E M P A T

160 8 0
                                    

Bel pulang kini mulai berbunyi, seluruh kelas mulai riuh akan kegaduhan. Semua siswa pun bergegas mengemasi barang bawaannya begitu juga dengan kelas XI Ipa 2, Bu Sila sudah melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan kelas tersebut dengan seribu kegaduhan yang terjadi. Satu persatu siswa maupun siswi mulai melangkahkan kakinya meninggalkan area kelas. Namun ada beberapa siswa yang masih stay di dalam kelas untuk mengikuti eskul yang ada.

"Fir kita duluan ya, lo kan eskul," ucap Izah yang tepat berada di samping Imel.

"Iya duluan aja," jawab Fira sembari mengemasi buku buku yang berserakan di depan mejanya.

"Eh ada neng Imel, mau abang Hary Style yang terganteng sejagat raya ini anter gak, tenang aja gratis kok untuk neng Imel seorang mah," Imel mendengus kesal mendengar penuturan alay dari Hary.

"Noh lo anterin aja Kurnia biar sekalian kempes ban motor lo, au ah yuk Zah panas gue lama-lama disini" ketus Imel, ia menarik tangan Izah kasar. Sedangkan Izah hanya menurut tanpa berniat membantah.

"Kita duluan semua," teriak Izah dari luar kelas.

Fira dan Cahya masih tetap berada di kelas, mereka tak hanya berdua namun masih ada beberapa siswa yang memiliki jadwal eskul yang sama yakni hari ini. Setelah dirasa selesai, Fira segera menggandeng tasnya. Cahya yang melihat hal itu dibuat terburu-buru, dengan cepat ia memasukkan buku-bukunya secara kasar ke dalam tas. Tak lupa ia juga menutup resleting tasnya sebelum ia gandeng.

"Yuk Fir," ucap Cahya yang langsung mendapat anggukan dari Fira. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruangan eskul masing masing. Fira mengikuti eskul Karya Ilmiah sedangkan Cahya mengikuti eskul Tari . Mereka memang berbeda eskul namun ruangan eskul Karya Ilmiah dan Tari berdampingan.

"Hai Cahya, Hai Fira," sapa Veris, Verissa Angelita Askia, teman se-eskul Cahya. Cahya pun berpamitan dan meninggalkan Fira sendirian di salah satu koridor sekolah. Ia meraih ponsel beserta headseatnya lalu memasangkannya ke dua telinganya. Ia berjalan menyusuri koridor tersebut sendirian.

Brugh

Tanpa sadar ia menabrak seseorang yang sedang membawa banyak barang seni. Matanya menatap Fira tajam bak tatapan sang elang di kala mencari mangsa. Fira mendengus kesakitan akibat bokongnya yang mencium lantai koridor secara kasar. Matanya menangkap siswa yang sibuk memunguti barang bawaannya yang terjatuh. Fira berinisiatif membantu siswa tersebut dan menghiraukan sakit yang sedang terjadi saat ini.

"Kalo jalan tuh lihat ke depan bukan ke bawah," bentak siswa tersebut dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Maaf," balas Fira.

"Maaf?, apa maaf lo bisa gantiin barang gue yang udah lo rusak?" Hardik siswa itu lagi.

"Woe Zra, dari mana aja lo?" Tanya seseorang yang datang dari belakang Ezra Alvian Katra, siswa yang telah membentak Fira kasar.

"Kenapa lo?"

"Oh biarin aja lah jangan diperbesar masalah ini," Orang tersebut menatap Ezra dan Fira secara bergantian.

"Dia yang salah kok Kim," balas Ezra dengan nada yang tinggi.

"Udahlah Zra lagian juga dia udah minta maaf, maafin aja lah apa susahnya sih," tenang Hakim Satria Alaska.

"Maaf kak gue gak sengaja," sambung Fira, ia menundukkan kepalanya menahan air yang akan keluar dari kelopak matanya. Sebisa mungkin ia menetralisir hatinya yang tak karuan.

"Yaudah kali ini lo gue lepas, awas aja lo ulangin lagi, gue bakalan kasih pelajaran sama lo."

"I-iya kak."

"Yaudah yuk Zra lo udah ditunggu pak Ahmad," Hakim membawa Ezra pergi meninggalkan Fira. Jantung Fira seakan ingin copot ketika menatap wajah tenang milik Hakim.

"Woee Fir ngelamun aja lo," sertak Bila, Nabila Karina Lestari.

"Eh kak Bila ngagetin aja."

"Ngelihatin apa lo," tanya Bila mampu membuat Fira gelagapan, haruskah ia jujur akan perasaannya yang masih berumur jagung.

"Eng-gak kok kak,"'elak Fira ia memunguti headseatnya yang tergeletak di atas lantai koridor.

"Oh gue tahu itu ya si Hakim sama Ezra kan?" Fira membelalakkan matanya tak percaya, siapa namanya tadi Hakim?

"Lo suka ya sama Hakim?" Ledek Bila.

"Udah kak gue mau ke ruang eskul dulu papay kak Bila," Fira melangkahkan kakinya meninggalkan Bila yang masih senyum senyum sendiri di koridor sekolah. Pikiran Fira kini berkecamuk bagai bercabang cabang tak karuan. Hakim?, satu nama yang mampu membuat jantungnya berdegub tak karuan. Apakah ini cinta?, atau hanya obsesi semata, ia tak tahu. Namun saat melihat sorot mata Hakim ada ketenangan tersendiri dalam tubuh seorang Alfira Syaila Natasha.

***

Fira Pov's

Hari ini banyak kejadian yang tak pernah gue duga sebelumnya bakalan terjadi. Hakim?, satu nama yang mampu membuat hati gue serta raga gue mengkaku. Rasa yang selama ini telah lama gue kubur dalam dalam kini hidup berkat satu orang yang belum gue kenal sebelumnya. Apakah orang itu bakalan ngelirik gue?, gue gak tahu. Tapi dengan melihat mata Hakim saja udah buat gue senang. Hakim, gue ingin nomor lo.

Tak terasa, gue udah sampai di ruang eskul. Di sana udah ada Alfa, Alfara Annisa dan Dira, Andira Dahlia. Teman seperjuangan gue di eskul Karya Ilmiah. Tanpa basa basi gue langsung melepaskan sepatu dan beranjak memasuki ruangan tersebut.

Fira Pov's end

"Eh Fir lama amat lo," celetuk Alfa yang memasang wajah kesalnya.

"Heheh dari toilet," Fira memasang wajah watadosnya sambil mencengir tak jelas.

"Ibu Tina udah dateng belom?"

"Belom sih," balas Dira yang duduk di samping Alfa. Sedangkan Fira hanya beroh ria sembari meletakkan tasnya di salah satu bangku yang ada di sana.

"Orang orang pada kemana?, kok cuma kalian berdua sih."

"Bertiga Fir kan ada lo," jawab Dira santai. Alfa tertawa kecil menanggapi penuturan garing milik Dira.

"Au ah Dir, serah dah."

***

Hai guys

Miss this story????

So, give a votte and comment for this story

Thanky you so much guys, and I love you

MY HOPE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang