"Yuhu!! Gue dateng!" suara teriakan Farhan membuat Yudha geleng-geleng kepala.
Yudha seorang diri menunggui Brian, karena Rizki sengaja mengajak Bu Tirta untuk keluar sementara waktu. Sedangkan Kinan sudah pulang dari tadi.
"Jangan teriak-teriak njir! Ini di rumah sakit!" Arjun mengetak kepala Farhan.
"Kok baru sampai?" tanya Yudha.
"Iya ini si Farhan. Tadi mampir di toko boneka, katanya mau beliin pacarnya boneka. Dan lamanya setengah tahun!" jelas Arjun kesal.
"Lo ikhlas nggak nemenin gue?" balas Farhan.
"Udah jangan ribut,"
"Farel mana?" tanya Arjun karena tidak melihat keberadaan Farel.
"Oh.. nggak tahu tuh. Tadi katanya mau keluar,"
Arjun dan Farhan mengangguk lalu duduk di salah satu sofa dan mereka pun langsung terlibat obrolan menarik.
"Gue mau tanya sama lo berdua," tiba-tiba Yudha memasang wajah serius.
"Apaan?" tanya Arjun.
"Apa yang lo berdua tu tentang keluarganya Brian,"
"Keluarga Kak Brian? Ehm.. ibunya Kak Brian udah meninggal," balas Arjun sambil mikir.
"Punya saudara nggak ya?" Farhan malah balas bercanda.
"Serius!" Yudha kesal sendiri.
"Iya yang kita tahu cuma itu sih,"
Aduh, gimana ini. Kalau nggak di kasih tahu, gue juga bingung cara bantunya. Tapi kalau di kasih tahu nih duo koplak bisa jaga rahasia nggak ya? Batin Yudha bingung sendiri.
"Oy Kak?" Arjun menyenggol lengan Yudha.
"Gue mau ngasih tahu sesuatu. Tapi lo berdua janji nggak bakal kasih tahu siapa-siapa,"
"Emang apaan?" tanya Arjun.
"Janji dulu," Yudha menatap kedua adik kelasnya itu serius.
"Iya Kak," balas keduanya bersamaan.
Yudha mendekat lalu mengucapkan sesuatu dengan pelan tapi mampu membuat keduanya kaget.
"Seriusan!?" teriak mereka berdua bersamaan. Yudha mengangguk pelan sebagai jawabannya. Dan menampakkan wajah bingung.
"Terus kalau Farel tahu emang kenapa?"
"Ya kan tambah musuhan nantinya," alasan Yudha. Lidah Yudha susah untuk menyampaikan yang sebenarnya. Yudha masih saja ragu karena masih merasa bersalah dengan Farel. Sedangkan Arjun dan Farhan bingung mendengar jawaban Yudha.
"Terus, Farel udah tahu?"
"Iya. Tadi Farel nggak sengaja ketemu Bu Tirta. Bu Tirta itu ibu-ibu yang di tolong Kinan kemarin. Kata Kinan Ibu itu di sandera dan di kejar-kejar karena melarikan diri. Kinan nggak tega dan mengizinkan Ibu itu tinggal di rumahnya," jelas Yudha.
"Kok bisa Farel tahu kalau Bu Tirta itu di tolong Kinan," tanya Farhan.
"Soalnya tadi pagi. Kinan nggak sengaja nabrak Farel. Dan kebetulan Farel ketemu Ibu itu. karena emang Kinan sedang sama Bu Tirta,"
"Makanya dulu gue ngerasa kalau Kak Brian itu punya saudara. Ternyata benar," ujar Arjun sambil mengingat-ingat waktu dirinya tidak sengaja melihat foto seorang cewek yang wajahnya mirip Brian di dompet Brian.
"Tapi kenapa baru sekarang ngasih tahunya?" tanya Farhan yang agak kesal juga.
"Brian nggak mau adiknya terlibat masalah dengannya. Dan udah janji kalau gue harus jaga Kinan baik-baik,"
Arjun dan Farhan mengangguk mengerti tapi dengan sebuah pertanyaan besar. Seperti ada yang terasa mengganjal dari perkataan Yudha, tapi apa? Mereka berdua tidak tahu.
.......................
Farel memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Rumahnya sedang kosong karena Ayah dan Ibu Tirinya sedang pergi ke luar kota. Dan para pembantunya sebagian baru mudik. Jadi bisa di gunakan Farel untuk menenangkan diri.
Farel melangkah menuju rumah megahnya. Dan baru akan memegang gagang pintu, Farel mendengar suara teriakan dari dalam. Tangan kanan Farel langsung dirinya turunkan. Ternyata pikirannya salah total! Ayah dan Ibu Tirinya berda di rumah dan sedang berantem. Sial baginya.
ANJING!! Umpat Farel dalam hati.
