D E L A P A N

120 6 0
                                    

Dia.....,

Detak jantung Izah kini berdetak lebih cepat. Dengan cepat, ia memalingkan pandangannya menjauh dari tatapan orang tersebut. Ia melirik ke arah Imel, Cahya dan Fira yang tertawa keras. Izah menundukkan kepalanya menahan air yang keluar dari kelopak matanya. Ia tak bisa menetralisir degub jantungnya yang kini tak karuan.

Fira, Cahya maupun Imel yang melihat air mata Izah keluar, dengan khawatir segera menanyakannya. Takut apa pun yang menyakiti perasaan sahabatnya yang satu ini.

"Eh lo kenapa Zah?, lo marah ya sama kita kita," tanya Imel tak kalah khawatirnya dengan Cahya dan Fira.

"Iya Zah gue minta maaf ya," ucap Fira dan Cahya hampir bersamaan. Izah menghapus air matanya kasar sembari tersenyum lebar kepada sahabatnya. Ia menggeleng pelan.

"Gak kok, bukan salah kalian, cuma-," Izah menghentikan nada bicaranya dan menatap roknya sendu. Hal ini mengundang tanya dari sahabatnya. Tentu saja mereka sangat khawatir dengan Izah.

"Cuma apa Zah?" Tanya Fira, raut wajah ketiganya tampak sangat khawatir.

"G-gue g-gak kenapa kok," Izah melemparkan senyum manis kepada sahabatnya.

"Kita kenal lo Zah."

"Cepet cerita," Imel, Fira maupun Cahya kini sudah tak sabar ingin mendengar penuturan dari Izah yang sedari tadi membuat mereka khawatir.

Izah menoleh ke samping dan mendapati orang yang sedang bersenda gurau bersama seorang wanita cantik di sampingnya. Sontak Fira, Imel maupun Cahya menoleh ke samping. Ia menatap Izah dengan tatapan sendu.

"Yaudah lah Zah untuk apa lo mikirin dia lagi, toh dia udah bahagia Zah."

"Udah lah Zah Natha juga gak bakalan balik lagi ke lo, dia gak baik buat lo."

"Tapi Fir, Mel, Ca, gue masih gak rela Natha selingkuhin gue hanya demi Veris, gue tahu Veris itu cantik dan juga berbakat, tapi rasanya sakit banget jika harus lihat dia bahagia tapi bukan dengan gue," air mata Izah kini sudah berhamburan di pipinya, ia tak tahan jika harus mengenang masa lalunya yang sangat menyakiti hatinya itu.

"Kita ngerti Zah," Fira, Imel dan Cahya serempak menghibur hati Izah yang kini sudah hancur berkeping keping.

"Gue gak apa apa kok, yuk balik ke kelas," Fira, Imel dan Cahya sontak menangguhkan kepalanya serempak sembari tersenyum manis ke arah Izah.

Mereka berempat kini sudah meninggalkan suasana riuh kantin, mengingat beberapa menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.

***

"Bu Nur datang, emergency emergency," teriak Hary sembari berlari mengitari satu persatu baris meja, teriakan teriakan terus saja ia kumandangkan. Semua yang mendengar dengan cepat, ikut berlari menuju meja masing masing. Siapa tak kenal Bu Nur?, guru tergalak seantero sekolah, guru yang paling ditakuti di SMA Prestasi.

Fira memutar bola matanya cemas akan kedatangan Bu Nur. Jarinya meremas pena biru dongker itu. Satu buku cetak dan dua buku tulis sudah terpampang rapi di hadapannya.

Suara hentakan sepatu membuat Fira semakin gelagapan. Siluet bayangan seseorang mulai tampak dari pintu kelas XI Ipa 2. Tak lama, sosok wanita paruh baya berseragam coklat memasuki area kelas. Jari jemarinya yang gempal dan berisi memegang erat map yang penuh dengan kertas ulangan siswa maupun siswi. Tubuhnya yang gemuk semakin menambah kesan galak pada dirinya yang sudah melekat.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak anak," sapa Bu Nur dengan suara beratnya yang khas. Ia mengambil langkah menuju kursi yang terletak tak jauh dari papan tulis berdampingan dengan meja yang lebih besar dari meja para siswa. Ia meletakkan map yang sedari tadi ia bawa dari ruangannya.

"Waalaikumussalam, pagi Bu," jawab siswa siswi hampir bersamaan. Bu Nur menatap satu persatu wajah murid yang sudah mulai ketakutan akibat tatapan tajam milik sang guru elang.

Bruk

Ia menggebrak meja dengan salah satu tangan kekarnya hingga menimbulkan suara yang jelas begitu besar. Sontak saja semua murid langsung kaget setengah mati bukan main.

"Ini nilai ulangan harian PJOK kalian jeblok semua, mau jadi apa bangsa ini kalo nilai PJOK yang seharusnya sudah melekat dalam benak dan raga kalian saja kalian abaikan, mau jadi apa bangsa kita?" Suara Bu Nur begitu menggelegar memenuhi ruangan kelas. Begitu khas terdengar di setiap telinga para siswa siswi.

Semua siswa dan siswi kompak menundukkan kepalanya, menahan rasa malu bercampur takut yang kini sedang bergejolak hebat. Ucapan Bu Nur bagaikan teriakan maut yang mampu membekukan seluruh samudra. Fira memberanikan diri menatap raut wajah marah Bu Nur, sedangkan Cahya yang berada di sampingnya hanya memainkan bolpoin sembari kepalanya yang terus menunduk.

Manik mata Fira menangkap kedua bola mata Bu Nur yang sudah siap membakar dirinya. Tiba tiba saja tatapan Bu Nur kini beralih kepadanya. Ia menangkap basah Fira yang juga sedang menatap dirinya. Ia menatap Fira dengan sinis.

"Kenapa lihat lihat?" Bentakan itu sontak membuat Fira kembali menundukkan kepalanya. Cahya yang mendengar itu, dengan cepat mengalihkan tatapannya kepada Fira yang kini sudah menundukkan kepalanya.

"Kalian semua paham apa yang saya maksud."

"Paham bu," semua suara siswa maupun siswi XI Ipa 2 terdengar secara bersamaan.

"Baiklah saya akan memberikan kalian remedial, ada 3 remedial yang akan kalian lakukan," ujar Bu Nur yang berhasil mendapat tatapan dari semua siswa siswi. Pikiran mereka sudah kalut memikirkan apa remedial yang akan mereka lakukan.

"Yang pertama hukuman kalian adalah mengerjakan 100 soal pada halaman 243, dan harus dikumpulkan besok di meja ibu, nanti Hary kamu antarkan ya," tatapan Bu Nur kini pindah ke Hary yang langsung mendapat anggukan dari Hary.

"Siap Bu," jawab Hary dengan setegas tegasnya. Imel memutar bola matanya malas ke arah Hary yang sudah senyum tak jelas ke aroahnya.

"Tenang neng Imel ntar aa' ajarin deh," Hary menaik turunkan kedua alisnya ke arah Imel yang langsung mendapat tatapan jijik Imel.

"Yang kedua hukuman kalian adalah lari keliling lapangan satu kali," ucap Bu Nur tanpa dosanya. Hal itu tentu membuat seisi kelas kaget dengan penuturannya. Tak percaya itu lah yang terjadi.

"Yah bu jangan dong panas tau bu," salah satu siswa dengan wajah watadosnya berbicara seperti itu di hadapan Bu Nur.

"Oke gak mau ya, Ibu tambah satu keliling, jangan ada yang membantah sekarang lakukan saja," mau tak mau siswa maupun siswi segera menjalankan hukuman dari pada Bu Nur makin memuncak dan menambah hukumannya.

***

"Cepet lari jangan loyo semua," Fira menyeka keringat yang bercucuran membasahi wajahnya. Lapangan sekolahnya melebihi lapangan stadion sekalipun. Capek, sangat capek ia rasakan.

Ia jongkok sebentar untuk menghilangkan sedikit rasa penat yang merajalela. Ia menyapu pemandangan di sekelilingnya.

Deg,

Apa yang di lihatnya saat ini kenapa begitu terasa menyakitkan, padahal baru sementara saja rasa ini.

Have a nice day

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang