T I G A

180 10 0
                                    

Kini bel masuk pun telah berbunyi, semua berhamburan melangkahkan kakinya menuju kelas masing masing. Fira, Cahya, Izah dan Imel antusias menuju ke kelas mereka. Keempat insan tersebut pun telah sampai di kelas setelah menempuh lorong demi lorong. Tak lama suara hentakan sepatu seseorang terdengar hingga ke dalam ruangan kelas tersebut. Sesosok wanita paruh baya pun dengan lantang memasuki kelas seraya membawa beberapa buku di genggamannya.

Ibu Tuti Artia atau kerap disapa Bu Tuti itu pun dengan segera memulai pelajaran hari ini yakni Ppkn. Pelajaran yang mengajarkan kita untuk untuk tetap mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur demi memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Fira menopang dagunya dengan tangan kirinya mencoba memahami setiap ucapan yang dikeluarkan oleh sang guru. Ada beberapa siswa yang tertidur akibat mendengar penjelasan yang lebih tepatnya dongeng yang mampu menyihir untuk segera beranjak menuju alam mimpi.

"Aduh kapan sih belnya bunyi," keluh Cahya yang duduk di samping Fira. Tangannya menari manis bersama bolpoin hitam di atas selembar kertas yang ia ambil dari bukunya.


"Gue ngantuk," Izah segera menelungkupkan kepalanya tak tahan lagi menahan kantuk yang merajalela.

"Aish mata gue gak bisa dikontrol," sambar Imel tak kuasa menahannya. Tak lama terdengar bel pergantian jam, sebagian siswa beryes ria. Ibu Tuti pun segera melongos pergi meninggalkan ruangan kelas dengan kegaduhan yang terjadi.

"Siapa sekretaris kelas ini?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu, orang tersebut mengenakan seragam SMA lengkap. Ia mengangkat selembar kertas yang telah berisikan tulisan demi tulisan.

"Saya, kak," ucap Fira lantang. Lalu ia berjalan mendekati sang pemilik suara tersebut.

"Ini ada tugas dari Bu Sari tolong dikerjakan di buku latihan habis itu dikumpulkan," ucap orang tersebut lagi.

"Iya Kak, makasih ya," jawab Fira kepada Hasan Basri ibnu, atau yang kerap dipanggil Hasan siswa XII Ipa 5, siswa tersebut menyodorkan selembar kertas yang langsung diambil Fira seraya mengedarkan senyum hangatnya.

"Iya sama-sama kalau gitu gue duluan ya," balas Hasan yang melongos begitu saja.

"Siapa Fir?" Tanya Izah keheranan.

"Kak Hasan," balas Fira santai dan jelas. Sedangkan Izah hanya ber-oh ria.

"Itu apa?" Tanya Arnas yang datang tiba tiba dan tanpa sebab.

"Oh, tugas dari Bu Sari soalnya dia gak masuk ada halangan."

Fira meraih spidol yang tergeletak di atas meja guru dan segera menuliskan setiap kata soal seperti yang dicontohkan di kertas tersebut. Tampak semua siswa maupun siswi sibuk berkutat dengan bolpoin dan buku. Mencontohkan kata-kata yang ditulis Fira. Namun masih ada saja yang tak menghiraukan soal-soal tersebut dan malah asik ngobrol seperti Tama dan teman temannya, bad boy nya XI Ipa 2. Fira segera menyudahi kata-kata terakhir dari sederet soal yang telah ia tulis.

"Ehh SULTAN KODOK KEMBALIIN GAK PENA GUE, CEPETAAANN," teriak Cahya sembari mengejar Sultan yang terus saja berlari menghindari Cahya.

"Aelah Ca, gue minjam bentar kali" jawab Sultan santai.

"CIEEEE," semua murid di kelas tersebut kompak menghujat dua insan yang terus saling mengejar bak pasangan serasi, ya walaupun mereka belum resmi jadian. Namun mereka telah mengakui perasaan masing masing dalam permainan TOD. Sultan belum berani menyatakan perasaanya pada Cahya, alasannya takut ditolak padahal ia tahu sendiri perasaan masing masing.

Di sisi lain ada dua insan yang tak menyadari suatu hal, mereka adalah Izah dan Evan, mereka duduk di meja yang sama namun masing masing tak menyadari keadaan tersebut. Hingga Izah menoleh ke samping, betapa kagetnya mendapati musuh bebuyutannya duduk berdua dengannya.

"AAAAKKHHH," teriak Izah begitu keras hingga Evan harus menutupi kedua telinganya menggunakan tangannya.

"Berisik lo mah," sambar Evan ketus. Ia memalingkan wajahnya malas.

"Kenapa?, kenapa lo duduk sama gue?, lo mau modus ya?" Evan membelakkan matanya tak percaya. Ya walaupun awalnya sih gitu.

"Ogah gue mau modus sama lo, dasar toa rusak."

"Sana lo hush hush, jangan deket gue alergi," celetuk Izah.

"Siapa juga yang betah deket sama lo."

"UDAHH," lerai Fira, jika saja mereka tak dilerai maka perdebatan ini tak kan pernah berakhir. Tiba tiba Imel datang dengan matanya yang sembab. Hal tersebut mengundang pertanyaan dari para sahabatnya. Terutama seseorang yang mengamatinya dari kejauhan.

"Lo habis nangis ya," tanya Izah khawatir.

"Ini," Imel menyodorkan ponselnya kepada Izah, Fira dan Cahya yang sedari tadi menatapnya khawatir. Terpampang gambar seorang laki laki yang terbaring di salah satu brankar rumah sakit.

"Bias gue sakit nih si Jungkook," keluh Imel dengan raut wajah yang begitu didramatis.

"Ya Allah Mel, gue kira apaan dah," celetuk Cahya yang langsung memasang wajah datar.

"Tau lo ah bikin gue khawatir aja," sambung Izah. Fira hanya menggeleng pelan menanggapi sikap Imel.

"Neng Imel bikin aa jantungan tauk," sambar Hary yang entah datang dari mana,muncul begitu saja tanpa diminta.

"Lebay lo," balas Imel ketus.

"Yeaayyyy gue menang lagi," Arnas berteriak gembira sembari mengacungkan ponselnya ke udara. Alta hanya mendengar kesal lagi lagi ia harus kalah dengan seorang Arnas.

"Alah noob lo Ta," ledek Arnas.

"Iya deh yang pro mah beda," sambung Alta sambil memanyunkan bibirnya. Fira yang penasaran pun segera mendekat ke arah Arnas dan Alta yang sibuk memainkan ponselnya diikuti oleh Cahya, Izah dan Imel.

"Main apaan sih Ar?" Tanya Fira, matanya terfokus pada ponsel milik Arnas maupun Alta.

"Freefire lo mau main juga Fir?" Tanya Arnas namun pandangannya masih terpusatkan pada ponselnya.

"Ah lo mah main gak ngajak, ngulang ya?" Sultan segera memasang wajah memelasnya, Arnas hanya mengangguk membalas iya,

"ya."

"Woee Van mau main gak lo?" Evan langsung beranjak menuju tempat Sultan dimana. Dan mulai membuka aplikasi yang dimaksud.

"Eh main apaan sih lo Tan, ikut dong" rengek Cahya sembari mengucek bahu Sultan.

"Mana ponsel lo di download dulu caranya," Cahya segera mengambil posisi duduk di samping Sultan dan matanya tetap terfokuskan pada layar ponselnya yang kini berada di genggaman Sultan. Dengan teliti, Sultan menjelaskan cara permainannya.

"CIEEE," ucap teman temannya secara bersamaan.

Kehangatan dalam persahabatan tak kan tergantikan.

~MY HOPE

.

.

.

.

I come back my readers. I am say sorry if I make you all wait for a long time. Cause my handphone  error. I hope this story can make you happy. Dong forget give a votte and comment. I will so happy if you do it. Be a good reader guys, see you

Love writer,

Shafira Ananda

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang