Semakin Berat

6K 154 4
                                    

Farel terus berlari tidak tahu mau kemana. Di belakangnya, Bagas dan Rehan bersama pengikut yang berjumlah ratusan tengah mengejarnya. Sekali lengah, dirinya bakal mati konyol di keroyok.

"Hosh.. Hosh.. Hosh.." nafas Farel naik turun tak karuan.

"FAREL! LO HABIS DI TANGAN KITA!" teriak Bagas.

"Agh!" Farel memegangi dadanya yang tiba-tiba sakit. Langkahnya mulai melambat. Farel teringat kalau dirinya baru saja memakan sesuatu yang tidak boleh di makannya.

"Uhuk.. uhuk.. uhuk..." Farel terbatuk-batuk menahan sakit.

BUG!!! Farel di tendang dari belakang membuat dirinya ambruk ke depan.

"Jangan! Jangan!" ujar Farel lirih sambil menahan sakit yang luar biasa.

Yudha dan Rizki langsung masuk ke IGD mendengar teriakan Farel. Begitu juga dokter yang baru saja keluar.

"JANGAN! JANGAN! GUE NGGAK MAU MATI!" teriak Farel lalu duduk sambil membuka matanya tiba-tiba.

"Farel? Lo nggak papa?" Yudha memegang tangan Farel.

Nafas Farel tersengal-sengal. Apa tadi cuma mimpi? Tidak nyata kan? Itulah yang di pikirkan Farel saat ini.

"Lo kenapa?" tanya Rizki.

Farel lalu melepas alat bantu pernafasan sambil menenangkan dirinya.

"Gu..e---"

"Kenapa lo makan kacang?" sambar Yudha.

"Bentar Yud. Farel masih kayak gini. Nanti aja tanyanya," Rizki mengusap pundak Farel. Farel hanya diam sambil mencoba mengatur detak jantungnya. Sebisa mungkin Farel membuat perasaan tenang.

"Kamu nggak papa?" tanya Dokter kepada Farel dan balas anggukan oleh Farel.

"Ayo, salah satu dari kalian ikut dokter sebentar. Ada yang mau saya bicarakan," ujar Dokter sambil menatap Rizki dan Yudha.

"Gue aja," Yudha melangkah mengikuti dokter sedangkan Rizki yang menjaga Farel.

Dokter itu membawa Yudha menuju ruanganya. Dokter bilang, kalau kondisi Farel baik-baik saja. Hanya terdapat luka ringan di beberapa bagian tubuh. Dokter juga menyarankan agar Farel tidak melakukan pekerjaan yang berat karena kondisinya masih belum pulih sempurna.

Yudha keluar dari ruang dokter itu setelah mengerti semuanya. Tiba-tiba Yudha di kejutkan oleh suara seseorang yang memanggilnya.

"KAK YUDHA! KAK YUDHA!" panggil orang itu lagi sambil berjalan ke arah Yudha.

Anjir! Batin Yudha mengumpat dalam hati.

"Oy! Kak! Tumben udah dateng?" tanya orang itu yang sekarang udah di depan dirinya.

"Eh Kin. Iya, mumpung nggak ada kelas," balas Yudha sesantai mungkin. Kinan senang lalu tanpa dipersetujui Yudha, dirinya menarik Yudha entah kemana.

"Eh.. mau kemana?"

"Ya ke Kak Brian lah Kak. Masak ke hutan," balas Kinan sambil terkekeh.

Yudha hanya pasrah lalu cepat-cepat mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan kepada Rizki.

"Anjing! Baru nyadar!" umpat Rizki setelah membaca pesan dari Yudha.

Setelah diberi obat oleh seorang perawat, Farel langsung Jatuh tertidur. Rizki menghela nafas pendek melihat Farel yang di penuhi ketenangan. Seandainya dirinya dan Yudha belum lulus, pasti Farel tidak akan menderita seperti ini.

Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang