Sudah lima tahun sejak ia memutuskan untuk kembali ke rumah asalnya di incheon.
Yuri masih tetap menjadi wanita yang tangguh dan cantik. Dia saat ini lebih memilih untuk mengurus rumah, dan mengirimi ayahnya makan siang saat bekerja.Selama itu pula rasa sakitnya ia tekan.
Dia masih terus memikirkan keberadaan laki-laki yang dicintainya itu, Jeon Jungkook. Yuri tak tahu atas landasan apa pria itu meninggalkannya.Ingin sekali dia kembali ke Seoul dan mencari tahu keberadaan Nyonya Jeon, guna mendapat informasi tentang Jungkook, namun keinginannya itu ia pendam.
Mungkin Jungkook memang tak ingin bersamanya lagi.Sementara itu, gundukan tanah itu sudah sangat kering. Rumput hias juga sudah tumbuh di atasnya. Kadang juga di atas gundukan itu, bunga-bunga segar kerap tertidur pulas. Nyonya Jeon lah yang menidurkannya.
"Bolehkah ibu memberitahunya Jung?" Tanya Nyonya Jeon, yang tak akan pernah di balas oleh anaknya itu.
Air mata kembali mendesak keluar, menyisakan bekas di pipi wanita paruh baya itu. Bahkan uban juga sudah mulai tumbuh di antara rambut hitamnya.
Wanita itu mengusap air matanya dengan perlahan. Tangannya mulai bergerak untuk meraba pusara putranya, berusaha menyalurkan rasa rindunya selama ini.
Ingin rasanya ia teriak saat ini lalu menyalahkan Tuhan atas apa yang di alaminya, namun semuanya percuma. Jungkook telah meninggalkannnya.Bahkan waktu lima tahun tak dapat mengikis rasa sakitnya saat di tinggal Jungkook. Wanita yang menyandang status ibu Jungkook itu kerap menangis jika mengingat kenangan saat ia bersama Jungkook. Dia juga menyesal karena dulu dia kerap melukai perasaan putranya itu.
Penyesalan memang tidak akan datang di awal.
Dengan gencar ia menyuruh beberapa orangnya untuk mencari tahu keberadaan Yuri. Dia merasa menyesal, karena tak memberi tahu wanita itu tentang keadaan yang sesungguhnya.
Sebenarnya dulu dia ingin memberitahu Yuri, namun itu adalah permintaan terakhir anak yang sangat dia sayangi itu.
Hari-hari berlalu dan pecarian itu membuahkan hasil.
Saat ini Yuri sudah berdiri di depan sebuah apartemen yang sangat dia kenali. Bahkan dia masih ingat betul letak berdirinya Jungkook saat menyuruhnya mengepel.
Dengan langkah gontai dan gugup dia berjalan masuk kedalam.
Semuanya masih sama. Letak pot bunga juga masih sama. Semua masih tetap pada posisi semula.
"Kau sudah datang?" Ujar Nyonya Jeon saat menyaksikan eksistensi Yuri di depan pintu "masuklah, ada yang ingin aku katakan padamu"
_________
"Sebelumnya maafkan aku" ucap Nyonya Jeon dengan sesal. Dia memeperhatikan Yuri yang masih setia menunduk.
"Dia..maksudku, putraku tak ingin kau mengetahui tentang dirinya"
Setelah mengatakan itu, Yuri nampak langsung mendongakkan kepalanya menghadap Nyonya Jeon.
"Di-dimana dia nyonya?" Kali ini Yuri terlihat sangat penasaran. Nyonya Jeon hanya bisa mendesah pasrah.
"Dia sudah pergi jauh, sangat jauh" jawab Nyonya Jeon "Sangat jauh dan kita tidak bisa menemuinya" lanjutnya.
"Kemana?"
Yuri nampak sudah berkaca-kaca mendengar penuturan ibu kekasihnya itu.
"Ah, sudah lama ya dia meninggalkanmu, dan aku tentunya" ujar Nyonya Jeon berusaha kuat.
Yuri melihat sekilah raut wajah ibu kekasihnya itu, sebelum kembali menenggelamkan wajahnya sendiri di sela-sela rambut yang tak terikat.
"Maafkan aku, dia memintaku untuk tidak memberitahu mu penyebab kepergiannya, dan satu hal yang harus kau yakini. Dia sudah sangat bahagia"
KAMU SEDANG MEMBACA
(JK) MINE ✔
Fanfiction"Kalau saja Tuhan hanya menciptakan aku dan kamu, aku yakin kita tak akan sejauh ini"