Gue duduk berhadapan dengan Hyunjin. Mungkin kami bener-bener punya banyak hal buat dibicarakan. Entah perasaan gue ato emang begitu adanya, Hyunjin menjadi lebih pendiam.
Banyak mata mengawasi kami. Ternyata repot ya jadi orang terkenal.
"Bahkan saya gabisa terang-terangan menatap kamu sekarang, saya gabisa gandeng tangan kamu juga." Dengan kepala menunduk, Hyunjin mengatakan itu.
Dan bodohnya gue gabisa bilang apa-apa ke dia.
"Kak Hyunjin marah?"
Belum sempat Hyunjin menjawab, dua americano datang ke meja kami. Alhasil sampai americano itu tandas, kami tidak saling berbicara.
Padahal banyak yang harus diomongin. Iya ini palsu, tapi kepercayaan orang terlibat disini bro.
Setelah sampai di depan rumahpun Hyunjin tidak mengatakan apapun. Ia hanya tersenyum dan melambaikan tangan, menyuruh gue masuk. Gue pun diam, masuk dengan senyum ketir.
Setelah mandi dan membrsihkan tubuh, gue sadar seratus persen kalo gue ini bajingan. Tega banget gue ngerusak kepercayaan Hyunjin yang minta bantuan ke gue buat berubah.
Tangan gue segera menyambar hoodie, mengenakannya lalu bergegas naik sepeda ke rumah Hyunjin.
Gue sempet ragu sesaat sebelum memencet tombol rumahnya. Lancang gak ya? Tapi pada akhirnya gue tetep mutusin buat menekan tombol rumahnya demi kebaikan bersama.
Hyunjin muncul dari balik pintu, tersenyum seperti biasa.
"Kenapa kamu kesini?" Hyunjin membukakan pagar rumahnya, menyuruh gue masuk.
"Kak Hyunjin ada makanan ga? Aku laper."
Hyunjin mengacak rambut gue, menarik lengan gue untuk mengikutinya.
Bukan, bukan kayak di drama yang mana ada salah satu tokohnya masak dengan cara yang keren terus bikin satunya jatuh cinta gitu bukan. Kami mah tim go-food.
Ruang tengah terasa lengang. Hanya suara TV yang menemani makan kami. Mata gue berkeliling, "Kak, kok sepi?"
Hyunjin menelan makanannya, "Ga tau. Tadi saya balik udah ga ada orang."
Gue mengangguk. Sekelebat teringat kejadian yang dulu pernah KETIDURAN BARENG, tapi gue buru-buru menepisnya. Mari kembali ke niat awal.
"Kak, aku mau ngomong deh." Gue ga berani menatap mata Hyunjin yang teduh itu. Mending gue beresin piring. "Mungkin aku ga usah ngomong juga Kak Hyunjin tau, kalo aku ada rasa sama Lucas."
Hyunjin masih bergeming. Membantu gue merapikan meja.
"Terlepas dari itu, aku bakal tetep bantu kakak sebisaku." Lanjut gue.
Hyunjin merebut piring dari tangan gue, "Sini biar saya aja yang beresin." Hyunjin melangkah menuju dapur, gue mengikuti.
"Jadi kalo semisal kakak berhasil jatuh cinta sama aku atau kakak berhasil sembuh dari cewek lain kak Hyunjin bisa bilang-"
"Biar kamu bisa jadian sama Lucas?" Hyunjin mengatakan itu tanpa menoleh sedikitpun. Matanya begitu fokus kepada cucian piringnya.
Gue menghembuskan napas panjang, "Ga gitu kak-"
Hyunjin menoleh ke gue yang daritadi ga bantuin dia nyuci piring dan cuma ngeliatin, ia mengeringkan tangannya. "Tenang, nanti kalau saya udah sembuh saya bilang. Jangan diambil serius yah."
Tangan lembabnya mengelus pipi kanan gue, lalu dia jalan gitu aja. "Yuqi mau jus?"
Gue mengangguk, menatap punggungnya yang bahkan terlihat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellove - FanFiction [Lucas, Hyunjin, Yuqi]
FanficGini aja deh. Kalo lo jadi Yuqi, mending milih Hyunjin apa Lucas?