Beberapa makanan sudah tersedia di meja makan yang kini ditempati Boruto dan Akuro.
"Makan dulu, Boruto."
Boruto hanya mengangguk sambil tersenyum pada Akuro.
Akuro paham betul tatapan tak percaya yang ada di mata Boruto itu.
"Apa kau menjadi tak nafsu makan karena melihat mataku ini?"Boruto pun mantap menggelengkan kepalanya.
"Tidak, bukan begitu. Aku... masih merasa bersalah saja." Balasnya.Akuro menghela nafas pelan.
"Sudahlah, sudah lewat, memang beginilah aku."
"Kalau memang kau merasa jijik, katakan saja, aku akan makan di kamar."Boruto pun merasa sangat tidak enak dengen apa yang baru saja diucapkan Akuro kepadanya.
"Tidak, Akuro. Kau disini saja, kita makan bersama. Aku tidak masalah dengan itu."Akuro tersenyum tipis, "Baiklah."
Mereka pun akhirnya makan bersama disana.
Boruto pun terfikir untuk memulai topik supaya suasana ini tidak sepi.
"Eh, Akuro, bagaimana bisa...""Aku melakukan kesalahan besar." Sahut Akuro.
Dia mengerti apa yang sebenarnya ingin Boruto tanyakan.Boruto menaikkan satu alisnya.
"Apa itu?"Akuro segera menelan makanannya, lalu dia terdiam sejenak.
"Aku melakukan kesalahan yang sangat besar."
"Karena aku dididik dengan jutaan dendam dari orang tuaku, makanya, aku mewarisi semua kekuatan dan dendam yang dipendam sedari kecil. Tapi aku tidak berfikir akibat dari perbuatan yang sudah aku lakukan ini."Boruto menyimak dengan seksama.
"Lalu kesalahan apa yang sudah kau lakukan sampai harus menjahit paksa matamu sendiri?""Aku sudah melukai seseorang sampai aku merusak sebelah matanya. Matanya benar-benar tidak berfungsi sama sekali. Aku khilaf, entah monster apa yang menyelimuti diriku, hingga aku tega melakukan itu kepada orang yang bahkan tidak berusaha untuk menyakitiku. Namun karena dendam yang sudah di wariskan ini, akhirnya merubahku menjadi seorang iblis yang mengerikan." Jelas Akuro.
"Lalu, kenapa kau harus melakukan ini?"
"Rasanya tidak adil, Boruto." Ucapannya terhenti sebentar.
"Aku merasa sangat bersalah karena sudah sampai mengambil panca inderanya. Untuk itu, demi keadilan, aku rela mata ini aku tutup sampai aku benar-benar tidak bisa melihat seperti dia." Jawab Akuro.Boruto pun berfikir, "Tapi bukankah itu malah kesalahan yang seharusnya tidak kau lakukan? Bukankah orang yang sudah kau ambil panca inderanya itu juga tidak akan mau kau melakukan ini?"
Akuro mengangguk, "Dia terkejut aku melakukan ini. Sebenarnya dia sudah memaafkanku, atas semua yang sudah terjadi, tidak ada lagi kejadian yang sudah terlanjur bisa dikembalikan sebaik dulu, katanya. Maka tidak ada pilihan lain baginya untuk memaafkanku." Akuro menjeda perkataannya.
Dia mengesampingkan poninya yang menutupi sebelah mata cacatnya itu.
Sambil menoleh kearah Boruto, Akuro berkata, "Demi meyakinkan kepercayaannya bahwa aku benar-benar merasa bersalah, maka akupun mengambil keputusan ini, dan aku sendiri yang melakukannya."
Boruto menatap benar sebelah mata itu, sungguh sangat mengerikan, dan menyakitkan jika dilihat.
"Apa sakit?"Akuro menggeleng sambil tersenyum.
"Jauh lebih sakit perasaan dia yang berniat baik tapi malah harus kehilangan panca inderanya."Boruto menghela nafas pelan, ia mulai tersenyum tipis.
"Kau memang orang yang berani, mengambil keputusan sebesar ini demi membuktikan rasa bersalahmu kepada orang yang sudah kau sakiti." Puji Boruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Need You
FanfictionPernah #1 - Borusara Ketika tidak ada lagi cara untuk menemukan kebahagiaan, apa yang akan kamu lakukan?