"Cie.. yang di rebutin dua cowok," goda Vina setelah Kinan duduk di bangkunya.
"Apaan sih lo! Ngaco deh," kesal Kinan lalu mengeluarkan ponselnya dan berselancar di dunia maya.
"Yaelah lo. Galak amat sih. Melebihi Rehan deh," komentar Vina.
"Rehan? Galak?" Kinan mengerutkan dahinya mendengar komentar Vina. Perasaan tadi aja Rehan sangat manis terhadapnya.
"Banget Kin. Asal lo tahu waktu lo di tarik Farel, Rehan langsung jadi monster Kin. Dia kayaknya marah karena lo tiba-tiba di tarik Farel. Dan gue ngerasa kalau mereka berdua itu udah saling kenal," jelas Vina.
"Kok gue ngerasa juga iya ya?" Kinan membenarkan ucapan Vina.
"Ngerasa apaan?"
"Kalau mereka saling kenal. Secara tadi gue di tarik Farel dan Farel nyuruh gue untuk jauhin Rehan. Dan disitu----"
"What?! Lo suruh jauhin----?!" teriak Vina memotong ucapan Kinan.
"Vina! Lo kalau ngomong jangan kenceng-kenceng dong," potong Kinan sambil menutup mulut Vina dengan tangannya.
"Iya, iya. Sorry. Lanjutin cerita lo,"
"Nah itu. di situ gue aneh aja. Rehan kan anak baru di sini. Dan baru masuk sekarang. Tapi Farel kok tahu namanya. Kan aneh ya? Walaupun murid pindahan jadi hot news, tapi kan ini belum berjam-jam," jelas Kinan.
"Kayaknya emang mereka tuh ada hubungannya," gumam Vina dengan wajah serius.
"Udahlah nggak usah di pikirin. Mau mereka saling kenal kek, musuhan kek, atau apalah, nggak usah di perduliin. Emang mereka bayarin kita hidup apa?"
"Yaelah gue kan penasaran. Apalagi pas lo bilang kalau Farel nyuruh lo jauhin Rehan. Gue ngerasa kayak ada apa-apanya gitu,"
"Nggak ada apa-apa! Lagian Farel juga absurd deh. Tanpa alasan!"
"Emang harus butuh alasan?"
"Ya setidaknya gue tahu ada apa di balik Farel nyuruh gue jauhin Rehan,"
"Apa jangan-jangan Farel suka sama lo!" tebak Vina.
"Eits.. lo jangan omong aneh-aneh deh. Jangan ikut-ikutan Kak Rizki deh,"
"Kak Rizki! Aduh omongan gue sama kayak Kak Rizki ternyata. Senengnya," Vina tiba-tiba senang ketika Kinan menyebut 'Kak Rizki'.
Gimana nggak seneng? Si Vina ini ngefans banget sama Kak Rizki. Kinan jadi bingung dengan sahabatnya ini. Apa coba yang disukainya dari Kak Rizki? Kak Rizki aja aduh kelakuaanya tuh lho bikin orang yang lihat eneg plus kesel. Ya walaupun Kak Rizki juga ganteng sih.
"Inget lo udah punya Gilang," bisik Kinan lalu tertawa kecil.
"Kinan. Bisa nggak lo nggak usah ngrusak kebahagian gue," Vina merengut.
"Makanya lo kalau ngomong juga jangan asal. Impas kan?" Kinan menaikkan kedua alisnya senang.
"Iya. Iya impas. Tapi nggak akan lama. Skor dua jadi milik gue,"
"Terserah! Yang penting impas!" tegas Kinan.
....................
Berbeda dengan Kinan dan Vina yang sedang bercanda nggak jelas. Kini Farel dan Rehan sedang diliputi aura negatif alias aura menegangkan. Setelah turun dari Rooftop, Farel langsung dicegat dan ditarik Rehan menuju taman belakang sekolah. Baik Farel maupun Rehan mengeluarkan aura kebencian antara satu dengan yang lain.
Seperti yang dipikirkan Kinan dan Vina. Mereka memang mempunyai hubungan. Namun, itu dulu. Sekarang berbeda. Farel yang sudah melupakan kejadian itu begitu juga dengan Rehan seketika memori mereka kembali setelah bertemu.
"Apaan?" tanya Farel memecah keheningan diantara mereka.
"Kenapa sih lo harus ada di hidup gue?" Rehan malah balik bertanya.
"Kalau ini takdir? Emang kita bisa menghindar?"
"Dan kenapa lo sekarang ada di hadapan gue?" tanya Rehan lagi.
Cih.. Farel membuang mukanya mendengar pertanyaan Rehan.
Cuma orang tolol yang bisa bertanya seperti itu. Jelas-jelas Rehan yang menariknya kesini terus kenapa masih tanya. Seandainya saat ini masih sama seperti dulu mungkin Farel akan melayangkan tinju mainan ke arah Rehan.
"Kalau udah selesai, gue pamit," ujar Farel lalu berbalik pergi.
"Jangan deketin Kinan!" perkataan Rehan mampu membuat Farel yang akan memulai langkah menjadi terhenti.
Farel terdiam tanpa menjawab perkataan Rehan. Apa yang Farel dengar barusan? Apakah kejadian itu akan terualang lagi? Jujur, Farel sebenarnya sudah tidak mempermasalahkannya lagi. Dan kenapa harus Kinan? Farel benar-benar bingung total. Kejadian yang terus menimpanya lama-lama semakin berat saja.
"Terserah gue," balas Farel tanpa berbalik lalu melangkah pergi.
Sama seperti Farel. Rehan juga sama bingungnya. Apa yang barusan dirinya katakan? Akankah kejadian itu kembali terulang? Karena Rehan sendiri aja sampai saat ini belum bisa menerima kejadian itu. Dan kenapa harus berurusan sama Farel?
"Gue bingung deh kenapa tuh anak dateng lagi. Mau cari masalah lagi?" Arjun kesal sendiri mendengar cerita Farel. Kini mereka bertiga tengah bolos di taman belakang. Melihat wajah Rehan di kelas, membuat Farel lama-lama tidak betah.
"Nggak kapok ya tuh anak," tambah Farhan.
"Kalau gitu mending dulu Rehan mati sekalian," ujar Arjun asal tapi mampu membuat Farel dan Farhan menoleh ke arah Arjun.
"Jun, omongan lo di jaga deh. Lo nggak ingat dulu," bantah Farhan serius.
Bukannya Farhan tidak setuju dengan kata-kata Arjun. Namun, kenangan dulu pasti tidak langsung begitu saja terlupakan.
"Dulu udah dulu Han. Nggak bisa terulang lagi," bantah Farel.
Farhan menghelas nafas pelan. Maklum jika kedua sahabatnya seperti itu apalagi Farel, karena kejadian itu sangat berdambak besar bagi keduanya. Khususnya Farel. Sedangkan Arjun dan Farel langsung melamun tanpa berkedip. Baik Farel dan Arjun keduanya sedang memikirkan hal yang sama walau pada pikiran yang berbeda.
Melihat itu Farhan yang sukanya nyleneh nggak jelas langsung serius. Hanya Farhan yang sudah menerima itu semua karena hanya dirinyalah yang waktu itu tidak masuk ke dalam masalah mereka. Kebetulan Farhan waktu itu sedang pergi entah kemana jadi tidak melihat secara langsung dan mengalaminya.
"Rel, Jun. Gue tahu kalau kalian belum terima. Tapi setidaknya, kalian berdua jangan bikin Farah menderita di atas sana," jelas Farhan bijak.
Mereka tidak membalas dan secara bersamaan menundukkan kepalanya. Farhan kesal juga menatap mereka malah kayak orang kalah perang.
"Woy lo berdua! Katanya kuat?! Malah kayak gini. Sama Bagas aja udah langsung kalah!" teriak Farhan sambil memegang pundak Farel dan Arjun.
"Bentar, gue mau istirahat dulu," ujar Farel sambil mengangkat kepalanya dan menampakkan wajah lelahnya. Kemudian Farel berdiri dan berlalu menginggalkan kedua sahabatnya. Arjun dan Farhan menatap kepergian Farel dengan sedih. Benar kata Farel, kalau Farel juga manusia yang pasti merasa lelah.
"Kadang hidup ini juga tidak adil," gumam Farhan.
"Dan itu udah di alami oleh Farel," sambung Arjun.
"Cielah. Kenapa kita jadi melow gini ya?" ujar Farhan.
"Dan gue nggak nyangka lo ngomong kayak tadi. Otak lo udah di benerin? Reparasi dimana?" Arjun mengetuk-ngetuk kepala Farhan.
"Anjir lo. Di kira gue keluaran dari RSJ apa?"
"Emang iya kan?"
"Terserah lo dah. Gue mau nyamperin Farel," Farhan berdiri dan berjalan meninggalkan Arjun.
"Wo..woo... ngambek tuh anak," komentar Arjun lalu berdiri dan menyusul Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction#1 in thewattys2020 (Mei 2020) #1 in benci (agt 2020) [SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Kinan sangat benci Farel. Setiap hari Farel selalu membuat ulah yang membuat Kinan teriak-teriak sekaligus kesal. Ini semua gara-gara Ki...