1 bulan berlalu.
Awalnya hubungan Boruto dan Sarada sangat baik, baik, lumayan, dan sekarang mulai dingin.***
Dua garis merah. (Gausah salfok!)
Itulah hasil yang muncul dari benda yang kali ini Sarada pegang.Sarada menatap lurus dirinya pada cermin.
Mulutnya mulai mengukir senyum yang indah.
Akhirnya setelah 4 bulan ia menikah, sosok yang mereka berdua nantikan pun datang."Semoga hasil ini dapat membuat Boruto untuk selalu ingat pulang dan ingat padaku."
Belakangan ini Boruto dan Sarada memang sering berdebat karena masalah kecil. Entah mengapa, Sarada pikir, mungkin karena belakangan ini emosi Sarada tidak tertentu.
Dan Boruto yang mungkin kelelahan dengan tugasnya sebagai pemimpin dalam tim genin.Boruto juga sering pulang larut malam, bahkan tidak pulang.
Sarada tidak tau apa yang sebenarnya Boruto lakukan atau apapun tugas yang ia dapat, tapi perasaan Sarada selalu merasa sesuatu yang janggal.
Karena, belakangan ini, genin tidak ada yang mendapat tugas keluar desa sampai harus tidak pulang dan sebagainya, Sarada mengatahuinya dari Shikadai.Sarada beranjak keluar dari kamar mandi.
Menaruh testpacknya pada meja kerja Boruto.
"Semoga kau pulang hari ini." Ucap Sarada penuh harapan.
.
.Hari mulai malam.
Boruto belum juga pulang.Sarada merasa kesal.
Ia kemudian mengeluarkan jurus kagebunsinnya dan menyuruhnya untuk pergi ke rumah Hinata, siapa tau Boruto disana.Tanpa banyak kata lagi, kagebunshin itu mengikuti perintah Sarada dengan menggunakan jubah supaya tidak ketauan.
Sampailah kagebunsin itu di rumah Hinata.
Kagebunshin itu mengintai bagian dalam rumah Hinata dari jendela yang mengarah di ruang keluarga.Dan rupanya, Boruto ada disana!
Bersama Hinata dan Sumire, yang masih tinggal disana padahal saat itu Sumire bilang, dia hanya ingin berkunjung."Lalu apa yang harus aku lakukan?" Boruto bertanya pada sosok ibunya dan Sumire.
"Kau harus mengambil keputusan yang paling tepat, Boruto." Jawab Hinata.
"Tapi bagaimana, ibu? Sepertinya Sarada sudah tau kalau aku dan Sumire masih sah menjadi suami istri."
"Kenapa kau tidak langsung bicara pada Sarada saja, Boruto-kun?" tanya Sumire.
"Aku tidak berani. Aku dan Sarada belakangan ini semakin dingin. Emosi Sarada tidak terkontrol belakangan ini." Balas Boruto.
"Apa tidak sebaiknya kau bertindak bijak atas semua ini, Boruto?" saran Hinata.
"Tapi bagaimana, bu?" tanya Boruto.
"Sumire, salah satu dari kalian harus ada yang berkorban, entah itu kau atau Sarada. Dan kau Boruto, kau yang harus mengambil semua kebijakan ini." Nasihat Hinata pada anaknya.
"Aku takut harus membuat Sarada kecewa kesekian kalinya lagi bu, aku tidak tega mengatakannya." Katanya.
Boruto berjalan mendekat ke arah jendela.
"Lagipula, sudah 4 bulan, dan hasil milik Sarada masih negatif, bu. Aku rasa..."
Boruto melihat pergerakkan seseorang disana.Tanpa melanjutkan perkataannya ia langsung membuka jendela dan langsung keluar lewat jendela itu.
Hinata dan Sumire terkejut.
"Ada apa Boruto?" tanya Hinata.
"Siapa kau?!" Boruto mencari-cari keberadaan seseorang yang tadi ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Need You
FanfictionPernah #1 - Borusara Ketika tidak ada lagi cara untuk menemukan kebahagiaan, apa yang akan kamu lakukan?