25. Au aH puSiNG .25

244 34 7
                                    

"Yuqi?"

Lucas mengudarakan kedua tangannya. Masih belum membalas pelukan yang gue berikan. Parfum Lucas enak banget ya allah, mo nangis ajalah gue.

"Yuqi?" Panggilnya lagi. Ia masih tidak membalas pelukan gue.

Gue tarik omongan gue kalo gue ga ngapa-ngapain.

Tubuh Lucas hangat. Kemeja yang digunakannya memiliki tekstur bahan yang sangat halus, membuat gue semakin tidak ingin melepaskan pelukan ini.

Persetan. Gue gila biarin. Lucas anggep gue aneh biarin. Gue ga bisa baca perasaan gue sendiri biarin. Ini adalah langkah awal, seberapa tahu si gue sama hati gue sendiri?

"Kalo lo meluk gue sebagai adek gue bakal terima, kalo lebih gue gabisa."

Nada yang Lucas lontarkan kali ini teramat berbeda. Bulu kuduk gue sampe berdiri dibuatnya. Setan setan yang tadi hinggap di nurani untuk terus memeluk Lucas pamit undur diri, gue melepaskan pelukan itu.

Gue diam, menatap Lucas. Lupain 50 ribu yang tadi gue keluarin buat nonton ini film yang pada akhirnya ga gue tonon dengan selayaknya.

"Bilang aja karena lo punya pacar."
Gue membenarkan posisi duduk, enggan menatap Lucas lagi. Gue memilih jawaban berkelit. Ingat, sosok Lucas tidak akan kamu menangkan dengan kalimat gamblang.

Lagi lagi ia mengeluarkan senyumnya, dan lagi lagi hanya dia dan Tuhan yang tau apa maksudnya.
"Bukan itu pokok utamanya."

"Terus?" Gue masih enggan menengok Lucas. Tampaknya Lucaspun sedang enggan menatap gue.

"Ya kan elo adek gue, Qi."

"Sejak kapan ada nama lo di KK gue? Sejak kapan lo jadi kakak gue?" Gue memilih menuruti apa yang pengen gue raih hari ini. Entah pada akhirnya hati gue pergi kemana, itu urusan belakang. Pokoknya untuk saat ini, detik ini, gue bener bener berhasrat buat menangin Lucas. Entah itu serius, atau main main.

Lucas masih tenang di sebelah. "Lo serius?"

"Kelihatannya? Toh lo juga udah liat gue apes gegara bohong soal perasaan gue hari ini."

"Gabisa."

"Kenapa sih Cas?" Nada gue menanjak, seluruh penghuni studio mengarahkan mata melototnya ke gue, meminta gue diam dengan paksa.

Lucas mendengus, berusaha tidak peduli dengan desisan sst penonton yang lain.

"Gue sama Shuhua beda." Lanjut gue.

"Sama kali."

"Beda, Lucas."

"Sama."

"BEDA! Gue mau jadi pacar lo pokoknya!"

Benteng ketenangan milik Lucas mulai terkikis. Matanya tidak lagi keras seperti tadi, pandangannya perlahan menurun kebawah.

YES.

Tiba-tiba ia menoleh ke arah gue,  tersenyum lebih aneh, "Yuqi, kita keluar yuk. Orang-orang sekeliling kamu marah itu nyuruh kamu diam. Saya malu."

Lucas berdiri lalu meninggalkan studio beserta gue yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi karena tatapan desakan tetangga yang menyuruh gue untuk keluar mengikuti Lucaspun membuat gue kewalahan dan malu sehingga memutuskan keluar.

Hellove - FanFiction [Lucas, Hyunjin, Yuqi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang