"Haee gaeeess bidadari tercantik terula lala ini dateng," teriak Cahya dari luar kelas. Ia memasuki ruang kelas yang sudah tampak ramai. Satu persatu siswa mulai memasuki ruangan kelas masing masing. Izah dan Imel yang mendengarnya hanya dapat bergidik jijik.
"Bidadari dari neraka," timpal Imel ketus, ia memutar bola matanya malas menatap Cahya yang sudah berdiri di hadapannya dan Izah.
"Anjir Ca lo baru aja dateng udah teriak gak jelas gitu," cibir Izah sembari menatap Cahya jengkel. Sedangkan Cahya hanya mencengir tak jelas seraya meletakkan tasnya di atas meja yang ada di hadapannya. Senyuman manis terus tercetak di bibir ranum milik Cahya. Tentu hal tersebut mengundang tanya dari Imel dan Izah yang sedari tadi heran melihatnya. Tentu ada udang di balik batu.
"Kenapa lo senyum sendiri?, kesambet apa lo?" Pertanyaan tersebut keluar begitu saja dari mulut Imel, ia mengerutkan kedua alisnya seperti hendak menerawang sesuatu, sama halnya yang kini dilakukan Izah. Cahya hanya membalas dengan semakin memperlebar senyum yang terukir di bibirnya.
"Kalian mau tau?" Izah dan Imel serempak mengangguk dengan penuh semangat. Mereka memperdekat jarak di antara ketiganya. Semakin dekat, semakin dekat. Hingga suara ketukan pintu yang keras membuat konsentrasi ketiganya hilang begitu saja, sontak mereka menoleh ke sumber suara dan mendapati Fira yang tersenyum ke arah mereka.
"Pagi," sapa Fira ramah seraya meletakkan tasnya dan disusul bokongnya.
"Pagi Alfira Syaila Natasha," saut Cahya sembari tersenyum hangat.
"Cepetan Ca apa yang mau lo omongin," Izah sudah tak tahan lagi menahan kekepoannya. Begitu pula Imel yang ingin sekali mendengar penuturan dari Cahya.
"Ngomong apaan sih kok gue gak tau?" Raut wajah bingung tercetak di wajah Fira. Ia tak tahu apa yang dibicarakan para sahabatnya ini.
"Sini sini," ucap Cahya yang langsung diikuti anggukan oleh Izah dan Imel sedangkan Fira hanya mengikuti tanpa bisa memprotes. Jarak mereka semakin diperdekat.
"Gue udah jadian sama Sultan," blus pipi Cahya seketika merona menahan malu setelah mengucapkan beberapa kata tersebut. Fira, Izah dan Imel sontak kaget mendengar berita hot di antara mereka berempat.
"Yang bener Ca, selamat."
"Selamat ya Ca moga langgeng."
"Selamat Cahya Aqilla Senja."
Cahya hanya menanggapi ucapan dari ketiga sahabatnya dengan tersenyum hangat sembari menerima uluran tangan yang direntangkan ketiganya satu persatu. Sempurnalah kebahagiaan Cahya saat ini.
"Gue juga mau curhat," ucap Fira. Sontak Cahya, Izah dan Imel mengalihkan matanya ke arah Fira yang hanya tersenyum kecil.
"Apa?" Jawab Izah yang sudah mempersiapkan kedua telinganya. Imel dan Cahya juga sudah mempersiapkan kedua telinga mereka mendengar penuturan dari Fira kali ini.
"Gue.........."
"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya. Panggilan kepada seluruh pengurus osis harap segera ke ruang osis sekarang terima kasih," panggilan tersebut sontak menghentikan aksi curhatan di antara keempat insan ini. Fira dan Izah serempak mendengus pelan.
"Yuk Zah," Fira sudah berdiri siap dengan pulpen serta buku di genggamannya.
"Yuk."
"Kita duluan ya, Mel, Ca," ucap Fira yang langsung disambut dengan anggukan oleh Imel dan Cahya. Izah dan Fira serempak melangkahkan kakinya menuju ruang osis yang terletak cukup jauh dari kelas Fira dan Izah. Gurauan demi gurauan mereka lantunkan untuk menghilangkan rasa bosan yang menghinggapi.
***
Setelah satu jam setengah diadakannya rapat osis, semua siswa siswi serempak meninggalkan ruang osis yang hanya tersisa beberapa orang di sana. Rapat berlangsung dengan lancar tanpa hambatan namun sesekali diisi senda gurau khas anak remaja saat ini.
