Sudah satu minggu sejak pertemuan dramatis mereka di rumah ibu Jungkook. Dan, Nyonya Jeon sudah tak masalah jika anaknya dekat dengan Yuri.
Awalnya Yuri masih belum percaya jika semuanya terjadi begitu cepat. Dari Lucas yang mengajaknya bertemu Nyonya Jeon, kemudian dia bertemu Jungkook, dan cerita Jungkook mengenai pengakuan Nara.
Hah, sudah Yuri duga semua itu memang ulah Nara.
Hari-harinya seperti biasa, di lalui dengan bekerja dan berkencan.
Bersama Jungkook tentunya.
Namun, untuk yang pertama kali Jungkook tidak menghubunginya hari ini. Biasanya sebelum Yuri terbangun dari tidurnya, pria itu sudah mengabsen dengan spam chat dan panggilan tak terjawab di handphone Yuri.
Agak aneh memang, tapi Yuri berpikir positif saja.
Hari ini dia bangun agak siang. Terlihat jam menunjuk angka sembilan. Terbilang siang memang untuk standar bangun pagi wanita.
Biasanya wanita akan bangun lebih pagi untuk memasak, membersihkan rumah, atau sekedar meregangkan otot. Namun, lain halnya bagi Yuri.
Baginya, tidur adalah salah satu surga dunianya selain uang, dan cinta.
Dengan langkah berat, Yuri berjalan mendekat ke arah kamar mandi guna membersihkan dirinya. Semalam dia tidur hampir jam satu karena, membuat pesanan kue. Dia juga tak lekas tidur karena, menonton serial drama kesukaannya sampai akhirnya dia tertidur.
Setelah rasa bersih, Yuri mengakhiri aktifitasnya itu.
Yuri mulai mengambil beberapa makanan ringan dan juga minuman, lalu meletakkannya keatas sofa, bersamaan dengan dirinya yang juga sudah terduduk di sana.
Beberapa menit berlalu akhirnya dia merasakan bosan. Di raihnya handphone yang sejak tadi bersarang di atas sofa. Ia mulai mengetikkan nama seseorang lalu memutuskan untuk memanggilnya.
Tak ada jawaban.
Yuri mengulanginya beberapa kali, namun tetap saja sama. Tak ada hasil. Panggilannya tak di jawab.
"Kemana dia" gerutu Yuri sambil meletakkan handphone nya lagi.
_____________________
"Dok, apa dokter yakin? Kenapa sangat cepat?"
Jungkook berusaha mengatur deru napas dan detak jantungnya yang sudah seperti orang sehabis maraton.
"Kau tahu penyakit itu bukan? Dia berkembang sangat cepat, dan bahkan dia sudah bersarang dalam otak anda semenjak dua bulan yang lalu"
"Tapi saya baru merasakan pusing beberapa hari yang lalu"
"Itu mungkin bisa terjadi, lebih baik anda tenangkan diri anda dulu tuan Jeon, lalu istirahat dan minumlah obat"
"Baiklah terimakasih"
Setelah mengatakan hal itu, Jungkook lantas meninggalkan tempat yang dikunjunginya itu, yakni rumah sakit.
Dia dengan mobil yang di kendarinya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Menembus air hujan yang sudah mulai turun sejak lima belas menit yang lalu. Teleponnya berdering tanda seseorang menghubunginya, namun tak membuat Jungkook mengalihkan fokusnya untuk menyetir.
Pikirannya terlalu kalut untuk saat ini. Kenapa saat dia bertemu dengan wanita yang dia rindu selama ini, Tuhan malah memberinya tentangan hidup. Bahkan saat ini dia sudah menyerah untuk semuanya.
"Maafkan aku untuk saat ini, aku menyesal telah membuatmu jatuh cinta padamu" Ucap Jungkook di iringi dentuman keras yang mengakibatkan remuknya mobil yang dia tumpangi, dengan dirinya yang sudah terluka di bagian kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
(JK) MINE ✔
Fanfiction"Kalau saja Tuhan hanya menciptakan aku dan kamu, aku yakin kita tak akan sejauh ini"