20. 비밀 - Secret

4.7K 327 2
                                    

"Ceritanya panjang." Kata Jimin sambil mencubit pipiku.

"Rahasia apa lagi sih?! Bikin pusing." Kesalku.

"Jadi mau denger nggak nih?" Katanya lagi.

Aku mengangguk pelan. Sekian detik kemudian, Jimin menangkup kedua pipiku.

"Wajah menyebalkan ini.."
"Sudah pernah kutemui 16 tahun lalu."

"Eoh? Kau bohong ya? Aku bahkan tidak mengingatmu. Kau juga bertingkah seakan tidak mengenalku tuh."

"Ingatanku memang buruk. Kan aku pernah mengalami masa masa suram saat kecil."
"Tapi akhirnya aku ingat."

"Saat itu kau berusia 4 tahun, orang tuamu sedang ada urusan penting di Amerika, kakakmu sedang field trip dengan sekolahnya. Jadi orang tuaku bersedia menjagamu selama orangtuamu pergi."

"Kau sangat mengganggu. Saat itu aku sudah lebih baik karena sudah lama sejak ibuku meninggal. Tapi tetap saja, aku seperti orang yang tidak mengenal perasaan bahagia. Dan kau terus menggangguku, membuatku kesal."

Flashback on, Jimin POV

Aku menatap kosong kearah luar. Aku merindukan eomma.

Aku menggenggam dua lembar kertas ditaganku. Kertas pertama adalah fotoku bersama eomma. Kertas kedua gambar yang belum sempat kutunjukan pada eomma.

"Eomma, apa eomma bisa melihat gambarku?" Aku menatap langit.
"Kata dokter eomma sudah bahagia diatas sana, kuharap begitu."

Saat sebuah mobil yang melaju terlihat dari jendela kamarku, aku bergidik ngeri. Aku memegangi kepalaku dengan tangan bergetar.
Aku selalu begini.

"Hyung! Appa memintamu untuk turun." Kata suara yang muncul dari daun pintu.

.. Park Jihyun.

Aku menatap kearahnya sebentar tanpa ekspresi, lalu mengangguk kecil.

Saat langkahku mencapai ruang tamu, aku tidak tahu kenapa ada anak kecil disana. Aku bahkan tidak mengenalnya.

Ibu menggendong anak kecil itu.
"Nah, Seyeon, bagaimana jika kau bermain diruang tengah bersama Jimin dan Jihyun oppa?"

"Eomma! Jihyun belum selesai bikin PR!"

"Kalau begitu selesaikan dulu, ya?"
"Jimin tidak sibuk kan?" Kata ibu sambil menatapku.

Aku menggeleng.

"Ajak Seyeon bermain sementara eomma menyiapkan makan malam, ya?"

"Ne." Kataku pelan.

Lalu aku duduk diruang bermain bersama anak kecil bernama Seyeon ini. Aku sendiri jarang berkunjung kesini. Aku lebih suka mengingat masa masa ketika eomma masih ada. Setidaknya itu bisa menenangkanku walaupun hanya sedikit.

Seyeon menatapku dengan mainan masak masakan ditangannya. Tidak lama, dia menyodorkan sebuah panci pink kepadaku.

"Oppa gak main?"

Aku menggeleng.
"Aku sudah sering main."

Aku 12 tahun, mana mungkin aku main main disini?

"Aku Seyeon. Namamu?"

Aku terdiam sebentar.
"Jimin."

"Kenapa oppa keliatan sedih?"

Aku tidak menjawabnya.

"Kata eomma, kita harus bahagia, setelah itu kita bisa membahagiakan orang lain."

Aku mengepalkan tanganku.
"Eommaku sudah pergi."

Mischievous | Jimin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang