Masih Belum Percaya

5.3K 135 7
                                    

Rehan tidak tenang duduk di kursinya. Entah kenapa setelah melihat Farel, hatinya sangat tidak tenang. Kondisi Farel dengan kaki kiri yang di perban dan membuat Farel harus menggunakan tongkat untuk berjalan, membuat Rehan gelisah sejak tadi.

Rehan tidak yakin. Jelas-jelas kemarin waktu Farel di keroyok, itu hanya lima orang yang ngeroyok dan Rehan lihat Farel masih bisa kuat. Namun sekarang yang dirinya lihat, berbeda! Sebenarnya ada apa lagi?

Agh!! Kenapa gue jadi khawatir gini sih! Dia bukan sahabat gue lagi! bukan! Harusnya gue seneng dong Farel menderita kayak gini? Jerit hati Rehan.

Daripada dirinya memikirkan Farel yang tidak penting itu. lebih baik dirinya berusaha mendapatkan Kinan. Cewek itu entah kenapa bisa membuat Rehan jatuh hati.

"Hai!" Rehan menyapa Kinan dengan senyumannya.

"Ngapain lo?" balas Kinan tak suka.

Vina menatap Rehan bingung. Sejak dirinya tahu hubungan Rehan dan ketiga temannya itu, Vina menjadi tak suka juga dengan Rehan. Vina lalu menengok ke kanan menghindar dari Rehan dan mendapati Arjun mengucapkan sesuatu yang langsung bisa di mengertinya.

"Astaga! Gue di suruh ke perpus sama Bu Reni. Ayo Kin, temenin dong!" Vina tiba-tiba berteriak membuat Kinan terkejut. Namun, ini kesempatan untuk Kinan menghindar dari Rehan.

"Sorry Han. Gue ke perpus sama Kinan dulu ya. Ntar aja deh ngobrolnya. Sumpah! Ini penting!" Vina menatap Rehan dengan gaya dibuat bersalah lalu menarik Kinan keluar kelas.

Rehan menghela nafas kesal lalu keluar kelas dengan wajah datarnya. Arjun tersenyum senang. Ada bagusnya juga Vina tahu masalah ini.

"Lo kenapa sih?" Farel menatap Arjun aneh. Nggak mungkin kan kelasnya ada apa-apanya dan membuat Arjun senyum-senyum nggak jelas.

"Itu gue keinget Farhan tadi di kelas. Anjir tuh anak bikin gue ketawa terus. Masak ngerjain Bu Vina dengan naruh kecoa di buku yang mau di kumpulin. Anjir nggak tuh temen lo yang setengah waras!" jelas Arjun mencari alasan yang masuk akal.

"Anjing! Anjing! Dari dulu tuh anak nggak ada bosen-bosennya ngerjain Bu Vina," Farel terkekeh geli.

"Hayo! Pasti pada ngomongin gue kan?" Farhan tiba-tiba muncul sambil membawa satu kresek sedang jajan. Entah apa yang di beli Farhan sampai harus bawa kresek segala.

"Iya! Terus kenapa?" tantang Arjun.

"Lanjutin aja. Dosa gue jadi berkurang kalau ada yang ngomongin gue di belakang. Etung-etung tiket masuk surganya gue nambah," balas Farhan sambil cengengesan lalu menaruh kresek tadi di tengah meja.

"Buset! Lo beli apaan aja njir? Banyak bener!" Arjun menarik kresek tadi lalu mengeluarkan semua isinya.

"Lo kayak bocah aja sih beli chiki-chiki nggak jelas ini," Arjun menatap jajan yang di beli Farhan dengan kesal. Emang mereka anak TK sampai di beliin chiki nggak jelas kayak gini?

"Karena gue pengen mengenang masa-masa TK gue dulu. Nyokap gue dulu sering banget beliin jajanan kayak gini!" balas Farhan santuy sambil mengambil salah satu jajanan lalu memakannya.

"Rel? lo yakin masih mau temenan sama nih orang?" tanya Arjun kepada Farel sambil menatap Farhan tak suka.

"Yakin aja Jun. Soalnya kalau nggak kita temenin. Nih anak nggak ada temennya," balas Farel sambil melirik Farhan ogah-ogahan.

"Bagus! Bagus! Lanjut terus! Tiket surga gue makin banyak!" heboh Farhan dan mendapat tatapan sebal dari Farel dan Arjun.

"Gue makan apa nih kalau kayak gini caranya?" Arjun memandangi jajanan di depannya lalu meenangkap sebuah coklat. "Ah ini aja nih. Kayaknya masih layak buat anak SMA," Arjun mengambil coklat itu.

Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang