"Kalo kamu memang masih sayang, kejar dia. Karna saya yakin dia merindukan kamu."
Kalimat yang diucapkan pak Suho kemarin terus berputar dikepala Jeongin.
Lelaki berseragam rapih itu mendecak kesal. Kenapa juga ia harus meninggalkan Nabila?
Kini ia sibuk menyumpahi sikapnya sendiri karna mudah menyerah.
Jeongin menghembuskan napas kearah langit kemudian menatap pemandangan kota dari rooftop sekolah.
Lelaki itu bahkan tidak mengikuti pelajaran sejak pagi tadi. Ia memilih untuk menyendiri dirooftop ditemani angin semilir.
Ketika bel istirahat berbunyi, Jeongin menguatkan dirinya lalu mulai melangkah pergi mencari sosok gadis yang ia rindukan.
"Heh!"
"Anjir kaget!"
"Ga kekantin?" tanya Minho.
Nabila menggeleng, "Ga napsu makan."
"Napsu ga napsu tetep kudu makan." kata Minho.
"Ga kak." Nabila menyibukkan diri membaca novel.
Minho menggeleng lalu dengan cepat merebut novel milik Nabila.
"Kak! Anjir balikin!" Nabila berdiri kemudian berjinjit untuk menggapai buku yang ada ditangan Minho.
"Gua balikin kalo lu mau makan." kata Minho.
"Gamau ih kak! Balikin cepet!"
"Kak ih!! Balikin anjir!"
"Kak Minho ih!!"
Nabila terus berjinjit untuk menggapai bukunya sampai tak sadar bahwa jarak dirinya dan Minho tinggal beberapa cm lagi.
Lalu kemudian Nabila berhasil meraih bukunya.
Minho menatap Nabila lekat sedangkan gadis itu melotot kaget ketika Minho menarik pingganya.
Minho mendekatkan wajahnya pada Nabila.
Jeongin berlari menuju kelas Nabila. Ia yakin betul kalau mantan kekasihnya itu ada dikelas.
Lelaki itu tersenyum ketika berlari menuju kelas Nabila. Ia bahagia karna setelah ia mengungkapkan semuanya, Nabila akan kembali padanya bukan? Ia akan dengan erat memeluk Nabila dan mengatakan dengan tegas bahwa ia benar benar menyayangi gadis itu.
Namun senyumnya pudar ketika langkahnya terhenti didepan kelas Nabila.
Apa yang ada dipandangannya saat ini adalah kehancuran baginya.
Satu persatu kakinya melangkah mundur kemudian ia berbalik dan berlari menjauh.
Sungguh seperti inikah akhirnya? Jeongin menyesal karena berniat memperbaiki hubungannya. Seharunya ia membiarkan saja, karna mungkin Nabila sudah bahagia bersama Minho.
Jeongin berlari menuju rooftop. Ia membuka pintu usang itu dengan keras dan berjalan lemah menuju tumpukan kursi bekas.
'Srek!'
'Bark!'"Waaaaaaa!!!waaaa!!"
Jeongin menghempas seluruh kursi hingga jatuh tak tentu arah.
Lelaki itu terus berteriak dengan airmata yang terus mengalir.
'Bugh!'
'Bugh!'
'Bugh!'Ia terus saja memukuli tembok dengan tangan kosongnya.
Rasanya bahkan jadi sangat menyakitkan.
Jeongin terduduk lemas menatap langit, bahkan ia tak sadar sebuah cairan merah mengalir dari punggung telapak tangannya.
Batinnya sangat tersiksa kali ini.
Dan ia berharap tak pernah ada lagi hari esok untuknya.
Nabila mendorong Minho menjauh sebelum lelaki itu menciumnya.
Ia menunduk, "M-maaf kak, aku gabisa." katanya lalu pergi.
"Argh!" Minho menendang sebuah meja disana. "Lu gaakan pernah bisa Nab. Kita gaakan pernah bisa, karna hati lu cuma buat Jeongin."
Huhu:'( udah mau ending:'(
Vote dan Commentnya jangan lupa:*
KAMU SEDANG MEMBACA
«Goodbye Road»{이별길}✔
Fanfiction"Heh! Diem diem bae. Galau ya?"-Jeongin "Ga kak."-Nabila. "Tumben pake 'kak'?" "Kemaren suruh sopan, sekarang udah sopan masih aja salah. Maunya apa?" "Maunya lu, gimana dong?" "Sinting!"