12. GiRlFiE .12

247 37 3
                                    

Hari ini adalah hari terakhir bokap opname. Gue lincah memasukkan kembali barang bawaan kedalam tas, untuk dibawa pulang.

Selama beberapa hari ini, kami memilih tidak membahas perihal bagaimana gue bisa tau tentang ayah yang sakit, atau bagaimana keadaan di rumah tante ketika itu.

Kami tahu, tapi kami memilih diam. Itu lebih baik.

Lucas sudah tidak menunjukkan batang hidungnya sejak kemarin. Kembali ke surabaya katanya. Gue cuma mengangguk pas dikasi tau, emang gue siapanya pake dipamitin?

Gue berdiri sempoyongan membawa 3 tas sekaligus. 2 tas besar, 1 tas kecil nyokap yang biasa dipake nyimpen duit. Gue jaga bener biar ga kecopetan.

Nyokap melirik gue sambil tersenyum dengan kedua lengannya yang membahu ayah agar tidak jatuh -padahal ayah udah bilang gausah-.

Gue berjalan di depan, memimpin. Terlalu bersemangat sampai lobi rumah sakit.

"Kamu sudah pesan mobil, Yuqi?"

Bokap membuat gue tercekat sesaat. Lupa memesan charteran mobil di aplikasi hijau yang baru gue unduh beberapa saat lalu.

Ibu yang berhasil membaca apa yang terjadi muntab seketika. Hormon cerewet keibuannya membuat gue nyaris melemparkan semua tas yang susah payah gue bawa.

Telinga gue memutuskan untuk membuntu disaat tangan gue bekerja, memilih mobil dengan segera melalui aplikasi hijau itu sebelum ibu semakin memanjangkan kultumnya.

Selagi ibu sibuk mengomeli gue panjang lebar , seseorang lelaki yang tubuhnya tidak jauh lebih tinggi dari gue datang dari arah berlawanan.

Kemeja biru dongkernya tergulung nyaris sampai siku, sepatu kets putihnya masih bersih -terlepas itu baru atau tidak-, wajahnya selalu berseri seperti itu. Ditambah mata coklatnya yang sedikit tersentuh sinar matahari. Sungguh, ia semakin mempesona.

Tas yang tergelantung di lengan kanan kiri gue nyaris membuat gue limbung karena fokus gue yang teralihkan.

Ibu yang tadi masih sampai pembukaan kultum tiba-tiba berhenti. Entah apa pasalnya, mungkin karena lelaki mempesona yang gue maksud tadi berhenti tepat di depan kami.

Ia tersenyum. Sedikit mengangguk memberi salam.

"Om, tante." Gigi rapinya terlihat ketika ia melebarkan senyumnya. Gue sedikit heran tentang alasannya datang kemari.

"Kak Hyunjin ngapain kesini?!"
Mata gue terbelalak lebar. Ayah dan ibu saling toleh karena tidak mengerti situasi apa yang sedang terjadi.

"Hari ini saya yang mengantar." Hyunjin melebarkan senyumnya. Tangan panjangnya berhasil merebut 2 tas besar yang tadinya membuat tubuh gue oleng.
"Atas perintah kak Jisoo." Lanjutnya.

Ayah dan ibu saling toleh lagi dengan mulut yang menganga lebar, mereka mengerti kali ini.

Gue mendengus, tentu saja itu alasan paling masuk akalnya.

Akhirnya gue menguninstal aplikasi hijau yang tadinya gue unduh susah payah dengan jeritan kuota yang kehilangan anggotanya itu.

Ayah dan ibu duduk di belakang, sedangkan gue ga usah ditanya duduk dimana karena sudah pasti di depan, samping Hyunjin.

Ayah ibu sibuk mewawancarai pengemudi muda dan tampan yang tengah sibuk dengan kemudinya ini. Satu dua kali mereka tertawa, saling gurau.

Gue mengerlingkan mata, tak dianggap sampai merasa bosan.

Begitu terus, sampai mobil yang dikemudikan Hyunjin menepi tepat di depan warung makan 'mbok ning'. Baru setengah perjalanan dan ibu sudah meraung kelaparan, itulah mengapa kami berhenti disini.

Hellove - FanFiction [Lucas, Hyunjin, Yuqi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang