25. 케이스 - Case

3.8K 276 6
                                    

"Aku mungkin akan kembali besok malam, maafkan aku." Jimin menatapku sambil menaruh barang-barang bawaan kami diruang tengah. Menunggu respon dariku.

Aku menghela nafas kecil. Mencoba mengerti.
"Tentu saja, jangan khawatir. Uhm, semoga masalahnya cepat selesai." Senyumku.

Jimin menghampiriku dan memelukku.
"Mianhae. Aku benar benar menghancaurkan aca-"

"Sst! Ini bukan salah siapa-siapa, cocky. Fokus saja, oke? Lagipula aku sangat senang dengan kejutanmu. Semuanya terasa sempurna."

Jimin memberikan senyuman tipis, lalu mencium bibirku cepat.
"Aku akan segera kembali bahkan sebelum kau menyadarinya."

"Aku pegang kata-katamu. Take care. Aku akan ke kampus bersama Haemin saja besok. Gwaenchana?"

"Tentu, take care. Jangan lupa makan karena aku tidak bisa bawel mengingatkanmu sampai besok."

"Aku bukan anak kecil. Sudah, pergilah."

Setelah Jimin memelukku sekali lagi, dia pergi. Jimin memang sibuk 24/7 rupanya. Baru ditinggal sehari, sebuah data rahasia perusahaan bocor.

Aku sudah membacanya di berita. Dan yang jelas, Jimin sedang marah. Sangat marah. Saat beberapa telepon masuk dalam perjalanan kami kembali ke Seoul. Aku bisa melihat raut kesal dan marah dari Jimin.

Aku merebahkan tubuhku pelan di sofa kami. Yah, walaupun liburan kami tidak seperti yang direncanakan. Kurasa aku sudah cukup bahagia. Lagu buatan Jimin itu benar-benar manis. Sungguh.

Lagi-lagi aku mendengarkan lagu itu yang sudah ku download versi studionya di mp3 player ku. Aku menutup mataku, dan tanpa kusadari aku sudah tertidur. Membawa deru ombak pantai dan kebahagiaan kami kedalam mimpiku.

-

Jimin

Segera setelah aku sampai di lobby kantor, berpuluh-puluh karyawan sudah berdiri didepan dan membungkuk kearahku begitu aku menampakkan diri.

Aku memberi isyarat agar mereka kembali tegak dan memanggil sopirku untuk memarkir mobil sport yang kupakai untuk jalan-jalan itu. Setelah itu, aku memanggil sekretarisku, Pak Kang.

Masih berusaha menahan amarah, aku menatap mereka satu per satu.
"Meetingnya sudah siap?" Tanyaku tanpa melihat pak Kang. Masih memperhatikan raut wajah yang dipasang karyawan-karyawan ku.

"Ne, sajangnim."

"Aku harap kalian punya jawaban yang bagus untuk kasus ini." Ucapku, lalu tanpa aba-aba, aku berjalan melewati mereka semua yang tertunduk karena ketakutan akan kemarahan seorang Park Jimin.

Bagaimana mereka tidak takut? Aku adalah bos mereka yang sangat jarang marah atau membentak. Karena hanya orang-orang terbaik yang berkompeten yang bisa ikut ambil bagian pada pengerjaan game bersamaku, jarang sekali terjadi kesalahan.

Dan kali ini, terjadi kesalahan fatal, bahkan saat bos mereka sedang diluar. Dan yang lebih parah, pelakunya orang dalam. Tidak ada yang tau atau curiga pada siapapun. Aku benar-benar marah sekarang.

Aku membuka pintu ruang meeting besar yang ada di lantai empat. Berjalan kearah tempatku dipaling depan. Sementara aku berjalan, semua orang sudah berdiri, tunduk memberi hormat dan merasa ketakutan.

Jimin dan Jungkook menghampiriku.
"Ada info tambahan, Jeon? Kim?" Tanyaku.

"Tidak ada, Yoongi hyung belum menemukan hal berarti. Hacker kita juga mengatakan kalau informasinya dijaga dengan sangat hati-hati." Ujar Taehyung pelan. Dia tahu benar kalau aku tidak dalam mode ingin bercanda sekarang.

Mischievous | Jimin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang