Hakim tertawa bersama seorang wanita, kenapa hati Fira seakan memberontak tak terima akan hal itu, padahal ia tahu siapa dirinya dan hakim. Tapi entah kenapa hati Fira hancur berkeping keping, ia bahagia melihat tawa Hakim tapi ia tak bahagia jika orang lain yang membuatnya tertawa.
Munafik gak sih gue jika gue harus nangis, batin Fira. Ia mencoba menenangkan kembali pikirannya yang sudah bercabang entah kemana. Sakit, sudah jelas ia rasakan saat ini. Perih, jangan di tanya lagi, cemburu, tentu itu yang saat ini terjadi dalam benak Fira. Perasaan yang dulu sempat ia kubur dalam dalam kembali lagi dan ternyata kembali untuk dipatahkan.
Fira berdiri sejenak merapikan helaian demi helaian rambutnya yang kini telah menyatu dengan keringat yang bercucuran membasahi wajahnya. Tepat di depan kelas XII Ipa 1, peristiwa yang seharusnya Fira lihat malah terjadi secara langsung di hadapannya.
Tatapan Cahya jatuh pada Fira yang kini berdiri sembari menatap sendu ke arah teras XII Ipa 1. Segenggam pertanyaan ia kumandangkan dalam hatinya, namun ia urungkan sejenak.
"Maaf ya Tan, aku mau ke Fira dulu gak apa apa kan kamu aku tinggal bentar, bentaran doang kok, ini minum punya aku minum dulu gih," Cahya mengulurkan tangannya menunjukkan sebotol air mineral ke arah Sultan yang duduk di sampingnya sekarang. Sultan meraih sebotol air mineral dari tangan Cahya lalu meneguknya hingga tersisa setengah botol."Yaudah gak apa apa kok, aku ngertiin kamu," ujar Sultan seraya mengelap sisa air mineral yang bertengger di ujung bibirnya.
"Makasih ya," Sultan menganggukkan kepalanya pelan menatap Cahya penuh arti. Setelah mendapat respon dari Sultan, dengan segera Cahya berlari kecil ke arah Fira berdiri.
"Lo kenapa Fir," Fira memutar tubuhnya dan menatap Cahya yang sudah memegang pundaknya pelan.
"G-ggue gak apa apa kok," Cahya memicingkan matanya menatap Fira yang ia yakini pasti saat ini sedang berbohong.
"Gue tahu lo Fir, gue sahabat lo, dan lo wajib cerita ke gue," Fira menghembus nafasnya kasar, ia menatap Cahya yang sudah menatapnya duluan penuh makna.
"Iya gue bakalan cerita kok ke lo, Izah dan juga Imel," Cahya menganggukkan kepalanya. Menjawab pernyataan Fira.
***
"Haee guys, Faizah titisannya bidadari udah dateng nih, mana yang mau minta tanda tangan gue sini sini," teriak Izah dari luar kelas yang diikuti Imel di belakangnya mengekori.
"Titisan jin mah bener," timpal Evan ketus. Ia memandang malas Izah sangat malas bahkan. Izah tak kalah menatap Evan ketus.
"Iri lo dasar anaknya mimi pergi," Izah mengototkan matanya ke arah Evan, Evan pun sama ia tak mau kalah dari Izah.
"Apaan sih lo pada kalo ketemu pasti ribut mulu, bosen gue dengernya," ujar Imel sembari mendudukkan bokongnya di bangku samping Izah.
"Gak," ucapnya Izah dan Evan kompak. Izah memutar bola matanya ke arah Evan. Evan pun melakukan apa yang di lakukan Izah secara bersamaan. Namun bukan pandangan saling arti namun pandangan saling hina.
"Apaan lo lihat lihat gue, naksir," Evan kembali membuang pandangannya setelah berkata seperti itu kepada Izah. Ia tentu tak terima.
"Gue?, naksir sama lo?, in your dream Evan."
"Udah ah ntar lama lama jodoh lho," ujar Fira, Imel, Cahya, Sultan, Arnas maupun Alta kompak tertawa menertawakan Evan dan juga Izah. Mereka berdua terlihat sepasang kekasih yang sangat cocok.
"Amit amit dah gue jodohan ama ember pecah kayak lo," Evan menunjukkan jari telunjuknya ke arah Izah.
"Lo kira gue mau apa, ogah."
"Berisik tau," celetuk Cahya tak tahan menanggapi permasalahan antara Evan dan Izah yang tak ada habisnya.
"Dari pada lo sama Izah berantem terus mendingan kita cabut ke kantin aja gimana," Alta menarik turunkan kedua alisnya ke arah Evan yang sedang dibakar api amarah saat ini.
"Yuk bro," ajak Arnas dengan penuh semangat 45.
"Yuk ah," kompak Evan dan Arnas mengikuti arah langkah Sultan dan juga Alta yang berada di hadapannya.
"Fir kata lo tadi mau curhat, curhat sekarang aja," ketiganya sontak mengalihkan pandangannya ke arah Fira yang kini gelagapan dibuat ketiganya. Dari mana ia harus memulai semua cerita ini.
"Cerita apaan sih Fir, cepetan dong, udah gak sabar gue nih," Imel menggoyang pelankan bahu Fira berharap ia dengan cepat menceritakan permasalahannya.
"G-ggak kok gak apa apa," elak Fira, tidak mungkin ia menceritakan hal ini, sekalipun kepada sahabatnya itu.
"Fir kita kenal lo, yaudah cepet cerita," Fira menghembuskan nafasnya pasrah. Mungkin ini saatnya ia menceritakan semuanya kepada para sahabatnya.
Untuk apa ia pendam lama lama, pasti akan membebaninya juga. Dengan tekad yang kuat, Fira mulai menceritakan kepada para sahabatnya, semuanya.
***
"Jadi gitu ceritanya," ujar Fira menatap roknya sendu. Kenapa juga ia harus sedih hanya karena satu orang yang tak penting dalam hidupnya. Tapi Fira tak ingin munafik ia menyukai Hakim tulus, sangat tulus. Ya walaupun perasaan ini baru seumur sebiji jagung. Namanya cemburu tetap cemburu.
"Fir jika dia jodoh lo dia gak bakalan kemana, sekalipun lo sama dia terpisah berjauhan, ya jika dia jodoh lo akan tetap kembali ke lo Fir," kata kata itu keluar begitu saja di mulut Izah.
Sangat bijak tentunya. Hal itu mendapat anggukan dari Imel dan juga Cahya, mereka kompak membenari ucapan Izah barusan. Memang ada benarnya apa yang diucapkan Izah. Toh, buat apa Fira memikirkannya jika si empu juga tak bakalan memikirkan Fira, buang waktu tentu saja.
"Yaudah gak usah melow melow kayak gini, kita ini squad anti lemah, gak cocok dong sama kita, ya gak Ca," timpal Imel seraya menatap Cahya dengan senyum yang merekah di kedua sudut bibirnya.
"Iya lah," sambung Cahya tak kalah semangatnya dari Imel.
"Yaudah cup cup jangan sedih lagi atuh."
"Hai Ca," Sultan langsung begitu saja duduk di hadapan Cahya sembari menatap Cahya dengan senyum yang mengembang.
"Pacaran mulu dah yang gue lihat dari lo pada," Izah memutar bola matanya malas menatap kedua insan yang ada di hadapannya saat ini.
"Alah bilang aja lo iri, dasar jones," ketus Imel kembali membuang pandangannya.
"Lah lo juga jones kali Mel, bukan gue doang," mulai lah perdebatan tak kan ada ujungnya ini. Fira membuang nafasnya kasar mencoba untuk tidak mendengar ocehan Imel maupun Izah kali ini. Ia sudah sangat begitu bosan mendengarnya.
"Gue pusing tau Ca, denger Imel dan juga Izah debat terus."
"Lo kira gue gak pusing, gue juga Fir, yaudah lah kita biarin aja kali ya, ntar juga temenan lagi kok, mereka mah suka gitu," balas Cahya yang langsung diikuti tawa Fira. Sangat sederhana kebahagiaannya, sangat sederhana sekali.
Have a nice day.......
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE [✔]
Teen Fiction(HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU) My First Story. 100% imajinasi penulis..... Rank : #4 di Alfira #5 di Hakim #35 di tamat #10 di sepihak Tak perlu kau tanya seberapa tulus rasa ini padamu, bagai hujan yang turun membasahi bumi ini, kau...