E M P A T P U L U H E N A M

66 7 4
                                    

Nih sebelum baca, Author kasih fotonya Naya....

Cantik gak?

Ya, cantik lah

___________

Pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI Ipa 2 baru saja selesai, guru yang mengajar pun sudah beberapa menit yang lalu meninggalkan kelas tersebut. Bel istirahat  telah dibunyikan membuat hampir seluruh siswa siswi bersorak kegirangan.

"Fir, lo mau ke kantin gak?" Tanya Izah yang sudah berdiri di hadapan Fira. Fira mengangguk sebagai jawaban.

"Yuk cepetan, keburu makin rame lho," ucap Cahya pelan. Mereka pun berbondong bondong menuju kantin sekolah. Di sela perjalanan mereka, kadang diselingi dengan candaan candaan ringan. Fira hanya diam dan sesekali tersenyum jika sahabat sahabatnya itu tertawa.

"Kalian mau pesan apa, biar gue sama Izah aja yang pesenin, Imel sama Fira biar nyari tempat duduknya aja," usul Cahya yang langsung disetujui oleh Fira, Izah, dan Imel.

"Gue bakso sama es teh aja."

"Gue samain aja sama Imel," Cahya mengangguk pelan lalu berjalan menuju stan penjual makanan bersama Izah di sampingnya.

"Fir, duduk di situ aja yuk," ujar Imel sembari menunjuk ke arah beberapa kursi dan meja kosong tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.

"Oke," sahut Fira. Kedua gadis itu berjalan beriringan menuju kursi yang dimaksud oleh Imel.

"Fir, Fir, itu bukannya doi lo kan?" Tanya Imel tiba tiba sembari menunjuk ke arah Hakim yang mulai memasuki kantin dengan Naya di sampingnya. Tatapan Fira mendadak berubah muram.

"Iya."

"Dan di sampingnya itu kalo gak salah namanya Naya kan?" Lagi lagi Fira mengiyakan pertanyaan Imel.

"Kok mereka bisa bareng sih," ucap Imel pelan. Mata Fira tak lepas dari Hakim. Dalam benaknya ia tak rela Hakim dekat dengan Naya. Ia tak ingin nantinya lelaki itu terjerat dalam rencana Naya. Walaupun ia tak tahu pasti apa isi rencana itu. Fira segera bangkit setelah berperang dengan batinnya sendiri. Tentu saja hal itu mengundang panik dari Imel.

"Fir, lo mau kemana?" Fira tetap tak mengindahkan pertanyaan Imel. Gadis itu tetap melanjutkan langkahnya menuju meja Hakim dan Naya berada.

"Fira, mau gabung?" Tanya Hakim sembari mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.

"Kak, bisa bicara bentar gak, berdua," Hakim tampak menatap sekilas ke arah Naya. Dan di menit selanjutnya lelaki itu segera mengangguk sebagai tanda jawabannya.

Kini Hakim dan Fira tepat menghentikan langkah mereka di salah satu koridor yang tak jauh dari kantin. Hakim menyandarkan tubuhnya ke tembok seraya menatap Fira. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu abu miliknya.

"Kak-," baru saja Fira hendak mengucapkan sederetan kata kata pada Hakim. Namun segelas es jeruk tumpah hingga mengenai baju Fira.

"Maaf, Kak, gak sengaja," ucap Naya dengan raut wajah bersalah yang ia buat buat.

"Ish, lo sengaja kan Nay," sentak Fira pada Naya.

"Gue gak sengaja, Kak Fira, tadi itu gue cuma mau ngasih minuman yang dikasih sama Kak Nathan ke Kak Hakim," alasan yang keluar dari mulut Naya entah kenapa tak dapat Fira percaya.

"Gue tahu kok, lo sebenarnya sengaja kan, ngaku aja lo," ucap Fira tak terima dengan alasan yang Naya ucapkan.

Fira mengambil sisa es jeruk yang masih tersisa dari tangan Naya, dan tanpa aba aba langsung menyiramkannya ke baju yang Naya kenakan. Hakim yang sedari tadi hanya diam kini membulatkan matanya.

"RA," bentak Hakim yang sukses membuat Fira tersentak.

"Gue gak nyangka ternyata elo itu orang yang pendendam," ujar Hakim dengan nada sinis menatap Fira.

"Kak, Naya itu gak baik, dia itu punya ren-."

"Lo siapa berhak larang larang gue?, inget posisi lo, lo bukan siapa siapa gue," ucap Hakim yang berhasil membuat Fira terdiam.

"Tapi Kak-."

"Gue gak nyangka ini sifat asli lo Ra," Naya tersenyum miring di balik punggung tegap Hakim.

"Mending lo pergi dari hadapan gue, gue gak mau lihat lo lagi," Fira tersenyum lirih sembari menahan air mata agar tak keluar dari pelupuk matanya. Ia melangkah menjauh dari Hakim dan Naya.

***

Fira segera turun dari motor Lesmana dengan lesu. Ia berjalan pelan menuju rumahnya. Fira menautkan alisnya bingung melihat Ana yang sedang berbicara dengan seseorang di ponsel pintarnya, namun raut wajah Ana yang membuat Fira bingung.

"Iya saya sendiri."

"Apa Pak, suami saya kecelakaan," sontak saja hal itu membuat Fira dan Lesmana membulatkan matanya penuh.

"Ma, papa kenapa?" Tanya Lesmana khawatir. Ana langsung menutup ponselnya itu sembari membekap mulutnya tak percaya. Tak terasa air mata pun luruh membasahi pipi wanita paruh baya itu.

"Papa kecelakaan," jawab Ana pelan.

"Apa Ma, ini gak bener kan?" Tanya Fira tak percaya. Ini seperti mimpi baginya.

"Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang," putus Ana yang langsung disetujui oleh kedua anaknya itu.

Setelah sampai di rumah sakit, Ana bersama kedua anaknya, Fira dan Lesmana langsung berlari kecil menuju ruang UGD, dimana Ardi berada.

Dokter yang menangani Ardi baru saja keluar dari ruang UGD sembari membuka masker yang sempat ia kenakan.

"Bagaimana keadaan suami saya dok," tanya Ana pelan. Terlihat jelas dari raut wajahnya, ibu dari dua orang anak itu begitu khawatir.

"Sejauh ini baik baik saja bu, tidak ada luka serius yang patut dikhawatirkan,  Namun kondisi pasien masih belum pulih," jelas dokter tersebut.

"Baiklah kalau gitu saya permisi dulu," Ana mengangguk singkat lalu berjalan cepat memasuki ruang dimana Ardi dirawat. Fira dan Lesmana ikut masuk mengekori Ana.

"Ma, gimana bisa papa kecelakaan?" Tanya Lesmana sembari menatap Ardi yang masih menutup matanya.

"Mama juga gak tahu pasti, cuma rekan kerja papa bilang,  mobil yang dikendarai papa itu remnya tiba tiba blong, dan itu yang menyebabkan papa kecelakaan kayak gini."

Suara dering ponsel Fira memecahkan suasana di dalam ruangan bernuansa putih gading itu. Fira segera melangkah keluar untuk melihat notifikasi pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

Unknown Number
Gimana?, suka gak sama kejutan kedua dari gue?

FiraSyaila
Siapa lo?, jangan jadi
Pengecut yang berani main di belakang

Fira menutup kembali ponselnya. Ia mendongakkan pandangannya menatap langit langit rumah sakit. Kenapa hari ini banyak kejadian yang tak dapat Fira bayangkan sebelumnya terjadi. Fira masih merasa ini seperti mimpi.

Unknown Number
Let's meet, gue tunggu elo besok di taman belakang sekolah

___________
_____

Oke gimana buat part ini??

Beberapa part lagi menuju ending

Tenang aja kok, puncak konfliknya belum muncul.

Next part mungkin......

Jangan lupa vote sama komennya yaaaa

See you in next chapter, my beloved readers :*

(Maaf keun Author kalo part ini pendek bhat :v)

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang