S E B E L A S

88 7 0
                                    

"Sini lo abang laknat," suara Fira sudah menggelegar di seisi ruang tamu milik keluarga kecil Ardi Mardika itu. Ana menggeleng pelan melihat kelakuan dua anaknya itu. Bagai tom dan jerry saja pikir sang suami maupun istri. Les berlari kecil mengitari sofa yang ada di ruang tamu dengan Fira yang masih bersikeras mengejar sang kakak.

Siapa yang tidak kesal ditinggal oleh sang kakak sedangkan ia tidak memikirkan bagaimana cara si adik untuk pulang. Fira sempat memaklumi jika kakaknya ada tugas dari dosen, ternyata eh ternyata Fira menangkap basah Les sedang berduaan dengan Sekar di salah satu kafe dekat supermarket sekitar rumahnya. Langsung saja amarah Fira membuncah saat itu. Ingin rasanya ia meluapkan semua unek unek nya, namun harus ia kurung demi menjaga Image sang kakak dari kekasihnya. Terpaksa Fira harus menunggu terlebih dahulu untuk menghabisi Les ketika ia sudah sampai di rumah.

Dan kini Les sudah berada di rumah dan ketika melihat hal itu, membuat Fira menyunggingkan senyum evil nya kepada sang kakak tercinta.

"Kakak adek udah," suara lembut Ana tak menghiraukan pertengkaran keduanya.

"Kak udahlah ngalah aja," kini Ardi yang menyuarakan melerai pertengkaran adik kakak itu.

"Dek udah dong," Fira menoleh sejenak ke arah sang Ibunda dan ayah dengan raut wajah memelas.

"Pa, Ma, kakak tuh yang salah, masa kakak ninggalin Fira alasannya ada tugas kampus padahal niatnya pengen berduaan ama kak Sekar."

"Marahin tuh Ma, marahin aja Ma," sekali lagi Ana pusing sendiri menghadapi tingkah kedua remajanya. Pertengkaran antara Fira dan Les seakan tak ada habisnya. Namun pada akhirnya mereka baikan lagi.

Dan itu terjadi hampir setiap harinya, Ana dan Ardi hanya bisa geleng geleng kepala menghadapi sikap kedua buah hatinya itu. Walau begitu, kasih sayang Ana dan Ardi tak pernah habis mereka curahkan kepada kedua buah hati mereka.

Fira berjongkok sebentar mencoba meredakan sedikit saja rasa lelah akibat perbuatan yang ia lakukan barusan. Sedangkan Les malah menyengir tak jelas ke arah Fira. Amarah Fira seakan membuncah, ia ingin segera menghabisi Les namun suara bel membuatnya untuk mengurungkan niatnya tersebut.

Ana yang sedang membaca majalah, segera meletakkan majalahnya untuk memastikan siapa yang bertamu di rumahnya saat ini. Fira dan Les sontak melihat ke arah pintu utama yang kini sedang dibuka oleh Ana.

Di balik pintu itu Hakim sudah berdiri di sana dengan senyum yang terus mengembang di kedua sudut bibirnya.

Ana menatap Hakim bingung, namun ketika melihat senyum Hakim ia pun ikut tersenyum ke arah Hakim. Satu hal yang ditangkap oleh Ana saat melihat Hakim pertama kali yakni murah senyum.

"Malam Tan," ucap Hakim sembari menyalami tangan Ana lembut. Ana ikut membalasnya dengan senyuman andalannya.

"Malam juga, nyari siapa ya?" Tanya Ana dengan menakutkan kedua alisnya tampak bingung. Ia tak pernah melihat Hakim sebelum itu.

"Perkenalkan nama saya Hakim tan, saya temennya Fira tan," Ana menganggukkan kepalanya paham.

"Fira ada temen kamu nih di depan," Fira nampak bingung, teman?, siapa yang akan bertamu di rumahnya malam malam begini, tidak mungkin sahabatnya, Izah, Imel maupun Cahya. Mana mau mereka.

Dengan segera, Fira berjalan cepat menuju pintu utama rumahnya, mata Fira membulat sempurna kala melihat Hakim yang sudah berdiri di ambang pintu seraya berbicara kepada sang Ibunda, Ana.

"Eh, k-kak Hakim kok kesini?" Tanya Fira. Jangan ditanya lagi apa kabar jantungnya, seakan tak bisa berhenti dan terus berdetak dengan begitu cepat. Semburat merah terlihat di kedua pipi Fira kala ia melihat senyum Hakim. Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan Fira, ia tak sanggup.

"Yaudah Ra, Mama ke dalam dulu ya" Ana melangkahkan kakinya meninggalkan dua insan yang berlawanan jenis di ambang pintu utama rumahnya. Suasana yang benar benar Awkward terjadi antara Fira dan Hakim.

"Gue mau ngajak lo jalan," ucap Hakim langsung ke intinya. Fira kini seakan ambigu, antara senang atau takut. Takut semakin jatuh dalam pesona Hakim.

"B-beneran kak?" Hakim sontak tertawa melihat kedua pipi Fira yang sudah memerah bagai tomat. Lucu batinnya.

"Iyalah masa boongan sih Ra," Fira tersenyum kikuk, Ra, panggilan yang tak kan pernah Fira lupakan sepanjang masa hidupnya.

"Y-yaudah kalau gitu aku ambil sling bag aku dulu," Hakim menganggukkan kepalanya sejenak. Kedua sudut bibirnya terangkat kala melihat punggung Fira yang semakin menjauh.

***

Disinilah Fira dan Hakim berada, di sebuah taman yang cukup ramai dihuni oleh para pemuda pemudi untuk sekedar duduk atau pun beraktivitas di sana. Suasana canggung kini sedang terjadi di antara kedua insan tersebut. Fira masih enggan untuk memulai percakapan, ia menjilati es krim yang sebelumnya dibelikan Hakim untuknya, sesekali ia mencuri pandang ke arah Hakim yang juga sedang asyik menikmati es krim yang sama dengan Fira.

"Ra," ucap Hakim sembari memandang Fira yang sedang asyik menyantap es krim kesukaannya itu. Fira sedikit kaget mendengar Hakim yang memanggilnya. Sungguh, Fira masih menganggap bahwa ini mimpi, mimpi terindah dalam hidupnya.

"Iya kak?" Tanya Fira yang juga menatap manik mata teduh milik Hakim, hal itu sudah menjadi candu baginya, namun baru kali ini ia melihatnya dalam jarak yang sangat dekat. Degub jantung Fira pun seakan ingin memberontak keluar dari raga Fira.

"Itu ada sisa es krim di sudut bibir lo" mendengar hal itu membuat Fira malu di hadapan Hakim. Dengan cepat, Fira mengambil tisu dalam sling bag miliknya. Tangannya dengan sigap menghapus sisa es krim di sudut kiri bibirnya hingga tak tersisa. Image nya kini runtuh di hadapan Hakim, sudahlah Fira pasrah, pasti habis ini Kak Hakim jijik sama gue, batin Fira.

Sedangkan di sisi lain Hakim berusaha menahan tawanya melihat ekspresi lucu dari Fira, menggemaskan pikirnya. Jangan sangka, ternyata selama ini saat bersama Fira entah mengapa Hakim merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Ia tak tahu apa perasaan itu, Yang jelas degub jantungnya tak dapat dikontrol saat hanya bersama seorang Alfira Syaila Natasya.

"Lo lucu," ucap Hakim sembari tertawa kecil melihat Fira. Telinga Fira kini seakan tersumbat mendengar ucapan Hakim barusan. Ia mendengarnya, namun ia tak percaya, mungkin telinganya sedang bermasalah pikir Fira.

"A-apa kak," Fira benar benar gugup, tawa Hakim membuatnya runtuh, perasaan itu semakin menjadi jadi. Ini tak bisa dibiarkan, Hakim harus tanggung jawab, saat nanti Fira merindukan tawa ini.

"Gak apa apa, yuk pulang," Hakim menggandeng tangan kanan Fira. Fira tak dapat berkutik, ia hanya dapat melihat jemari tangan Hakim yang sudah terpaut dengan jemari tangannya. Fira ikut berdiri mengekori Hakim dari belakang.

Malam ini Fira yakin ia tak dapat tertidur setelah kejadian ini, sederhana namun sangat berkesan bagi Fira.

Halo readers.....
Salam jumpa Author,
Pasti pada kangen yaa, maksud Author kangen sama cerita ini??

Maafkan kelambatan Author, Author kemarin tuh lagi badmood wkwkwk

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang