Kinan memasuki ruangan yang seperti rumah kedua baginya. Bau khas ruang itu langsung terasa dan membuatnya tidak tahan, tapi Kinan betah di ruangan ini. Ruangan yang sudah setahun Kinan kunjungi. Ruangan yang menjadi alasan Kinan pulang cepat. Ruangan yang berisi orang yang sangat Kinan harapkan kehadirannya. Ruangan siapa lagi kalau bukan Ruang Inap Kakak Kinan, Brian. Setelah kejadian yang Kinan sendiri tidak tahu apa penyebabnya, Brian masih belum sadarkan diri.
Kinan dengan sabar selalu menunggu Kakaknya itu membuka mata. Kinan menyesal karena belum berhasil mengubah perilaku Kakaknya itu. Kinan tidak menyalahkan Ayahnya yang selalu sibuk sejak Bunda Kinan meninggal saat Kinan masih kelas empat SD. Namun, Kinan berharap Ayahnya peduli sedikit dengan Kinan dan Brian. Bahkah sudah satu tahun ini, Ayah Kinan baru dua kali mengunjungi putranya yang koma.
Kinan menghelas nafas pendek lalu menutup pintu dan melangkah menuju ranjang Brian. "Hai Kak, gimana kabarnya? Pasti lagi seneng ya? Beda deh sama Adik. Adik lagi nggak seneng. Masak Farel semakin nggak jelas deh Kak. Aneh deh Kak sama itu orang. Kenapa ya kerjaannya gangguin adik mulu. Apalagi kelakuannya sering absurd, "
Bla bla bla seperti biasa, Kinan bercerita panjang lebar kepada Kakaknya. Masa bodo Kak Brian dengar atau nggak. Bisa berbagi cerita aja sudah lega hati Kinan.
"Yuhu.. " seruan seseorang membuat Kinan senang.
"Kak Rizki! " Kinan senang karena Kak Rizki datang.
Kinan langsung berdiri dan menubruk Kak Rizki lalu memeluknya, "Kangen tahu. Kenapa nggak dateng-dateng sih. Kak Yudha mana? " omel Kinan.
Rizki terkekeh melihat tingkah adik sahabatnya itu. Rizki sudah menganggap Kinan seperti adik kandungnya sendiri. Begitu juga Kinan sudah menganggap Rizki dan Yudha seperti Kakak Kandungnya.
"Bentar. Nanti juga datang, " balas Rizki.
Dan benar saja, tak sampai dua menit, Yudha juga datang. Kinan langsung senang dan memeluk Yudha yang baru saja masuk.
"Kangen, " ujar Kinan.
Hanya satu kata tapi sangat menyentuh hati Yudha. Yudha lama-lama merasa kasihan dengan Kinan. Yudha merasa bersalah, karena seminggu ini belum mengunjungi Brian.
"Tapi, udah enggak kan? " Yudha mencolek hidung Kinan lalu merangkul Kinan untuk duduk.
Kinan merasa senang sekali. Seminggu ini, Kinan hanya seorang diri di rumah sakit. Namun, akhirnya Kak Yudha sama Kak Rizki datang
"Udah lama? " tanya Yudha.
"Barusan kok, "
"Udah makan? " tanya Rizki.
"Ehm.. Belum. Buru-buru mau kesini. Kasihan Kakak sendiri, "
Yudha dan Rizki tersenyum kecil. Mereka berdua tidak tahu bagaimana rasa hati Kinan menghadapi ini semua. Apalagi mereka tahu kalau Om Gunawan, Ayah Kinan tidak pernah mengunjungi anaknya.
"Yaudah. Kita makan dulu yuk, " Yudha berdiri lalu menggandeng Kinan keluar ruangan diikuti Rizki.
Yudha membawa Kinan menuju kafetaria yang ada di rumah sakit itu. Makanannya cukup beragam membuat Yudha tak perlu pergi ke luar untuk mencari makan. Beruntung Kinan itu tidak susah dalam hal makanan.
"Gimana sekolah Kinan? " tanya Yudha setelah mereka sudah duduk di salah satu kursi kafetarian rumah sakit.
"Baik-baik aja. Tapi, Kak Yudha sama Kak Rizki tahu kan? Si Farel makin nyebelin Kak, " Kinan kembali bercerita tentang Farel.
Semua tingkah Farel hari ini dan hari-hari sebelumnya Kinan ceritakan semuanya. Dan kedua orang itu setia mendengarnya. Memang, keduanya sudah tahu tentang pertarungan diantara Kinan dan Farel. Bahkan sejak mereka masih kelas dua belas. Sekaligus tutup mulut tentang kejadian satu tahun lalu. Yang bisa berdampak parah jika Kinan tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction#1 in thewattys2020 (Mei 2020) #1 in benci (agt 2020) [SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Kinan sangat benci Farel. Setiap hari Farel selalu membuat ulah yang membuat Kinan teriak-teriak sekaligus kesal. Ini semua gara-gara Ki...