Jari jemari Fira bermain manis di tali sepatu hitam miliknya. Tampak Izah yang sudah berdiri dengan buku dan bolpoin di genggaman tangannya. Setelah dirasa selesai, Fira segera beranjak dari tempat duduknya. Izah yang melihat hal itu pun dengan segera mengajaknya untuk pergi ke kelas. Fira hanya mengangguk semangat.
"Eh Zah, tunggu dulu, kayaknya gue kebelet deh lo duluan aja," ucap Fira dengan tiba tiba.
"Kalau gitu gue duluan ya Fir," Fira hanya mengangguk cepat menandakan ia sedang memang dalam masa emergency . Izah melangkahkan kakinya menjauh dari keberadaan Fira. Dengan langkah cepat, Fira segera menuju toilet perempuan, bahkan dirinya menabrak siswa maupun siswi yang berlalu lalang di koridor menuju toilet. Matanya menbola sempurna ketika melihat tanda toilet sudah ada di hadapannya, tanpa lama lama Fira memasuki ruang dalam toilet dan segera membuang hasrat yang sedari tadi ia tahan.
Setelah 10 menit berjuang di dalam toilet sendirian, Fira membuka knop pintu yang tadi ia tutup rapat rapat. Ia menghembus napasnya pelan dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya.
Langkah kaki Fira terus ia percepat. Langkahnya seketika terhenti ketika melihat sosok laki laki yang sedang bersenda gurau tanpa beban bersama kedua temannya. Jantungnya kini berdetak tak karuan bahkan sekarang makin cepat ketika bola mata laki laki tersebut menatap Fira hanya beberapa detik namun setelah itu ia memutuskannya begitu saja. Beberapa detik yang berarti bagi Fira.
Itu kak Hakim ya, gimana jantung gue, sapa gak ya, gak aja deh kan dia gak tau siapa gue, entar dibilang gue sok akrab, batin Fira. Egonya memenangkan dirinya, Fira mengurungkan niatnya untuk menyapa Hakim yang kini berada tak jauh dari Fira berada. Fira mengambil nafas panjang lalu ia melanjutkan langkahnya bahkan lebih cepat ketika dirinya dan Hakim berpapasan, jantungnya memompa lebih keras.
Ya Allah tolong Jantung Fira, Fira melepaskan hembusan nafas yang sedari tadi ia tahan. Kini posisinya sudah hampir jauh dari keberadaan Hakim. Tak terasa ia telah sampai di depan kelasnya, tanpa ba bi bu Fira melangkahkan kakinya mantap.
"Terima terima," sontak Fira menoleh ke sumber suara mendapati Tian yang sudah bertekuk lutut di hadapan Lia, sang pujaan hati dengan mawar merah di kedua tangannya. Lia menatap Tian jengkel, lalu memalingkan wajahnya dari hadapan Tian. Ia mengambil nafas lalu menghembusnya perlahan.
"Gue gak bisa," raut wajah Tian seketika berubah. Ia memang terbiasa ditolak cewek, namun ketika mendengar jawaban Lia hatinya seakan memberontak menahan sakit yang terasa.
"Yaah," semua orang yang ikut turut kecewa mendengar jawaban Lia. Fira segera mendekat ke arah kerumunan yang hampir pergi. Ia mendekat ke arah sahabatnya yang turut kecewa dengan Lia. Natalia Abigail Nashifa, orang yang selama ini dicintai oleh Sebastian Cano Alvin. blasteran Indonesia Belanda itu resmi ditolak mentah mentah tanpa alasan yang jelas.
"Itu kenapa?" Tanya Fira sembari tangannya menunjuk ke arah Lia dan Tian.
"Tadi Tian ditolak sama Lia barusan" balas Izah yang diikuti anggukan oleh Imel dan Cahya. Fira menanggapi hanya dengan beroh ria saja.
Haiii
Jangan lupa Vomentnya yaaaa
Kalau kalian suka jangan lupa tinggalkan jejak manis buat Author. Kalau Author seneng nanti semangat banget buat lanjutan cerita ini. Jangan lupa juga ya baca cerita lain Author judulnya Larva, kalian bisa lihat di perpustakaan Author, see you next time guys.Salam hangat Author,
Shafira Ananda :)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE [✔]
Teen Fiction(HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU) My First Story. 100% imajinasi penulis..... Rank : #4 di Alfira #5 di Hakim #35 di tamat #10 di sepihak Tak perlu kau tanya seberapa tulus rasa ini padamu, bagai hujan yang turun membasahi bumi ini, kau...