"Hey, Akuro." Boruto memanggil Akuro yang tengah sibuk membereskan dapur.
"Apa?" jawab Akuro tanpa menoleh.
"Apa kau tidak bosan terus-terusan di rumah seperti ini?"
"Apa maksudmu? Bukankah kau tau kenapa alasannya?" jawab Akuro malah balik mempertanyakan.
"Iya sih, hanya saja... semua orang memiliki titik jenuhnya. Kalau memang kau sudah jenuh berada di rumah sendiri, sedangkan Karin-san pergi melakukan tugasnya, mengapa kau tidak mengikutinya saja?"
Akuro mematikan keran air di wastafel yang awalnya menyala, lalu mengarahkan tubuhnya ke arah Boruto.
"Aku punya tugas sendiri, dan tugasku bukan mengikuti Karin."
Akuro pun berjalan mendekati Boruto yang ada diposisi duduk di salah satu kursi bagian meja makan. Ia lalu duduk di kursi sebelahnya
"Lantas bagaimana dengan tugasmu sendiri yang harus berkelana mencari jawaban semua pertanyaan yang ada dalam lubuk hatimu itu?" Akuro balik bertanya.Boruto menghela nafas, "Aku pikir..."
"Mm, aku merasa semua yang perlu aku tuntaskan ada disini." Mata birunya menatap tajam mata lebar itu
"Aku tidak paham kenapa, tapi hatiku sendiri yang selalu mantap untuk tetap disini. Menjagamu, menjadi temanmu, menjadi sebuah buku yang mungkin bisa kau tumpahkan ribuan bahkan jutaan kata yang memang ingin kau katakan, tapi tidak tau dengan siapa. Makanya aku siap untuk menjadi buku yang menerima kata yang gagal menjadi sebuah tulisan itu."Akuro tersenyum miring menatap si mata biru ini.
"Kenapa kau mendadak sok romantis setelah kejadian tadi?"Boruto mengerutkan kedua alisnya.
"Tidak, kata siapa? Kau ini memang tidak tau aku saja--dattebassa." Boruto melipat kedua tangannya.Akuro balik mengerutkan kedua alisnya.
"Oh ya? Apakah Boruto yang aku kenal sekarang ini sangatlah berbeda dengan Boruto yang dulu belum kutemui?""Yaa, tentu saja." Boruto mengangguk sombong.
"Aku yang dulu itu masih bodoh dan payah! Sekarang aku tidak akan menjadi anak yang begitu lagi."Akuro tersentak, kemudian tertawa dengan cukup keras.
"Ada apa?"
"Tidak papa." Jawab Akuro menghentikan tawanya.
"Tapi yang namanya bodoh dan payah tetap saja bodoh dan payah."Boruto tersentak mendengar ejekan Akuro.
"Hey! Kau ini memang sok sekali, ya! Mungkin kau belum melihatku ketika beraksi saja--dattebassa." Boruto kesal."Memang kalau kau beraksi apa bedanya? Bukannya tetap payah?" Akuro tak hentinya mengejek Boruto. Dia beranjak dari kursi dan memposisikan dirinya lebih tinggi daripada Boruto.
Boruto kemudian menyusul berdiri, tak mau kalah.
"Tidak. Mungkin kau akan percaya jika kau sudah melihatnya langsung." Ucap Boruto menatap tajam mata bulat di depannya.Akuro gemas dengan respon Boruto.
Dia lalu menarik Boruto, mendekatkan telinga Boruto dengan mulutnya, lalu berbisik "Kau itu bodoh, payah."Boruto berdecih, "Terus saja bilang begitu. Awas ya sampai minta bantuan."
"Tidak akan." Jawab Akuro menjauh dari hadapan Boruto.
Grep
Tangan Boruto sigap menahan tangan Akuro yang berniat ingin menjauh dari hadapannya.Akuro sedikit kaget, ia lalu mengarahkan pandangannya ke tangan yang dipegang Boruto.
"Kau mau kemana, dattebassa?"
Mata Boruto lalu menatap Akuro yang menoleh.Akuro tersenyum miring, "kenapa?" tanyanya.
Boruto beranjak mendekati Akuro dengan masih diposisi menggenggam sebelah tangan Akuro.
Dan sampailah Boruto tepat di hadapan Akuro, tanpa melepaskan genggamannya.
"Apa aku boleh minta sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Need You
FanfictionPernah #1 - Borusara Ketika tidak ada lagi cara untuk menemukan kebahagiaan, apa yang akan kamu lakukan?