Dengan kesal dan amarahnya semakin panas, Farel membuka pintu rumahnya dengan keras dan berjalan cepat menuju kamarnya. Wira dan Rani terkejut melihat kedatangan Farel yang mendadak. Apalagi Wira yang menatap putra satu-satunya dengan sedih. Sedangkan Rani hanya masa bodoh melihat Farel.
Ini salahnya dan memang salahnya. Seandainya dirinya waktu itu tidak mengikuti keinginan Ibunya. Mungkin Tirta masih di sampingnya. Selama ini Wira benar-benar merasa sedih. Rani pun ternyata tidak membantu dan malah membuat anaknya semakin menjadi.
Bukannya Wira tidak sayang dengan Farel. Hanya saja, tuntutan pekerjaan yang membuat Wira sulit untuk bertemu Farel. Rani yang di pasrahkan untuk merawat Farel malah masa bodoh. Membuat Wira selama ini bingung. Di satu sisi, Wira sangat ingin bersama Farel dan membesarkannya dengan kasih sayang. Namun, di sisi lain tuntutan pekerjaan dengan dasar janji dari Ayahnya mau tidak mau Wira harus menjalankannya. Selama ini, Wira sangat ingin menjelaskannya kepada Farel. Hanya saja waktu yang tidak bisa di luangkan. Serta Farel yang sudah terlanjur membencinya.
"Kamu lihat sendiri kan? Apa buktinya kalau kamu merawat Farel dengan baik?" tanya Wira dengan nada rendah karena tenaganya terkuras gara-gara emosi.
"Ayah. Aku bener-bener merawat Farel. Farel aja yang bandel," balas Rani santai.
Wira mengusap wajahnya kasar. Percuma berdebat dengan istri keduanya. Tidak akan berhasil merubah Farel.
Farel masuk kamarnya dan langsung menyambar sebuah tas yang dirinya gatung di dekat pintu masuk tanpa mengganti pakaian seragamnya. Lalu kembali keluar dan berjalan menuruni tangga.
"Farel! Tunggu! Ayah mau bicara!" Wira mengejar anaknya yang terus berjalan tanpa memperdulikannya.
Farel berhenti dan berbalik menatap Ayahnya. Wira terkejut dengan keadaan Farel saat ini. Penuh perban dan luka.
"Kamu habis berantem?" tanya Wira dengan hati-hati.
"Lo cuma tanya hal yang nggak penting?" balas Farel remeh dengan kata-kata yang sama sekali tidak menghormati. Hati Wira sakit saat mendengar jawaban dari Farel. Kenapa putra satu-satunya itu menjadi seperti orang yang tidak di kenalinya?
Merasa tidak ada hal yang penting lagi. Farel kembali melangkah. Wira cepat-cepat menyusul dan menarik tangan anaknya.
"Apaan sih!" Farel melepas tangan Ayahnya dengan kasar.
"Farel! Ayah bisa jelasin! Maafin Ayah," mohon Wira.
"Maaf? Gue nggak butuh! Semuanya sudah terjadi!" balas Farel semakin menyakitkan lalu kembali melangkah pergi.
Wira menatap kepergian anaknya dengan sangat sedih. Kapan dirinya bisa menjadi Ayah yang baik dan perhatian bagi Farel? Kapan?
Tirta, maafin aku Batin Wira sambil menunduk lalu mengusap wajahnya.
Farel langsung memacu motornya meninggalkan rumah ke suatu tempat. Pertemuan dengan Ayahnya menguras emosi hatinya. Entah kenapa Farel sangat benci terhadap Ayahnya. Kenapa Ayahnya minta maaf setelah semua ini terjadi dan berlalu? Tujuh belas tahun ini Farel sama sekali jarang mendapat perhatian dari Ayahnya yang sibuk bekerja. Membuat Farel semakin lama benci dengan Ayahnya.
Tidak ada waktu kah Ayahnya sampai tidak bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengannya? Sebenarnya Ayahnya ini sayang atau tidak? Kalau mau menjelaskan? Kenapa tidak dari dulu? Itulah pemikiran Farel selama ini tentang Ayahnya.
Hidup Farel selama ini bisa di katakan yatim piatu. Walau orang tua ada tapi entah dimana. Tetap saja rasanya seperti hidup sendiri. Kasih sayang dari orang tua sangat Farel inginkan. Kadang, Farel sendiri suka berkhayal bagaimana dirinya bisa memiliki orang tua seperti yang di khayalannya.
Hampir sepuluh menitan Farel mengendarai motor sambil mencoba rileks melepas beban. Tetap saja, beban hidupnya semakin berat saja. Apalagi beberapa menit yang lalu, dirinya mendengar hal yang tak terduga dari Kak Yudha.
![](https://img.wattpad.com/cover/174017559-288-k8574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Benci dan Cinta (SUDAH TERBIT)
Подростковая литература#1 in thewattys2020 (Mei 2020) #1 in benci (agt 2020) [SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Kinan sangat benci Farel. Setiap hari Farel selalu membuat ulah yang membuat Kinan teriak-teriak sekaligus kesal. Ini semua gara-gara Ki...