24. PeRanGkAp .24

250 34 8
                                    

"Lo ada rasa sama gue?"

Mata gue bergerak kesana kemari berharap menemukan sesuatu yang bisa menginspirasi gue buat ngasih jawaban ke Lucas.

"Lo kan ada cewek"

"Ya terus kenapa kalo gue punya cewek?"

Manusia bodoh sekalipun bisa tahu kalau gue lagi salah tingkah dengan pipi yang merah seperti kepiting rebus. Apalagi latar belakang Lucas yang mempunyai pendidikan psikologi, udah habis hidup gue.

Karena gue nggak nemuin jawaban yang tepat, gue memilih mengambil kembali katsu milik gue dengan gerakan yang teramat canggung.

"Ya kan nggak boleh. Haram hukumnya gue jadi pelakor." Gue mendengus, melanjutkan kembali memotong katsu.

"Berarti kalo gue jomblo lo suka sama gue?"

Gue membanting garpu dan sendok, memelototi Lucas dengan segenap perasaan ingin menendang mukanya.

Mata Lucas semakin membulat, bahkan dengan bangsatnya dia menyinggung kan sebelah sudut bibir, seperti yakin 100% gue terpojok.

Gue menelan ludah.

"Gue ga suka lo. Kalo sampe gue boong, berani sial gue hari ini." Setelah mengatur pernapasan dan sok tegar, kalimat itu mencelos gitu aja dari mulut gue.

Lucas mundur, menyenderkan punggungnya ke kursi.

Gue memalingkan pandangan kearah lain, menatap seorang anak kecil yang mempunyai pipi tembam. Ia berlari dengan tawanya, sang kakak mengejar dari belakang.

Anak kecil itu sesekali menoleh kebelakang, memastikan sang kakak masih jauh di belakangnya.

Dan beneran sial, sebelum gue mengelak. Sang bocah itu menabrak gue dengan gelato yang tadi di tangannya. Hancurlah baju gue ketumpahan gelato.

Lucas tertawa sangat keras, tidak peduli semisal mulutnya sobek malam itu.

Sang kakak terburu buru menghampiri, mengucap maaf berkali kali. Bahkan berniat mengganti baju gue dengan yang baru.

"Ga usah kok, beneran gapapa." Gue mencoba tersenyum. Bukan, bukan karena kesal sama si adek kecil ini, gue lebih kesel sama timing kesialan gue.

"Adek kamu jadi takut gitu."

Gue menunduk, menyeimbangkan posisi dengan bocah tembam itu. Mengelus kepalanya, "Adek mau gelato lagi? Nanti kakak beliin."

"Eh gausa mbak. Dia yang salah kok." Sang kakak yang tingginya minta ampun itu repot menghapus gelato yang bercecer di tangan adiknya.

"Kak Yanan maaf." Bocah kecil itu tampak berusaha menahan tangisnya.

"Minta maaf ke kakaknya dong." Balas sang kakak yang sepertinya bernama Yanan itu.

Bocah itu mengalihkan pandangannya ke gue, "Maaf kak."

"Gapapa kok dek. Kamu sedih ya pasti gegara gelatonya jadi ga kemakan? Mau kakak beliin lagi?"

Yanan segera menyergah "Gausa mbak astaga. Kami yang harusnya minta maaf."

Gue mengangguk, tersenyum. Mereka pun mengundurkan diri dari hadapan gue. Setelah menatap punggung mereka, gue kembali lagi dihadapkan dengan Lucas.

Lihat senyumnya itu, asli pengen gue sambit pake raket badminton.

"APA LO!?!?!"

Masih dengan senyum licik yang sama, "Bohong sih lo. Apes kan."

"Kebetulan!" Jawab gue angkuh lalu memasukkan sesuap katsu ke mulut.

Lucaspun melanjutkan makannya.

Hellove - FanFiction [Lucas, Hyunjin, Yuqi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang