Fira mulai melangkahkan kembali memasuki rumahnya yang tampak tentram dan tenang. Pasalnya Kakaknya, teman perkelahiannya kini tak menampakkan batang hidungnya. Semerbak bau rempah rempah memenuhi indra penciuman Fira, ia berjalan pelan ke arah dapur setelah meletakkan sepatu sekolah dan tasnya. Ia mulai mendekati sang ibunda yang kini sedang berkutik dengan alat dapur seperti biasanya. Manik matanya menatap ke arah kompor yang masih menyala dengan makanan yang sedang memasak di atasnya.
"Ada yang bisa Fira bantuin gak Ma", tanya Fira lembut ke arah Ana yang langsung dijawab dengan senyuman oleh Ana.
"Kamu siapin aja piring piring di meja makan soalnya makanan yang Mama masak mau hampir matang," Fira mengangguk sejenak dan kemudian melenggang menuju meja makan. Dengan telaten, ia meletakkan dan menyusun keperluan yang hendak keluarganya gunakan saat acara makan malam bersama seperti biasanya.
Suara ketukan dan ucapan salam terdengar dari pintu utama rumah kediaman keluarga besar Fira. Ibunya yang semula masih berkutik dengan masakannya kini beralih menuju pintu utama menyambut kedatangan sang suami. Fira hanya memutar bola matanya dan ikut menyalami tangan sang ayah.
"Mama masak apa?" Tanya Ardi sembari membuka dasi yang masih bertengger di bajunya. Tangan Ana mulai bergerak membantu Ardi membuka dasi kerjanya.
"Masak semur ayam kering Pa," jawab Ana dengan nada penuh kelembutan. Ardi pun mengangguk singkat mendengar jawaban dari sang istri tercinta.
"Kakak pulang," teriakan itu membuat Fira memutar bola matanya malas, sangat malas bahkan. Kini kehebohan akan terjadi dalam hitungan menit saja.
"Kakak bukannya ucap salam dulu," ingat Ardi yang kini sudah menduduki salah satu kursi yang ada di meja makan. Ana hanya dapat menggeleng pelan melihat kelakuan anak sulungnya itu. Sedangkan Lesmana hanya terkikik kecil seraya menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.
"Halo adek ku yang gemesin kayak selena gomes kalo dilihat dari lubang pipa," Lesmana mencubit kecil pipi Fira membuat sang empu merasa kesakitan.
"Ish kakak, kok lo jahat banget sih sama adek lo ini," ucap Fira tak terima pipi chubby nya dicubit pelan oleh sang kakak.
Acara makan malam keluarga besar itu pun berjalan dengan lancar meski dihiasi dengan keributan kecil Fira dan Lesmana yang tak ada akhirnya itu.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB, bel pergantian jam selalu menjadi penantian terbesar bagi kelas XI Ipa 1, bagaimana tidak, masalahnya pelajaran kimia yang kini sedang berlangsung membuat seluruh isi perut seakan ingin keluar hanya dengan melihat rumus yang telah dijabarkan oleh Pak Yono. Fira menatap nanar ke arah papan tulis yang dipenuhi oleh angka demi angka.
Fira mengalihkan pandangannya ke arah Cahya yang masih setia menatap penjelasan Pak Yono. Namun sorot mata Cahya yang tak dapat diartikan. Sampai sekarang Fira tak berhasil menemukan solusi jitu untuk menyatukan persahabatan bak kepompong itu kembali.
"Baiklah siapa yang bisa maju ke depan mengerjakan soal yang bapak beri," ucap Pak Yono sembari menatap muridnya secara merata. Hary yang semulanya berkutik dengan pena dan kertas kini dengan segera mengacungkan tangannya ke atas.
"Pak Yono saya Pak," ucapnya sembari terkikik kecil seraya memutar bola matanya ke arah Imel yang juga sedang menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE [✔]
Teen Fiction(HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU) My First Story. 100% imajinasi penulis..... Rank : #4 di Alfira #5 di Hakim #35 di tamat #10 di sepihak Tak perlu kau tanya seberapa tulus rasa ini padamu, bagai hujan yang turun membasahi bumi ini, kau...