D U A P U L U H T I G A

68 7 2
                                    

Vote nya dulu dong,

Komentnya jangan lupa :")

Hal sederhana namun berkesan buat Author

Happy read guys.......

--------

"Fariz tiba tiba di depak dari jabatannya?" Fira membulatkan matanya. Seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Ini, ada apa ini?

"Fariz, yang bener?" Fira seakan tak percaya. Hey, ini Fariz, Fariz Jonathan Abraham, ketua osis kebanggaannya SAMA Prestasi. Ini juga bukan april mop, tak lucu.

"Siapa yang depak lo," Fariz menoleh menatap Fira dengan tatapan kosongnya. Ia menghembuskan nafasnya gusar, ia pun bingung kemarin tiba tiba saja dia dipanggil oleh kepala sekolah dan yang tak disangka sangka dia depak dari jabatannya yang alasannya tak Fariz mengerti. Apa dunia sedang mempermainkannya?

"Kepsek," Fira dan Farah kembali saling bertatapan, Fira tahu dari sorot mat Farah, gadis itu ikut bersedih, Fira pun tahu sebenarnya Farah menyimpan rasa kepada Fariz namun hanya dapat secara diam saja.

"Gue bakalan nurunin jabatan gue secara resmi itu ya besok, jadi hari ini adalah tugas terakhir gue sebagai ketua osis di sini," jelas Fariz dengan pandangan yang kosong.

"Fariz, gue turut sedih atas apa yang menimpa lo," Fariz menyunggingkan senyum tipisnya. Gadis ini membuat bebannya sedikit terlupakan. Farah ikut tersenyum melihat senyum Fariz, seandainya senyum itu untuknya.

"Pokoknya hari ini lo harus tetap semangat Fariz," ujar Fira seraya mengepalkan kedua tangannya menyemangati lelaki itu. Farah dan Fariz ikut mengepalkan kedua tangannya seraya tersenyum.

"semangat," ucap ketiganya secara bersamaan dan diiringi oleh gelak tawa seakan beban yang sempat melanda entah berlabuh pergi kemana.

***

"Baiklah anak anak kita sambung pelajaran seni di minggu depan nanti," ucap Pak Ahmad sembari beranjak keluar dari ruang kelas XI Ipa 2. Fira dengan segera, membereskan berbagai macam alat tulis yang ia keluarkan selama perjalanan tadi berlangsung.

Bel pulang sudah lima menit yang lalu dibunyikan, Fira melirik sebentar jam tangan yang melekat manis di pergelangan tangan kanannya. Oke, dia harus segera pulang, rencananya dia ingin mengajak Hakim untuk berjalan jalan sejenak mengingat kakaknya kini ada jadwal kuliah.

"Fir, jadi yang mana orangnya?" Tanya Imel dengan antusias. Dia sudah sangat penasaran seperti apa rupa dari seseorang yang berhasil memenangkan hati Fira.

"Iya iya, ayo gue tunjukin," kini Fira, Imel dan Izah mulai mmelangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas tempat mereka belajar beberapa bulan ini.

"Eh tunggu, jangan lupa sama acara kejutannya Alta, nanti gue, Arnas dan yang lainnya siapin dekor, nah tugas kalian para ciwi ciwi bikin kuenya sama pilihin kadonya, kalo gimana bungkusnya serahin aja sama gue," sontak saja Izah membulat sempurna, hell no!, enak saja dia disuruh bikin kue, ke dapur saja dia gak pernah. Evan benar benar ingin menpermalukannya.

"Eh lo kutu kupret, enak aja lo mau ngejek gue ya," celoteh Izah seraya berkacak pinggang di hadapan Evan. Evan berdecih pelan, siapa juga yang mau ngejek si toa rusak, pikir Evan.

"Jadi lo ngerasa ke sindir gitu?" Tantang Evan dengan sorot mata yang penuh keberanian. Entah kenapa, di saat seperti ini ada gejolak aneh yang memberontak di dalam tubuhnya.

"Ya iyalah."

"Udah udah Zah, kan gue sama Imel bisa bantu terus kita juga bisa minta bantu Cahya kok," jika sudah seperti ini, kau tak mau Izah menghela nafas pelan, sudah tak ada waktu lagi untuk berdebat dengan Evan. Tapi kenapa takdir selalu meminta mereka berdua bertemu dan bertengkar. Apa memang mereka harus mendapat garis takdir seperti itu?

***

"Nah itu dia," tunjuk Fira kepada sosok Hakim yang tampak sedang berbicara dengan seseorang yang tentunya Fira kenal, siapa lagi kalau bukan sahabatnya Nathan.

"Hai kak," siapa Fira tepat di hadapan Hakim, langsung saja laki laki itu menolehkan kepalanya menatap Fira dengan penuh penyambutan.

"Oh hai,"'balas Hakim tak kalah ramahnya.

"Gue gak disapa nih," ucap Nathan dengan gerakan memanyunkan bibirnya. Fira dan teman temannya terkekeh geli melihat ekspresi Nathan, lucu yang dibuat buat.

"Eh iya lupa kak, hai kak Nathan," sapa Fira kepada Nathan. Nathan ikut tersenyum melihat Fira yang menyunggingkan senyumnya.

"Oh ya kak, kenalin ini teman teman gue, yang ini namanya Izah," Izah tersenyum kikuk seraya melambaikan tangannya kepada Hakim. Lelaki itu mengangguk melihat Izah dan beralih menatap gadis yang berdiri di samping Izah.

"Kalo yang ini namanya Imel," Imel yang merasa namanya disebut ikut menyunggingkan senyumnya.

"Kakak sama kak Nathan mau kemana?" Hakim menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya dirinya tak niat ingin ikut bersama Nathan, namun apalah daya jika sudah berjanji. Mana mungkin dia ingkar janji.

"Jadi kan kak," tanya Fira antusias. Gadis itu benar benar tak sabar ingin menghabiskan quality time bersama Hakim.

"Gimana ya Ra, gue ada janji sama Nathan," raut wajah Fira seketika terdiam membisu. Namun itu hanya tak lama, ia kembali menyinggungkan kembali senyumnya.

"Iya kak gak apa apa kok," ucap Fira sembari menggeleng pelan.

"Yaudah kalau gitu gue sama temen temen gue duluan ya kak," Hakim mengangguk pelan membuat Fira dan teman temannya melangkahkam kakinya menjauh dari Hakim dan Nathan.

"Yuk Kim, ke buru si cewek itu nungguin lo lama," Hakim hanya menurut tanpa berniat ingin protes.

***

Hakim dan Nathan bersama sama memasuki kafe yang sebelumnya sudah diberitahu Nathan. Mata Hakim langsung terkunci pada sosok gadis mungil yang mulai melambai ke arah mereka. Sontak saja, Nathan tersenyum simpul melihat gadis itu.

"Yuk Kim, itu orangnya," tunjuk Nathan yang langsung diangguki Hakim. Kedua lelaki itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah seorang wanita yang terduduk di salah satu kursi kafe sembari terus menyunggingkan senyumnya.

"Kak Nathan," siapa gadis tersebut ketika Nathan dan Hakim telah sampai di hadapannya.

"Duduk dulu kak," langsung saja Nathan dan Hakim mendudukkan tubuh mereka di bangku tepat berhadapan dengan gadis itu.

Jujur, saat pertama kali melihat wajah gadis ini secara langsung membuat Hakim terpana akan kemolekan wajahnya. Gadis yang sudah terkenal bahkan di kalangan angkatannya. Ia, benar benar bak serupa dewi.

"Kim, ini Anaya, cewek yang sempat lo tanya karena foto bareng gue dulu," Anaya, gadis dengan rambut sepinggang tergerai itu tersenyum menampilkan pemandangan indah di hadapan Hakim.

"Hakim, Hakim Satria Alaska," ucap Hakim seraya mengulurkan tangannya kepada Anaya, lelaki itu ikut tersenyum di hadapan Anaya.

"Anaya Ratu Andira kak, panggil Naya aja kak," balas Anaya. Nathan berdeham sejenak melihat pautan tangan Anaya dan Hakim yang tak berkesudahan. Sontak saja, hal itu membuat kedua insan tersebut melepaskannya sembari menetralisir keadaan yang tampak canggung.

------------

Segini dulu ya,

See you in next chapter.......

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang