29. 임신하다 - Pregnant

5.7K 313 48
                                    

"Apa kau sudah makan?" Suara Jimin terdengar melalui telepon.

"Belum, aku masih kenyang. Sudah mau pulang?"

"Ck, harusnya kau makan dulu. Iya, baru selesai meetingnya. Mau titip sesuatu?"

"Eum, entahlah, kau saja yang pilihkan makan malam. Jangan lama-lama, oke?"

"Hm. Jangan banyak melakukan hal aneh, sassy. See you later, then."

"Take care."

Tut.

Aku mengelus perutku pelan. Sekarang sudah memasuki trisemester kedua kehamilanku. Dan Jimin semakin tidak sabar untuk menjadi seorang ayah. Begitupun dengan aku, dan keluarga kami.

Jimin masih sibuk seperti biasa, namun ia lebih sering mengerjakan pekerjaannya dikamar bersamaku. Jaga-jaga aku butuh sesuatu.

Dia hanya ke kantor saat ada urusan mendesak dan meeting penting saja.
Kebetulan, hari ini dia mengadakan rapat untuk membicarakan perkembangan game terbarunya. Jadi dia harus ke kantor.

Padahal, aku sudah beribu kali mengatakan ini kepadanya. "Aku baik-baik saja dan bisa jaga diri, jadi kau tidak perlu bekerja di rumah setiap hari."
Tapi dia tidak pernah mendengarkan.

Walau begitu, Hal yang sangaat menyenangkan saat Jimin keluar, saat pulang pasti dia membawa sangaaat banyak makanan enak untuk kumakan dirumah.

Aku membaringkan tubuhku di kasur. Jimin tidak mengizinkanku kuliah sejak bulan lalu. Itu karena aku mulai mudah lelah. Dia khawatir jika aku terlalu memaksakan diriku mengingat aku tipe orang yang pekerja keras.
Yah, Aku tetap mengerjakan beberapa proyek dirumah, atau sekedar mengambil kelas online.

Tapi sekarang, aku sedang mendengarkan musik sambil melihat katalog baju-baju bayi yang kelewat lucu ini. Rasanya tidak sabar untuk memakaikannya ke anak kami nanti.

Tiba-tiba, suara pintu terdengar. Menunjukan sosok Jimin dengan plastik ditangannya.

"Annyeong." Sapanya sambil mengecup dahiku, lalu mengecup perutku.
"Appa pulang!" Bisiknya pelan didekat perutku.

"Aku membawakan cake strawberry." Katanya sambil menggoyangkan plastik itu didepanku.

"Thanks!!" Seruku sambil mencium pipinya.

"Makan cakenya nanti saja. Sekarang kita makan dulu. Pasti malaikat kecil didalam sana sudah kelaparan." Kata Jimin sambil membantuku berdiri.

"Hey, cocky. Aku bisa berdiri sendiri." Tawaku.

Dia memalingkan wajahnya malu, pipinya bersemu merah. Lucu sekali.
"Ada yang malu sepertinya?"

"Diamlah. Jangan mengejekku." Katanya sambil mencubit hidungku.
"Mau makan disini atau dibawah?" Tanyanya.

Aku berpikir sejenak.
"Dibawah saja, yuk. Aku sudah bosan disini terus."
Ucapku sambil memeluk jimin dari belakang.

"Manja sekali sih." Tawanya lepas.
"Aku ganti baju dulu. Bajuku kotor, jangan peluk-peluk."

Saat itu juga dia melepas kemejanya.

"Hey kau tidak tahu malu ya?"

"Memang kenapa sih, bukannya sudah biasa?" Katanya sembari menggodaku.

"Ke kamar mandi sana!" Aku melemparnya dengan bantal.

"Iya, iya. Bawel." Ledeknya.

-
"Kau mau apa, seyeon-ah? Aku membeli banyak, ada bibimbap, japchae, kimchi jiggae." Katanya sambil menyodorkan beberapa piring di meja.

Mischievous | Jimin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang