"Nami.." Teriak Namjoon sambil terus berlari mengejar Nami.
Terlihat dari belakang, Nami terisak menandakan bahwa ia menangis.
Tentu, wanita mana yang tidak menangis ketika dimaki oleh sahabat suaminya sendiri.
Namjoon benar-benar dilema, disatu sisi ia tak mau membuat istrinya sedih tapi disisi lain ia juga tak mau membuat sahabat-sahabatnya kecewa.
Karena perut Nami yang membesar, Nami tak bisa berlari cepat dibandingkan Namjoon.
Namjoon mendekap Nami dari belakang, Nami sempat menolak tapi tenaga Namjoon lebih besar ketimbang Nami.
"Maafkan aku.." rintih Namjoon yang masih mendekap Nami.
Nami tak bisa berbicara apapun, ia sekarang sedang emosi tapi ia tak tega melihat Namjoon seperti ini.
Nami tau betul apa yang Namjoon rasakan sekarang, sebenarnya Namipun sedang berusaha keras agar Namjoon tetap dengan profesinya.
Tapi mendengar perkataan Hoseok tadi, rasanya semua yang Nami lakukan hanyalah sia-sia.
"Ayo kita pulang!" ajak Namjoon dan menggenggam tangan Nami erat.
**
Mereka sekarang sudah dimobil, tak Ada pembicaraan apapun. Hal terbaik yang mereka lakukan saat ini adalah diam.
Saat mobil baru berhenti Nami langsung keluar dan menutup pintunya dengan keras.
Hal yang paling mengerikan selain seseorang yang ngomel-ngomel terus saat marah adalah seseorang yang tak mau bicara saat marah.
"Nami dengarkan penjelasanku.." Namjoon menarik tangan Nami tapi Nami berhasil menepisnya.
Nami duduk dan Namjoon juga ikut duduk desampingnya.
"Nami maksud Hoseok bukan begitu.." kata Namjoon sambil memegang tangan Nami.
"Aku tahu." ucap Nami ketus.
"Bukan, bukan seperti itu.." jelas Namjoon.
"Aku tahu, maksud Hoseok oppa, aku adalah wanita tak berguna yang hanya bisa mengekang suaminya! Begitu kan?!" teriak Nami sambil memukul dada Namjoon.
Lalu Namjoon mendekap Nami kedalam pelukannya. "Luapkan semua amarahmu padaku,"
"oppa, hiks.." Nami terisak didalam pelukan Namjoon.
"Aku sudah siap untuk berhenti bermain bola." rintih Namjoon.
"oppa?" Nami melepas pelukannya dan menatap mata Namjoon dalam-dalam.
"Aku akan mencoba bicara pada eomma agar kau bisa kembali bermain bola," lanjutnya.
"Tidak perlu, keputusanku sudah bulat, agar keluar dari dunia bolaku." ucapnya sambil memgelus surai hitamku.
**
Nami POV
"oppa, ada apa hari ini?" tanyaku yang sedang mengoleskan selai keroti.
"Tidak ada." jawabnya.
"Baiklah," ucapku.
Selesai sarapan kami menuju ruang keluarga menonton tv seharian.
Bosan. Pasti itu yang Namjoon oppa rasakan sekarang, ia biasanya berada dilapangan berlari kesana-kemari.
Tapi sekarang dia duduk suntuk dirumah. Aku tahu walaupun ia sekarang ada disampingku tapi fikirannya berada dilapangan.
"Oppa?" panggilku.
"Hm?" jawabnya.
"Aku mau pergi dulu yah," izinku.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Hmm,, Rahasia." jawabku nakal.
"Kau ini, Mau ku antar tidak." tawarnya.
Aku memonyongkan bibirku sambil berfikir. "Tidak usah."
"Mau kemana sih?" ia mengikutiku saat aku akan pergi.
Aku tak menjawab.
Aku sengaja tak mempedulikannya, aku akan membuat kejutan untuknya."Hei, mau kemana?" tanyanya lagi dan ia masih mengikutiku.
"RAHASIA!" ucapku penuh penekanan dan aku mengecup pipi kirinya lalu berlalu.
***
Anneyong👋🏻
Jadi gini, buat beberapa part berikutnya aku bikin tentang Namjoon dulu ok.
Soalnya kalo aku seling tentang yang lain nanti bakalan gaje.
Jadi aku bikin tentang deddy Namjoon dulu deh.
semoga suka yah😇
Jangan lupa vote dan comment celalu, kalo ada kekurangan atau kelebihan dan kalo ada ide comment aja dibawah ok💜
Gomawo😍
![](https://img.wattpad.com/cover/183294773-288-k95622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS; YOUR HUSBAND
FanfictionIni hanyalah kisah fiksi, jadi tidak perlu dilebih-lebihkan. Tidak ada kerjasama apapun dengan BigHit atau siapapun bahkan cerita ini tidak mencerminkan kehidupan BTS seperti sesungguhnya. Jadi anggap saja ini hanyalah cerita penghibur penggemar yah...