T U J U H

123 8 0
                                    


"Fir lo gak ikut ke kantin ya?" Tanya Izah yang diikuti anggukan oleh Imel dan Cahya yang berada di sampingnya.

"Gak deh soalnya gue mau ke perpustakaan dulu mau pinjam buku baru," Fira tersenyum kepada sahabatnya yang selama ini selalu hadir menemani hari harinya.

"Yaudah kita duluan ya Fira ku sayang," ucap Izah yang mendramatiskan keadaaan. Cahya memutar bola matanya malas menatap Izah, Imel pun menatap Izah tak kalah jengahnya.

"Alay lo Zah gue udah ditungguin nih sama Sultan," cibir Cahya, ia begitu tak sabar ingin bertemu orang yang baru saja kemarin mendapat gelar kekasih di hati seorang Cahya.

"Yaelah orang pacaran mah beda, apa daya cuma jomblo,"

"Yaudah sono lo pacaran sama Evan aja, dia itu sebenarnya suka sama lo, lo nya aja terlalu galak, gue saranin yah Zah mending lo baikin aja tuh Evan siapa tau dia kepikiran buat nembak lo," saran Fira. Imel dan Cahya hanya tertawa kecil mendengar penuturan Fira.

"Ogah gue Fir mending jomblo dah gue," balas Izah ketus memalingkan wajahnya yang sudah memerah layaknya buah tomat. Kenapa hatinya seakan memberontak ingin keluar hanya karna mendengar nama Evan disebut.

"Yaelah Zah, entar kemakan omong sendiri berabe urusannya," celetuk Cahya yang sudah tak tahan lagi menahan tawanya melihat wajah merah Izah yang sangat terlihat.

"Muka lo lucu abis Zah," Imel tertawa cukup keras. Izah hanya mendengus sebal melihat sahabatnya yang terus saja mentertawakannya.

"Bully terus gue, gue ikhlas, aku mah apa atuh," kini tawa Fira, Imel dan Cahya semakin keras, membuat Izah semakin sebal dibuatnya.

"Udah udah sakit perut gue," keluh Fira sembari memegang perutnya yang sakit akibat tertawa yang terlalu kencang.

"Gue duluan ya mau ke perpustakaan," Izah, Imel dan Cahya hanya menangguk kecil. Dengan segera, Fira melangkahkan kakinya menuju ruang perpustakaan.

Langkah Fira tiba tiba berhenti di taman belakang sekolah. Matanya melirik beberapa orang yang sibuk berkutat dengan alat seninya. Jantungnya tiba tiba saja berdetak lebih cepat. Manik mata hitam pekat, hidung mancung, bibir merah alami dan rahang yang keras. Kulit kuning langsat serta postur tubuh yang ideal menambah kesan sempurna pada pemuda tersebut. Tangannya menari manis bersama kuas, bersama teman temannya yang juga sibuk dengan lukisan mereka masing masing.

Niat Fira yang hendak ke perpustakaan tiba tiba saja ia urungkan hanya demi melihat pemandangan indah di hadapannya. Dalam hatinya melirih nama orang yang kini jelas dalam kelopak manik matanya.

Hakim,

Fira menundukkan kepalanya, menahan air mata yang keluar dari kelopak matanya. Namun pertahanannya hancur begitu saja, setetes air mata turun begitu saja di pipinya. Dengan kasar ia menghapusnya dan menetralisir degub jantungnya. Kenapa rasanya sakit jika ia harus terus saja menahan perasaannya dari kejauhan. Ia membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi meninggalkan taman belakang sekolah.

Hatinya sakit sangat sakit jika harus mengingat kenyataan pahit percintaannya sendiri, tak seperti kisah cinta manis di novel novel yang selalu ia baca. Kisahnya tragis, hanya bisa mengamati seseorang dari kejauhan tanpa bisa meraihnya. Bagai bulan yang selalu berharap bertemu matahari namun tak bisa ia lakukan. Tapi ingatlah takdir hanya tuhan yang tahu, manusia tak bisa berbuat apa pun jika menyangkut takdir. Dan Fira pasrah semuanya kepada tuhan, termasuk yang menyangkut tentang hatinya.

Fira berbalik sekali lagi menatap Hakim dengan tatapan sendu.

Apa yang bisa gue lakukan?, gue hanya setitik debu di mata Hakim, tuhan, gue ingin terus lihat dia meski dari kejauhan, semoga nasib ini bisa berubah

Fira memantapkan langkahnya, meninggalkan pemandangan indah yang baru saja ia pandangi. Niatnya ke perpustakaan tiba tiba saja ia urungkan, hati dan pikirannya terus saja berkecamuk. Meski harus dari jauh, itu sudah cukup membuat Fira senang, toh baginya yang penting Hakim bahagia, ia juga turut bahagia. Tujuannya saat ini menemui sahabatnya yang masih berada di kantin sekolah.

***


"Muka lo lucu tau Zah," Fira mendaratkan bokongnya di samping Cahya. Ia menatap Izah yang kini wajahnya sudah memerah. Fira mengerutkan kedua alisnya tak mengerti.

"Emangnya kenapa Mel," tanya Fira kepada Imel yang masih saja tertawa menertawakan wajah Izah yang terlihat begitu menggemaskan.

"Jadi gini ceritanya-."

Flashback on

Cahya, Imel maupun Izah kini sudah duduk manis di bangkunya masing masing. Cahya yang duduk sendiri dan berhadapan dengan Izah dan Imel yang duduk bersebelahan. Cahya meraih semangkuk bakso dan segelas teh manis yang tadi ia pesan bersama pesanan sahabatnya.

"Eh lo tau gak guys," Izah memang biasa memulai topik. Langsung saja, pandangan Imel maupun Cahya kini teralihkan kepadanya.

"Enggak," jawab Imel, Cahya hanya menggelengkan kepala pelan sembari menyuapkan sebiji bakso ke mulutnya. Mata Izah berbinar tak sabar menceritakan apa yang kini ada di pikirannya.

"Suami suami gue pada bikin album baru lho, ya ampun gue senang banget"

"Maksud lo BTS," jelas Cahya, ia melepaskan genggaman sendok dan garpu dari tangannya, ia memfokuskan pandangannya pada Izah yang kini tersenyum lebar kepadanya.

"Iya siapa lagi emangnya suami gue?"

"Gue kira suami lo tadi Evan," celetuk Imel yang langsung diikuti tawa Cahya. Izah menatap keduanya sinis.

"Amit amit dah gue punya suami kayak dia, udah jelek, dingin, cuek, gak perhatian, sok cool," ternyata seseorang yang sudah berdiri sedari tadi mendengar ucapan Izah dengan wajah yang sedang menahan amarahnya, langsung saja menghampiri Izah. Izah yang awalnya tertawa keras kini dibuat terdiam dan menunduk malu akibat kedatangan orang tersebut yang sudah berdiri di sampingnya.

"Eeh ada Evan, udah lama ya berdiri di situ," tanya Imel. Izah hanya dapat diam sambil menundukkan kepalanya malu.

Bodoh, batin Izah.

"Apa yang lo bilang tadi?" Tanya Evan dengan nada ketusnya, Izah perlahan mendongakkan kepalanya menatap Evan yang sudah menahan amarahnya sedari tadi.

"Hmm gak kok Van," dengan sebisa mungkin Izah membela dirinya.

"Dasar cewek," Evan melangkahkan kakinya meninggalkan Izah dengan seribu rasa malu di hatinya.

Flashback off

"Gitu Fir ceritanya," jelas Imel yang langsung diikuti gelak tawa Fira dan Cahya tak ada hentinya.

"Males ah gue ama lo pada, dasar gak berperikesahabatan," ujar Izah sembari membuang pandangannya kasar ke sembarang arah. Matanya menangkap dua bola mata yang juga kini menatapnya, degub jantung Izah seketika berdetak cepat.

Dia.....,

Hey tayo hey tayo
Author balik lagi nih di cerita MH
Maaf ya kemaren kemaren itu males banget buat Up di cerita MH ataupun Larva. Mood Author kadang labil, jadi maklumi aja ya,

Jangan lupa ya kasih Votte dan Commentnya, karena itu sangat membantu menyemangati mood Author. Kalau ada yang mau kasih saran jangan sungkan ya buat Comment. Dan Author pesan jadilah reader yang baik. Tinggalkan jejak yang bermanfaat.

Sampai ketemu nanti di part selanjutnya..............

Salam super manis,

Author
Shaf_ananda

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang