Kreek...
Terdengar suara orang membuka pintu."Tadaima." Orang itupun masuk.
"Okaeri." Sambut Boruto yang keluar dari kamar dan menyambutnya dengan senyuman.
Akuro tidak balas tersenyum sama sekali, ia segera melepas jas dan cadarnya, lalu ia gantung di tempat gantungan dekat pintu masuk.
"Hey," sapa Boruto.
Akuro tetap saja diam tak menanggapi.
Ia sibuk dengan barang yang ia bawa."Apa yang kau bawa pulang?" Tanya Boruto memulai topik.
"Tentu saja bahan makanan untuk makan malam." Jawab Akuro dingin.
Mulut Boruto membentuk huruf O.
Ia mendekati Akuro,
"Sini, aku bantu."
Tawar Boruto.Akuro mendengus.
"Yasudah ini."
Ia memberikan beberapa keranjang berisi bahan makanan untuk makan malam itu ke Boruto.Boruto dan Akuro melangkah bersama menuju dapur.
"Eh Akuro,"
Akuro menoleh.
"Karin-San bilang, kau butuh teman untuk bercerita." Boruto menghentikan perkataannya.
Akuro menaikkan satu alisnya.
"Aku tidak begitu yakin, tapi, apapun yang ingin kau ceritakan, aku siap untuk mendengarkannya." Boruto memberikan senyum yang disertai gigi-giginya yang rapih.
Mata Akuro membulat, ia tersenyum lega namun bersuara licik.
Sudah lama ia tidak merasakan ini.
Selama ini, orang yang mau mendengarkannya hanya Karin.
Semua orang sudah menjauhinya karena penyakit dan matanya yang cacat ini.
Dan hanya Karin yang bisa menerimanya.
"Boleh saja." Ucapnya mengiyakan tawaran Boruto.Boruto menoleh ke Akuro.
Jujur saja dia sedikit kaget karena jawaban Akuro.
Dia pikir Akuro akan menolaknya atau diam saja.
Rupanya anak ini punya sisi ramahnya juga.
Dan perkataan Karin tidak salah, dia anak yang baik.
"Lalu, apakah kau ingin mengobrol sekarang, dattebassa?""Boleh saja." Jawabnya santai.
Kedua kalinya Boruto dikejutkan dengan jawaban Akuro.
Dia memang belum pernah melihatnya seperti ini.
Boruto selalu berfikir bahwa Akuro ini keras kepala dan egois."Yasudah, cerita saja." Boruto menarik kursi meja makan dan mengambil posisi duduk.
Akuro melakukan hal yang sama.
Kini Boruto dan Akuro duduk bersebelahan di kursi meja makan."Aku tidak tau harus mulai darimana, tapi..." Perkataannya terputus.
"Tenangkan dulu dirimu. Aku yakin kau itu gugup bicara denganku." Boruto menyela perkataan Akuro.
Dia memang melihat wajah Akuro yang begitu tak yakin ingin berbicara dengannya.Mata Akuro membulat lagi, Boruto benar-benar tau apa yang sedang ia rasakan.
"Arrigato, Boruto."Boruto kali ini kaget lagi mendengar Akuro berterima kasih.
"Eh, kenapa dattebassa?""Selama ini, tidak ada orang yang bisa mengerti perasaanku kecuali ibuku."
Akuro tersenyum namun tak memandang Boruto.Boruto menghela nafas pelan.
"Begitu ya."
"Karin-San juga sudah bilang itu kepadaku."Akuro mengangguk.
"Aku putus asa. Dulu aku punya banyak manusia berharga dihidupku. Mereka sangat menyayangiku, dan mereka juga menyayangiku. Aku merindukan masa-masa itu. Masa saat aku bisa mengerti perasaan orang lain, dan mereka juga mengerti perasaanku." Akuro menghentikan perkataannya.
"Bukankah enak, bisa punya banyak teman, Boruto?" Lanjut Akuro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Need You
FanfictionPernah #1 - Borusara Ketika tidak ada lagi cara untuk menemukan kebahagiaan, apa yang akan kamu lakukan?