46

38 11 3
                                    

Seorang gadis berambut hitam perlahan membuka sebuah pintu usang dilantai paling atas disekolahnya.

Dan ketika pintu itu terbuka, betapa terkejutnya ia ketika menemukan seorang lelaki sedang duduk dipinggir rooftop sambil menyesap sebatang rokok.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pada kenyataannya, sang lelaki terlihat sangat menyedihkan.

Seragamnya kusut dan berantakan, rambut yang dulunya berwarna merah kini berubah menjadi blonde, dan terdapat sebuah tindik ditelinga kiri nya.

Gadis itu menghampiri sang lelaki dengan sendu lalu duduk disampingnya.

'Fyuh!'

Lelaki itu menghembuskan asap rokoknya keatas langit.

kedua mata gadis itu mulai berair tak kala menatap tangan kanan lelaki itu yang terluka cukup parah.

"Kakak kenapa?" tanya gadis itu dengan nada bergetar.

Tak ada jawaban, lelaki itu memilih untuk terus menyesap rokoknya.

Gadis itu menghela napas.

"Yaudah maaf kalo Nabila ganggu." katanya kemudian beranjak pergi.

Namun sebuah tangan kekar menahannya.

"Lu gamau tanya seberapa sakitnya gua hm?

Oh iya gua lupa. Lu gaakan peduli karna udah ada yang baru dihati lu, iya kan? Jadi lu ga peduli sama gua.

Lu bahkan ga peduli SAMA RASA SAKIT YANG GUA ALAMI! ya kan??"

Sungguh, hati Nabila kini tersayat hebat. Bagaimana mungkin ia tidak peduli pada lelaki itu ketika bahkan dihatinya hanya ada sebuah nama, nama lelaki itulah yang terukir disana.

Jeongin menghela napas lalu membuang puntung rokoknya yang telah mati.

"Gua ga pernah jatuh cinta sedalem ini. Cuma sama lu. Cuma sama lu gua tulus. Tapi bahkan ketika gua tulus...

Lu nyimpen dua nama dihati lu.

Itu sama sekali ga adil Nab!

Lu bisa bahagia sama yang lain sedangkan gua? Gimana mungkin gua bahagia kalo alasan gua buat bahagia itu udah bahagia sama orang lain?

Lu tau? Semakin hari, gua semakin hancur tanpa lu.

Gua selalu coba buat ngebenci lu, tapi gua ga pernah mampu. Dan bodohnya gua jadi semakin rindu sama lu setiap harinya."

Sesak rasanya mendengar pernyataan menyakitkan itu keluar dari mulut Jeongin. Membuat airmata mengalir ke pipinya.

Jeongin pikir Nabila mampu bahagia bersama orang lain tanpa pernah tau fakta yang terjadi bahwasanya Nabila sangat amat merindukan Jeongin.

Dan itu terasa setiap ia menghembuskan napas membuatnya sesak akan kerinduan yang bahkan obatnya telah berubah. Menjauh dan hilang darinya.

Tanpa kata, Nabila berbalik lalu memeluk lelaki itu erat.

"Kakak GA TAU! ga akan pernah tau! Aku kangen sama kakak tapi kakak selalu menjauh! Yang bisa aku lakuin cuma ngelihat lukisan yang kakak gambar, senyum senyum sendiri ketika liat foto kita dihp. Dan nangis ketika inget kenangan kita.

Kakak ga ngerti! Aku bahkan ga pernah bahagia sama orang lain! Aku kangen kakak bahkan disetiap hembusan napas.

Aku kangen pelukan kakak, aku kangen candaan kakak, aku kangen senyum kakak, aku kangen kita!

Hiks...Nabila sayang kakak.

Selamanya."

Gadis itu mengeratkan pelukannya dan menangis disana.

Tak terasa airmata Jeongin ikut mengalir. Kali ini rasanya tenang bagi Jeongin.

Kemudian lelaki itu memeluk erat gadis yang ia rindukan disetiap harinya.

"Maaf...." lirih Jeongin. "Maaf aku salah...aku sayang kamu."

Nabila tersenyum disela tangisnya.

"Nabila juga! Nabila sayang sama kakak! Sayang banget!"

Jeongin melepas pelukannya lalu mencium kening gadis itu dan menatapnya lekat.

"K-kenapa??" tanya Nabila gugup.

"Kamu bener ciuman sama Minho?"

Sedetik kemudian Nabila tertawa lalu menggeleng, "Ga akan! Karna aku ga cinta ataupun sayang sama kak Minho. Aku anggep kak Minho itu kayak kakak sendiri."

"Tapi aku liat kamu-"

*Chup!*

Nabila mengecup kilat bibir Jeongin.

"Kakak salah liat!"

Jeongin tersenyum, "Belajar jadi nakal darimana hm?"

"Nabila ga nakal!" gadis itu meraih tangan kanan Jeongin lalu menatapnya miris. "Ayo keUKS."

Jeongin menggeleng. "Ga sakit soalnya aku udah punya kamu sebagai obatnya."

"Dih! Gembel!"

Lalu keduanya terkekeh kemudian diam dan saling menatap.

Jeongin mendekatkan wajahnya pada Nabila dan gadis itu memejamkan matanya.

Jarak wajah keduanya dekat.





Kemudian semakin dekat.





















Lalu...






















'Brak!'

"Ha-njing!" Jisung cengo, Hara ikut Cengo.

Jeongin kembali mendecak kesal. Lagi lagi Jisung?!

Lelaki itu tak peduli kemudian langsung mencium Nabila didepan dua orang yang sebenarnya sedang kejar kejaran namun malah salah masuk tempat.

Jisung otomatis menutup mata Hara dengan tangannya.

"Jangan yang! Jangan liat kamu ga akan kuat biar aku aja." gitu kata Jisung.











































>End<

































Tapi boong:3
Vote dan Commentnya jangan lupa kalo kalian suka:*

«Goodbye Road»{이별길}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang