Bel masuk sudah lima menit yang lalu dibunyikan. Namun Fira masih enggan untuk keluar dari perpustakaan. Suasana yang dingin dan ketenangan yang begitu memabukkannya. Ia menyukai ini. Buku bergenre sejarah sudah berada di genggaman Fira. Dengan telaten, ia membaca setiap kata dari buku tersebut tak mau tertinggal apapun. Pagi ini mata pelajaran yang pertama kali diajari adalah Pkn, namun gurunya tak dapat memasuki kelas tersebut, hal ini tentu disambut gembira oleh penghuni kelas XI Ipa 1, mereka berbondong bondong memanfaatkan kesempatan emas itu, kesempatan jangan disia siakan.
Fira tersentak saat melihat seseorang yang sudah di duduk di sampingnya. Fira memutar bola matanya, dan betapa kagetnya ia ketika melihat Hakim sudah berada di sampingnya dengan tangan yang memegang buku biologi. Raut wajah serius Hakim membuat Fira menelan salivanya dengan sudah payah.
Betapa kagetnya Fira ketika manik mata Hakim bertemu dengan manik matanya, Hakim tersenyum kecil pada Fira, Fira pun membalas dengan penuh ketulusan di dalamnya. Sialnya, degub jantung Fira seakan tak bisa ia kendalikan. Berada di dekat Hakim bisa bisa membuatnya serangan jantung mendadak.
Perlahan namun pasti Fira kembali pada tulisan demi tulisan yang terdapat dalam buku tersebut. Dapat Fira dengar dehaman Hakim yang apa maksudnya Fira tak mengerti, ia melirik sejenak ke arah Hakim yang memang pada saat itu menatapnya jua.
Ia menyunggingkan senyum miring ke arah Fira, jangan, hati Fira sekarang tak dapat terkontrol. Hakim membawa pengaruh besar kepadanya.
"K-kenapa kak?" Tanya Fira begitu gugupnya. Jantungnya kini berdetak tak karuan hanya karena senyuman kecil Hakim.
"Gak apa apa sepi aja," Hakim memfokuskan matanya pada buku di hadapannya namun senyuman tak pernah luntur di kedua sudut bibirnya.
"Kan namanya juga perpustakaan kak, kalo mau ramai ya di kantin kak," demi tuhan, Fira benar benar polos membuat Hakim semakin gemas kepadanya. Tak dipungkiri juga detak jantung Hakim berdetak di atas normal namun perasaan itu ia tepis, menurutnya ini hanyalah sekedar rasa perasaan terhadap sesama teman atau sahabat, mungkin.
Hakim yang mendengar itu terkekeh kecil, membuat Fira memanyunkan bibirnya kecil. Ia berkata sudah benar, mengapa ditertawakan. Melihat Fira yang memanyunkan bibirnya, Hakim semakin gemas dibuatnya.
"Kakak kenapa ketawa sih," ucapnya dengan nada menjengkelkan.
"Gak kok lo lucu aja."
"Gue ya kak?"
"Gak mang asep," Hakim beranjak dari tempat duduknya meletakkan kembali buku yang sedari tadi ia pegang di rak seharusnya, sembari melangkahkan kaki meninggalkan ruangan perpustakaan dengan senyum yang tak luput di bibirnya.
Fira ikut tersenyum lalu meninggalkan perpustakaan juga, tapi sebelum itu ia mengembalikan buku yang tadi ia baca ke dalam rak seharusnya.
***
Fira melangkahkan kakinya menuju ruang kelas sembari melantunkan beberapa lirik lagu yang ia hapal dan menjadi kegemaran menghalau rasa sepi karena ia berjalan seorang diri, maklum jomblo.
Samar samar ia mendengar keributan dari luar kelasnya, dengan rasa penasaran yang meliputi, Fira semakin memajukan kecepatan langkah kakinya.
"Lo itu PHO Zah," suara Cahya kini sudah menggelegar memenuhi ruangan kelas XI Ipa 1. Izah yang berada di depan Cahya hanya bisa pasrah menunduk dengan beribu rasa bersalah yang menghinggapi di benaknya.
"T-tapi Ca-."
"Shut Up gue gak mau denger suara munafik lo itu," Izah semakin menunduk sedangkan Cahya sudah menangis sembari mengeluarkan kata kata hinaannya kepada Izah, banyak sekali yang menggerubuni kedua insan tersebut. Bahkan ada yang sampai memvidio dan membuat siaran langsung. Setelah ini Izah dan Cahya akan go public.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE [✔]
Teen Fiction(HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU) My First Story. 100% imajinasi penulis..... Rank : #4 di Alfira #5 di Hakim #35 di tamat #10 di sepihak Tak perlu kau tanya seberapa tulus rasa ini padamu, bagai hujan yang turun membasahi bumi ini, kau...