41

42 12 4
                                    

Pagi ini rasanya berbeda bagi Nabila. Kosong. Hampa. Tanpa adanya Jeongin disampingnya.

Gadis itu dengan lesuh berjalan sendirian dikoridor. Sebenarya ia berangkat bersama Mark, hanya saja Mark tau perasaan Nabila jadi ia tak ingin mengganggu adiknya itu.

Nabila merasa sedikit kecewa karena Jeongin tak pergi kekantin bersamanya dan memilih menyibukkan diri. Ya hanya menyibukkan diri bukan benar benar sibuk.

"Hey, galau yak?" tanya Hara.

"Kalo ada masalah tu cerita Nab." Kata Reina.

Nabila menghela napas, "Kak Jeongin cuekin gue. Gue rasa dia marah."

"Kenapa?" tanya Naira.

"Kemaren dia tanya soal mantan gue. Terus gue jawabnya gugup."

Hara menggeleng, "Lo gugup Nab? Berarti lo masih sayang sama mantan lo kan?"

"Ya gimana lagi? Nyatanya nama dia ga bisa hilang dari hati gue." kata Nabila.

"Jangan gini Nab. Kasian kak Jeongin. Kalo emang hati lo masih didominasi sama mantan lo, mending lo pisah sama kak Jeongin." kata Reina.

"Jangan bikin orang kecewa belakangan Nab." sambung Hara.

"Bikin keputusan sekarang, jangan bikin rasa sakit dengan pura pura sayang." kata Naira.

"Argh! Gue pusing. Gue masih sayang sama mantan tapi gue gamau lepasin kak Jeongin."

Jeongin mendengar semuanya diam diam dari balik tembok kantin.

Perih.

Lelaki itu lantas melangkahkan kakinya menjauh darisana lalu melemparkan sebungkus cokelat dengan pita merah kedalam tong sampah.

Untuk sekarang yang Jeongin inginkan hanya menenangkan dirinya. Sendirian.


























Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Nabila langsung berlari menuju kelas Jeongin.

Dan benar, Jeongin berjalan keluar dari kelas. Menatap Nabila namun tatapannya berbeda. Dingin?

"Kenapa?" bahkan perkataannya pun berubah jadi dingin.

"Pulang bareng ya?"

"Gabisa gua ada rapat."

Nabila sedikit terkejut ketika Jeongin menggunakan kata 'gua' bukan 'aku'.

Lalu Jeongin pergi.

Namun Nabila mengejarnya. Menahan tangan lelaki itu, dan memeluknya erat dari belakang.

"Nabila sayang kakak. Jangan berubah kayak gini."

Tanpa sepatah katapun Jeongin melepaskan pelukan Nabila dan pergi begitu saja.

Gadis itu menatap punggung Jeongin yang semakin menjauh. Perlahan airmatanya jatuh.

"M-maaf kak...."

























































































Nabila berjalan menuju halte bus dengan tatapan kosong. Akankah bahagianya hancur lagi?




































'Dugh!'







































"Akh!" Nabila menyentuh keningnya lalu mendongak.












































Deg!










































"K-kak Soobin?"

Lelaki dengan hoodie hitam itu tersenyum manis.

"Hai. Apakabar?"

Nabila diam tak bisa berkata kata. Airmatanya jatuh, rasanya semua kenangan kembali terulang. Bahagianya dulu bersama Soobin seolah kembali.

Soobin merengkuh tubuh gadis itu dan memeluknya.

"Jangan nangis aku gasuka liat kamu nangis." ucap Soobin.

































































Jeongin melihat itu semua dari sebrang jalan. Harusnya ia tak usah berniat menyusul Nabila karna bahkan jika gadis itu menangis, ia sudah menemukan tempatnya. Tempat yang membuat Jeongin mundur secara perlahan, karna Jeongin sadar tempat lama itulah yang mengambil banyak ruang dihati Nabila.









































"Maka yang terakhir dari ku adalah selamat tinggal.






















Dan berbahagialah bersama orang lama.






























Karna orang baru sepertiku tak mampu membuatmu bahagia dengan nyata."

























-Yang Jeongin







Vote+Commentnya ya^0^

«Goodbye Road»{이별길}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang