13. Menyesal

991 76 5
                                    


Jgn lupa vote and comment..

NB: Disarankan memutar lagu Jungkook BTS-Nothing like us Cover

Pagi ini Yuri dan Jungkook sudah ada di kampus. Mereka melakukan kegiatan sama seperti mahasiswa yang lain.

Setelah rasa selesai dengan kegiatan masing-masing, yuri berinisiatif mengunjungi perpustakaan kampusnya guna mencari referensi untuk menyelasaikan tugas yang mulai menumpuk, namun tidak dengan Jungkook. Dia lebih memilih pergi ke kantin bersama teman laki-lakinya.

Setelah berhasil sampai di perpustakaan dia mulai mencari-cari buku yang dia butuhkan. Setelah ia rasa cukup, ia memutuskan untuk keluar dan berniat menuju taman kampus.

Dilihatnya keadaan taman yang bisa dibilang cukup sepi. Ia memutuskan duduk di sebuah bangku yang terpasang di bawah sebuah pohon. Angin yang tak terlalu kencang membuatnya merasakan sedikit kedamaian.

Ia memejamkan matanya sejenak, merasakan hembusan angin yang berhasil membuat rambutnya yang tergerai sedikit beterbangan.

Yuri mengambil buku yang tadi dia pinjam lalu membuka dan membaca lembaran demi lembarannya. Setelah ia rasa cukup, ia beralih meraih ponselnya dan memasang earphonenya. Ia kembali memejamkan mata dan berusaha menghayati bait demi bait lagu yang ia dengar.

Jk of BTS - Nothing Like Us Cover
mengalun di telinganya. Tanpa terasa air matanya mengalir. Dia merasa sangat tersentuh dengan bait dari lagu ini. Di tambah suara JK yang terdengar manis.

Tanpa ia sadari sedari tadi seorang Jeon Jungkook mengamatinya dari kantin yang terletak bersebelahan dengan taman. Dia mengamati Yuri lama. Dari mulai wanita itu sampai, duduk, membaca buku, sampai saat ini yuri memejamkan matanya dengan earphones yang menempel di telinganya.

Diamatinya Yuri dalam, ia merasakan kedamaian saat melihat Yuri seperti itu. Rambutnya yang beterbangan karena di terpa angin dan terlihat teduh. Ingin sekali Jungkook menghampiri Yuri dan memeluknya, tapi siapa dia?.

Jungkook sebenarnya sudah sadar terhadap perasaannya pada Yuri selama ini. Dari pertama wanita itu bekerja untuknya atas titah sang ibu sampai sekarang. Ia suka mengusili Yuri karena ia berpikir bahwa itulah satu-satunya cara agar Yuri memeperhatikannya.

Cukup lama Yuri berhasil tertidur sampai ia merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ia mengerjapkan matanya dan menghalangi silau matahari dengan tangannya.

"Kau sudah bangun?" Tanya seseorang itu. Yuri mengalihkan padangannya pada orang di sampingnya.

"Kenalkan, namaku Park Jimin panggil saja Jimin" ucap orang itu. Yuri tersenyum dan meraih tangan jimin yang terulur kearahnya.

"Namaku Jo Yuri, kau bisa memanggilku Yuri saja" ujar Yuri natural.

"Maaf ya aku mengagetkan mu, sebenarnya aku ingin membangunkanmu karena ini sudah siang dan disini panas, tapi melihatmu tertidur aku berinisiatif menunggu hehe"

"Aah..terimakasih Jimin-ssi, kau baik sekali."

"Tidak usah memujiku, mmm apa kau lapar? Mari makan di kantin sana"

"Eoh? Tidak usah, aku rasa aku harus pulang. Majikanku pasti sudah menungguku di apartemennya"

"Kau...bekerja?

"I..iya. Kenapa?"

"Aah tidak, aku hanya kagum saja. Kau masih muda dan sudah bekerja. Tapi kau hebat, kau bisa bekerja sambil kuliah"

"Menurutku itu terlalu berlebihan Jimin-ssi, banyak yang sepertiku"

"Mmm baiklah, sekali lagi aku minta maaf"

"Tidak perlu kau meminta maaf, kau tidak salah"

"Apa kau akan pulang ke apartemen majikanmu"

"Oh ya tentu saja, kalau begitu aku permisi ya"

"Eh..mau aku antar?"

"Tidak perlu, biar aku naik bus saja, annyeong"

"Nee annyeong, hati-hati ya" ucap Jimin yang di jawab anggukan oleh Yuri.

____

Kini Yuri sudah duduk di dalam bus menuju halte dekat apartemen Jungkook.

Di perjalanan ia sempat melihat mobil dengan warna dan jenis mirip dengan mobil Jungkook. Dan benar saja itu memang mobil Jungkook setelah ia berhasil melihat siapa yang mengemudikan mobil itu.

Tapi, pandangannya teralih kepada seseorang yang duduk di samping Jungkook. Dia Nara.

Yuri merasa ada yang tidak beres dengan hatinya. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Ah ini terdengar lebay, tapi memang seperti itu adanya.

Nara terlihat sekali-kali menepuk nepuk tangannya sambil tertawa, begitupun Jungkook yang terlihat sangat senang.

Yuri yang melihat adegan itu hanya bisa tersenyum hambar. Harus ia akui, ia merasa cemburu karena ia sadar jika sudah berani menyukai majikannya sendiri. Sudah lama ia berusaha menepis semuanya, namun gagal.

Dilihatnya lagi mobil Jungkook yang kini telah melaju dan menghilang. Ia mengapit tas di dadanya. Ingin sekali dia menangis, ia membenci dirinya sendiri karena telah lancang menyukai seorang Jeon Jungkook. Ia tahu, sedalam apapun ia menyukai laki-laki itu dunia tidak akan pernah merestuinya.

"Ingat Yuri-ah, kau hanya pesuruh di keluarga Jeon. Jangan bermimpi dan berhayal lebih" monolog Yuri.

Ia menghembuskan nafasnya kasar. Tanpa sadar ia sudah sampai di halte, ia merapikan poninya dan bergegas turun.

Yuri berjalan menuju apartemen Jungkook.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, ia berhasil sampi di apartemen Jungkook. Didepannya terparkir mobil Jungkook dan terlihat pintu apartemen yang tertutup.

Diraihnya kenop pintu, ia mendorong dan masuk.

Terdengar suara kekehan dari arah ruang santai. Ia menarik napas lalu menghembuskannya kasar, sedikit ia membetulkan poni dan memasang senyum yang nampak di paksakan namun tetap terlihat manis.

"Permisi, kalian mau makan ap..." ucapan Yuri terhenti, matanya melotok melihat kedepan. Cukup lama hingga ia sadar, ia serentak berbalik dan berjalan tergesa menuju kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya sedikit kasar, namun terkesan hati-hati karena ia takut menimbulkan bunyi yang keras. Ia menuju kamar mandinya dan mulai mencuci wajahnya dengan air di wastafel.

Tanpa yuri sadari kini matanya berair. Ia menyeka air matanya yang mulai akan jatuh.

Ia kaget dan merasakan nyeri di hatinya. Bagaimana bisa ia tidak merasakan hal itu saat ia hendak menyapa Jungkook dan Nara, Yuri melihat keduanya tengah duduk di sofa dalam keadaan berciuman. Ia melihat sangat jelas bagaimana Jungkook menikmati aktifitasnya itu.

Bibir Yuri bergetar. Ia ambruk dan terus menangis.

"Ba..bagaimana bisa" monolog Yuri sendiri. Air di wastafel masih menyala. Ia masih dengan posisi duduknya. Ia memegang mulutnya, berusaha membungkam agar tangisnya tak terdengar oleh Jungkook dan Nara.

Yuri berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak terlarut dalam rasanya. Ia mengusap air matanya kasar lalu bangkit dan membasuh wajahnya lagi.

Yuri beranikan diri kembali ke ruang santai. Dilihatnya Jungkook yang sudah sendiri disana.

"Pe..permisi tu..tuan, maaf mengganggu. Tuan mau makan apa biar saya masakkan" ujar Yuri dengan posisi wajahnya yang menunduk.

Terdengar derap langkah dari depannya, diamatinya Jungkook yang berlalu meninggalkan dia tanpa berkata apapun.

Lagi. Yuri merasakan hatinya nyeri lagi. Dilihatnya punggung laki-laki itu yang mulai berlalu.

"Kenapa aku merasakan sakit ini lagi"

Tbc..

(JK) MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang