirinya pulang tengah malam dalam keadaan babak belur karna membantu Devon. Dan hukumannya, Bayu kehilangan uang saku, ponsel, sepeda motor, bahkan skors dari Diva. Dua minggu guru sekolahnya harus datang memberinya pengajaran di rumah. Sampai teman-temannya datang meminta maaf dan memberikan penjelasan.
"Lalu kenapa kamu bisa bebas masuk kamar kosnya? Kamu tau kalau itu tidak baik 'kan Bay?"
Lagi, Bayu mengangguk mengerti. Tangannya dingin, ada satu sisi dalam dirinya yang merasakan takut. Takut Mamanya kecewa untuk ke sekian kalinya.
"Apa kamu tau di mana orang tua Lala? Kenapa dia kos? Kenapa dia pindah sekolah?" pertanyaan Diva sangat banyak menghantam Bayu. Dia memang tidak mengenal Lala. Menjawab pertanyaan Mamanya saja dia tidak bisa.
Diva bangkit. "Kamu nggak tau?"
Dan Bayu menggeleng pelan.
Terdengar hembusan napas kasar dari Mamanya. Membuat Bayu makin menundukkan kepalanya.
"Nani, kunci pintu balkon Bayu. Kasih kuncinya ke saya."
"Ma, Bayu nggak ngapa-ngapain Lala," kata Bayu akhirnya ikut berdiri. Dia bisa melihat tatapan marah dari wanita paruh baya itu. Memaksa jantung Bayu berdebar sangat kencang, memaksa kepalanya yang makin terasa berat. Tidak, Mamanya tidak boleh kecewa.
Akhirnya Bayu menjatuhkan dirinya ke sofa lagi. Bahkan kini dia memenuhi sofa dengan dirinya, tengkurap, menutupi kepalanya dengan bantal. Berusaha meringankan kepalanya yang makin dipenuhi rasa bersalah pada mamanya dan Lala.
Bersambung...
Hambarkah Bayu di sini...? Sabar ya... Bayu sedang membangun karakternya. Ini masih awal.
Semoga kalian menikmati. Jangan lupa like, komen, dan follow...
Sampai jumpa lagi.
Mell...
![](https://img.wattpad.com/cover/164769374-288-k916089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Dan Lala (Completed)
Novela JuvenilGadis itu sangat mengagumkan. Suaranya, senyumnya, tatapannya, tingkahnya, semuanya membuat Bayu jatuh terpesona. Tentang Bayu yang mencinta, dan Lala yang merelakan... Mell, Oktober...