Rencana

6.4K 209 25
                                    

"Anjir!" upat Rian setelah melihat pesan yang dikirimkan Bundanya kepadanya. Segera mungkin Rian ijin keluar kelas.

Rian langsung menuju rooftop dan mengabari kepada yang lainnya untuk segera menuju rooftop. Rian mengusap wajahnya berkali-kali. Bingung! Ya itu yang dirasakan Rian saat ini. Rian tidak menyangka Farel akan seperti ini.

"Lo kenapa Vin?" tanya Kinan melihat Vina yang bertingkah aneh setelah melihat layar ponsel milik si empunya.

"Eh.. gue kebelet pipis nih. Gue ke kamar mandi dulu ya," Vina membuat alasan ke Kinan lalu segera berdiri dan minta izin kepada guru yang sedang mengajar. Kinan hanya garuk-garuk kepala memandang Vina aneh.

"Arjun! Farhan! Keluar kalian! Dari tadi ngomong terus! Nggak ngehargain saya!" bentakan dari guru sejarah yang sedang mengajar langsung dijabani oleh Arjun dan Farhan yang dari tadi asyik debat tentang berita yang di berikan Rian.

"Buruan capcus rooftop. Tuh guru ngertiin kita juga," Arjun langsung berlari begitu keluar kelas diikuti Farhan.

"Rian! Lo jangan ngarang cerita deh! Hampir aja gue teriak di sebelah Kinan tahu!" Vina langsung mengomel begitu sampai di rooftop.

"Iya! Lo jangan bikin kita panik kenapa?" sambung Arjun yang barusan datang dan langsung menyambung.

"Nih! Kalau nggak percaya!" Rian yang kesal langsung melempar ponselnya begitu saja. Beruntung Farhan sigap menangkapnya.

"Gila lo An!" Vina geleng-geleng kepala melihat kekesalan Rian yang tak biasa.

"Habisnya kalian nggak percaya! Udah sini juga bingung lagi!" balas Rian dengan wajah di tekuk.

Arjun, Farhan, dan Vina menatap layar ponsel Rian bingung. Bingung bagaimana langkah yang diambil selanjutnya.

"Kak Brian, Kak Yudha, sama Kak Rizki kasih tahu nggak nih?" tanya Farhan kepada yang lainnya.

"Kalau gue mending Kak Yudha aja. Siapa tahu bisa ngasih solusi," balas Arjun.

"Yaudah nggak papa. Tapi nanti aja. Jangan sekarang. Dan lo Vin! Jangan sampai Kinan tahu!" ujar Rian.

"Kalau gue, mending Kinan tahu aja," usul Farhan.

"Lo gila ya?" balas Vina tak terima. Begitu juga yang lain.

"Enak aja gue gila! Kan kalau Kinan tahu, siapa tahu hatinya terbuka," jelas Farhan. "Tapi, jangan kita yang kasih tahu. Biar Kinan tahu sendiri," lanjut Farhan membauat ketiganya mulai berfikir.

"Ada bagusnya juga suh. Tapi atas dasar apa Kinan peduli sama Farel? Masak hanya gara-gara Farel nggak sengaja ngomong suka sama Kinan terus buat Kinan jadi peduli sama Farel?" balas Vina. "Terus, omongan Rian ada benarnya nggak sih? Yang katanya Farel mabuk gara-gara lihat Kinan berduaan sama Rehan?" lanjut Vina.

"Cuma presepsi gue doang. Soalnya kalau Farel malam-malam pergi. Biasanya sih ke rumah Kinan. walaupun hanya berdiri di rumahnya aja. Soalnya gue waktu itu udah pernah ngikutin si Farel. Habis gue kepo," jelas Rian.

"Agh! Lo sih An! Jelas-jelas satu rumah nggak tahu Farel pergi!" Arjun tiba-tiba berteriak kesal menyalahkan Rian.

"Emang gue tamengnya ngikutin Farel terus! Lagian tadi malem gue di suruh ke rumah nenek gue!" balas Rian mulai kesal.

"Lo ya! Masak nggak tahu sih?! Lo tuh satu rumah!" Arjun kembali berteriak dan kali ini sambil mencekal kerah seragam Rian.

"Aduh udah-udah! Arjun lo jangan emosi gitu dong!" Vina mencoba menarik Rian sedangkan Farhan mencoba menarik Arjun.

"Heh! Lo tuh malah bikin semua berantakan kalau emosi!" Farhan menepuk pipi Arjun pelan mencoba menyadarkan Arjun agar emosinya mereda.

"Agh! BANGSAT!" Arjun malah makin kesal lalu menendang kursi yang ada di sampingnya sambil berteriak.

Farhan menghela nafas melihat kelakuan Arjun. Secepatnya dirinya mendekati Arjun dan menurunkan emosi Arjun. Farhan tahu dan sangat paham kenapa Arjun seperti ini. Arjun teringat Farah. pasti itu! melihat kondisi sekarang seperti dulu, membuat Arjun mau tak mau memorinya kembali ke masa lalu. Posisi Kinan sama persis dengan yang dialami Farah dulu.

"Gue nggak akan ngebiarin Rehan merebut seperti dulu lagi! gue akan singkirin cowok itu!" Arjun bersumpah lalu langsung berbalik meninggalkan rooftop.

"Loh? Kok malah pergi?" tanya Vian bingung.

"Arjun keinget dulu ya?" tanya Rian kepada Farhan dan mendapat jawaban anggukan Farhan.

"Maksudnya apaan sih?" Vina tidak mengerti apa yang di bicarakan Rian dan Farhan.

Farhan lalu menceritakan kejadian bertahun-tahun lalu. Kejadian yang mampu membuat semua berantakan dan pecahnya persahabatan.

....................

"Vin, nanti temenin gue ke rumah sakit ya. Kak Brian hari ini udah boleh pulang. Keajaiban banget pokoknya," ujar Kinan kepada Vina dengan gembira. Baru saja Yudha mengabari Kinan kalau kakaknya nanti sore boleh pulang.

Waduh, kesempatan nih batin Vina juga senang, Sumpah ini kebetulan yang menguntungkan banget. Langsung Vina mengabari lainnya di grup yang di buat Farhan tadi.

"Vina! Kok malah main hp sih? Mau nggak?" Kinan merengut menatap Vina.

"Iya Kinan! iya! Gue mau!" Vina terkejut. Hampir saja dirinya tak merespon ajakan Kinan.

Kinan pun langsung tersenyum senang. Untung Kinan tidak mencurigai gerak gerik dirinya barusan. Haduh! Masalah nya seeprtinya akan selesai. Namun kelihatan rumit.

Arjun : Iya Vin. Kita semua udah tahu.

Rian : Yang penting lo nanti kabarin kita kalau kalian sudah sampai rumah sakit. Dan kabarin kalau Kinan lagi sendiri plus posisinya dimana. Nanti kita akan beraksi waktu Kinan sendirian.

Farhan : Lo tenang aja. Lo tinggal ngawasin Kinan aja. Kita-kita yang akan beraksi.

Vina : Siap!

Vina tersenyum senang melihat pesan di grup yang isinya Cuma mereka berempat. Semoga rencana kali ini berhasil.

Tring.....

Secepatnya Kinan menata buku dan memasukkannya ke dalam tas, begitu juga dengan Vina. Walaupun tujuan mereka berbeda, tapi mereka berdua tidak sabar ingin melakukannya. Kinan minta dijemput sopir rumahnya, karena sekalian nanti jemput Kak Brian. Lagian, awan juga sudah mendung dan sebentar lagi mungkin hujan.

"Anjir si Arjun! pakek nge chat terus lagi. udah di bilangin jangan nge chat terus!" gerutu Vina dalam hati karena kelakuan Arjun yang nyepam di grup tanya kalau dirinya sama Kinan sudah sampai mana. Rian sama Farhan malah nggak muncul di grup lagi .

"Kenapa sih lo? lihat hp kok kesal gitu?" tanya Kinan bingung.

"Eh nggak papa! Ini gue baca webtoon, karakternya bikin kesel," alasan Vina.

"Kebiasaan lo baca webtoon. Padahal nggak ada yang menarik,"

"Biarin! Orang gue suka,"

"Haduh selamat! Fiks! Gue mau matiin nih hp!" Vina lalu langsung mematin ponselnya.

Rumah sakit sudah mau sampai. Vina buru-buru menghidupkan ponselnya. Mobil berhenti. Mereka berdua turun. Kinan langsung berjalan cepat tidak sabar untuk bertemu kakaknya. Vina yang sedang sibuk menghidupkan hp cepat-cepat menyusul Kinan.

Brak...

"Aduh!" Vina meringis kesakitan. Gara-gara lihat hp sambil jalan cepat, diirnya tidak sengaja menabrak seorang cleaning servis.

"Maaf mbak," petugas itu langsung minta maaf san menolongnya berdiri.

"Iya nggak papa. Saya juga minta maaf pak," balas Vina lalu menoleh ke kanan ke kiri mencari ponselnya. Ya? Ponselnya jatuh dimana?

"Arjun?" Vina langsung membulatkan matanya mendengar ucapan Kinan yang agak keras. Lalu matanya langsung tertuju kepada ponslenya yang kini sudah berada di tangan Kinan.

Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang