40

38 11 1
                                    

Sinar mentari pagi menembus jendela kamar Jeongin, membuat lelaki itu perlahan terbangun.

Namun ada yang hilang.

Dimana Nabila?

Jeongin duduk dan mengumpulkan nyawanya baru ia pergi kekamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Setelah itu ia turun kebawah menuju dapur. Dan benar, Jeongin menemukan Nabila sedang memasak sesuatu untuknya.

Lelaki itu memeluk gadisnya dari belakang. Entah sejak kapan Jeongin jadi suka memeluk Nabila seperti ini, rasanya nyaman.

"Eh? Padahal tadi mau aku bangunin kalo supnya udah jadi." kata Nabila.

"Udah bisa masak nih ceritanya?"

"Ehee..iya dong, diajarin kak Jaemin."

"Bagus deh kalo gitu."

"Kamu tunggu dimeja makan gih."

"Gamau. Mau gini aja."

"Kak please deh...."

"Gamau sayang..."

"Ya terus makan nya gimana kalo kayak gini??"

"Gausah makan. Aku ga laper." Jeongin ngeyel.

"Ih kan udah aku masakin!"

"Nanti aja, mau kayak gini dulu."

Yaudah gimana lagi? Nabila cuma bisa pasrah nurutin Jeongin yang manja manjaan sama dia.

Setelah berangkat sekolah kemarin, hari ini mereka libur lagi karna para guru mendatangi rapat didinas.

Senang? Jelas. Baik Nabila maupun Jeongin merasa sangat bahagia karena dengan begitu mereka akan lebih lama menghabiskan waktu berdua. Bermanjaan dan bermesraan tentunya.















































02.30pm

Jeongin tiduran dipaha Nabila yang duduk disofa ruang tengah sambil menonton televisi.

Nabila mengelus rambut merah kekasihnya itu membuat sang kekasih merasa nyaman.

"Kak?"

"Ya?"

"Ketua osis kok rambut dicat merah sih?"

"Kan gaada larangan buat warnain rambut sayang."

"Ya iya sih. Tapi wajarnya kan rambut anak sekolah itu hitam."

"Yaudah besok aku cat hitam deh."

"Ga deh! Jangan, ganteng gini. Hehe.." Nabila nyengir.

"Yeu dasar labil. Untung sayang." kata Jeongin.

"Mama kok belum pulang?"

"Paling nanti malem."

"Ooo..."

"Seneng nih aku bisa berduaan terus sama kamu."

"Yeu dasar!"

"Kamu gasuka ya berduaan gini?"

"Ih apasih kak? Ya suka lah."

Jeongin senyum dan Nabila ikut senyum.

"Sayang," panggil Jeongin.

"Apa?"

"Aku mau tanya boleh?"

Nabila ngangguk.

"Kamu dulu punya mantan yang berharga banget buat kamu?"

Deg!

"H-hah? G-gaada mantan yang berharga kak." jawab Nabila ragu.

Jeongin tersenyum tipis. Rasanya sedikit kecewa ketika Nabila menjawabnya dengan ragu dan berarti memang Nabila masih memiliki seseorang yg berharga sebelum Jeongin.

Kemudian keduanya diam.

Jeongin bangkit.

"Ayo aku anter pulang." katanya lalu keluar dari rumah.

Nabila tau ini karna salahnya. Tapi bagaimana lagi? Nyatanya memang ada dua nama didalam hatinya.









































Vommentnya jangan lupa^0^

«Goodbye Road»{이별길}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang