2. 꽤 좋은 - Quite Good

8.1K 555 12
                                    

Hari ini moodku benar benar jelek. Bagaimana tidak? Kemarin si Jimin itu sangat menyebalkan.

Dan lagi, hari ini aku harus melihat wajah sombong itu lagi. Ya, wajahnya sangat sombong. Menyebalkan.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul 11.30 dan moodku semakin hancur karena waktu akan segera menunjukan pukul 12. Dimana aku harus izin demi keinginan manusia bermarga Park itu.

Aku hanya mendengarkan penjelasan guru fisika yang membosankan didepanku sambil sesekali menguap malas. Kau lihat? Bahkan Haemin sudah tertidur.

Tiba tiba ada seseorang mengetuk pintu kelasku, setelah Han Ssaem mempersilahkan orang itu masuk, dan aku melihatnya. Jimin.

Bahkan ini belum jam 12.

Setelah dia berbicara sebentar dengan Han Ssaem, Jimin menghampiriku.
"Bereskan barang-barangmu. Kita harus pergi sekarang." Katanya sambil memasukan pulpen yang sedari tadi kumainkan ke kotak pensilku.

Sial. Seisi kelas mendadak memperhatikanku. Termasuk Haemin yang sedari tadi terlihat paling heboh. Aku membereskan barang barangku dengan cepat, menggendong tas punggungku dan pamit kepada Han Ssaem. Aku tidak bisa bertahan lebih lama dengan tatapan seisi kelas yang penasaran itu.

Tepat setelah keluar dari kelas, aku menatap tajam Jimin yang berjalan dibelakangku sambil membenarkan jam tangan Rolexnya.

"Ini belum jam 12. Dan aku bisa keluar dari kelasku sendirian." Kataku.

"Ya, apa aku mendapat kepastian bahwa kau setuju akan keluar jam 12 saat kau hanya membaca chatku?" Katanya sambil memberi seringaiannya.

"Kenapa kau harus mengaturku?" Kataku kesal.

"Aku berhak atas itu. Aku calon suamimu." Katanya santai.

Aku hanya membelalak tidak percaya dan tidak terima dengan kata kata yang keluar dari mulut orang ini.

"Terserah." Kesalku lalu lanjut berjalan.

Sesampainya dimobil, aku mengeluarkan handphoneku. Yah, untuk sedikit menghilangkan kebosananku. Aku tidak berniat sedikitpun untuk membuka pembicaraan dengan orang yang memegang kemudi disebelahku.

"Seyeon-ya. Kau sudah makan?" Tanya Jimin yang masih fokus dengan jalan dan setirnya.

"Belum." Jawabku singkat.

"Kita makan dulu." Kata Jimin sambil membelokkan mobilnya entah kemana.

Ya, aku akan mengikutinya karena perutku memang mulai lapar.

Setelah kami sampai dan duduk disalah satu kursi kafe ini, Jimin mulai memesan makanan.

"Kau mau apa?" Tanyanya. Aish, nada bicaranya benar benar menyebalkan. Bahkan lebih menyebalkan dari Haemin.

"Samakan saja."

"Saya pesan dua cheeseburger dan dua ice tea." Kata Jimin pada pelayan yang sudah menunggu pesanan kami.

Setelah Jimin selesai dengan urusan pesan memesannya, dia menatapku. Seperti mencari topik untuk dibahas.

"Bagaimana sekolah?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hm, lumayan." Kataku agak melembut karena dia juga merubah nada bicaranya yang terkesan sombong itu.

"Aku ingin bertanya." Katanya.

"Tanyakanlah." Jawabku.

"Kenapa kau menerima pernikahan ini?"

Pertanyaan bagus, Park.

"Sekedar menghormati keputusan kakekku." Kataku.
"Kau sendiri?" Tanyaku balik.

"Aku?" Senyumnya.
"Entah, aku hanya tidak mau memperpanjang masalah ini. Lakukan dan selesai. Atau bisa dibilang aku juga menghormati keputusan keluargaku terutama kakekku. Dia berperan besar untuk kesuksesan perusahaanku. Sayangnya beliau sudah tiada. Tapi, seyeon, apa kau tidak mau menolak pernikahan ini?"

Mischievous | Jimin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang