Nabila terbangun tepat pukul 6 pagi. Ia beranjak dari ranjangnya kemudian membuka tirai jendela kamar apartemen yang sudah Lima bulan ia tinggali bersama tunangannya.
Nabila kembali menaiki ranjang lalu membangunkan tunangannya dengan lembut.
"Kak, ayo bangun sarapan dulu."
Lelaki berambut blonde itu membuka matanya perlahan dan tersenyum.
"Seneng deh aku waktu bangun yang pertama kali aku lihat itu wajah bidadari sekaligus ibu dari anak anak aku secepatnya."
Nabila memukul pelan dada Jeongin, "Masih pagi udah gembel aja kamu kak!"
Jeongin meringis.
"Yang...."
"Hm?"
"Kapan berhenti panggil aku 'kak' ?" tanya Jeongin.
"Udah ih nyaman gitu."
"Ya gabisa dong! Masa nanti pas udah nikah kamu panggil aku 'kak'??" Jeongin cemberut.
"Ish ish ish! Tak patut!" Nabila geleng geleng kepala.
"Iya kamu itu yang engga patut sayang..." Jeongin emosi.
"Oh aku?"
"Yaudah Gae Bi."
"Cih! Yaudah sana sama Gae Bi! Jauh jauh!" Nabila ngambek.
Jeongin senyum terus meluk erat Nabila.
"Gimana mungkin aku ninggalin bidadari demi jelmaan setan kayak Gae Bi? Aku ini waras ya ga gila. Udah jangan ngambek, aku itu cuma sayang sama kamu gaada yang lain."
Oke fiks! Nabila lemah! Cuma digituiin aja langsung ilang ngambeknya.
Nabila peluk Jeongin erat banget.
"Nabila sayang kakak. Sumpah gabosen bilangnya.."
Jeongin terkekeh, "Itu kalo dikumpulin jadi kamus besar rasa sayang kamu ke aku. Eak."
"Ih sumpah 'eak' nya ganggu banget kak!"
Kemudian mereka berdua tertawa bersama.
"Bahagiaku itu ketika aku mampu membuat kamu bahagia dan terus berada disampingku sampai tua nanti."-Yang Jeongin.
"Mulai dari pelukannya aku paham bahwa nyaman itu membawa bahagia."-Lee Nabila.
Jeongin&Nabila
Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
«Goodbye Road»{이별길}✔
Fanfiction"Heh! Diem diem bae. Galau ya?"-Jeongin "Ga kak."-Nabila. "Tumben pake 'kak'?" "Kemaren suruh sopan, sekarang udah sopan masih aja salah. Maunya apa?" "Maunya lu, gimana dong?" "Sinting!"