My English Lecturer 1 (Jinrene)

1.3K 98 2
                                    

Jinrene
.
.
.

Voment Juseyo


Gadis berkaca mata itu berjalan dengan santai di koridor kampus. Jangan salah, walaupun ia mengenakan kacamata, wajahnya tetap cantik.

 Jangan salah, walaupun ia mengenakan kacamata, wajahnya tetap cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya Irene berjalan dengan biasa. Namun, saat dosen bahasa inggris berjalan di depannya, ia nampak gugup. Ia kemudian menyingkir ke samping untuk memberi gurunya jalan. Tak lupa ia membungkuk.

Irene menatap punggung Seokjin yang menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene menatap punggung Seokjin yang menjauh. Senyuman terukir di bibirnya melihat dosennya itu. Irene menyukai Seokjin. Ia suka dengan Seokjin sejak hari pertama ia mengikuti kelas Seokjin. Siapa yang takkan jatuh cinta dengan Seokjin. Wajah yang tampan serta pribadinya yang hangat membuat dia menjadi primadona di kampus. Umurnya juga bisa di bilang muda untuk seorang dosen, 25 tahun.

Irene kemudian melanjutkan langkahnya ke kelas dengan tergesa-gesa. Selanjutnya adalah kelas bahasa inggris. Dia tidak mau terlambat di pelajaran ini.

Irene kemudian duduk dengan tenang sambil membaca buku bahasa inggrisnya. Irene menyembunyikan wajahnya di balik buku saat Seokjin masuk ke dalam kelas. Seokjin menyapa semua siswa sebelum memulai pelajarannya. Irene tak fokus pada pelajaran, ia hanya fokus pada Seokjin. Saat semua siswa tengah fokus belajar, Irene mengeluarkan handphonenya dan mengambil gambar Seokjin secara diam-diam. Sudah puluhan foto Seokjin ada di handphonenya. Bahkan, walpaper yang ia gunakan adalah foto Seokjin.

Irene tersenyum saat mendapat foto Seokjin yang kesekian kalinya. Seokjin yang selesai menjelaskan berbalik menatap siswanya. Satu siswa yang menarik perhatiannya, ia melihat gadis itu senyum-senyum sendiri. Seokjin tak suka jika ada siswanya yang tidak memerhatikan pelajarannya. Seokjin membuka absen siswa dan melihat nama gadis itu.

"Bae Irene" panggil Seokjin yang membuat semua siswa menatap Irene

Irene meletakkan handphonenya saat mendengar namanya dipanggil. Matanya beralih menatap Seokjin.

"Buku apa yang kau baca?" tanya Seokjin sambil menyilangkan tangannya di dada

Irene memeriksa buku yang ia pegang. Rasanya ia ingin mengumpat. Ia salah bawa buku. Irene menatap takut Seokjin dan tersenyum canggung. Seokjin menghela nafas kasar.

Seokjin mengarahkan tangannya ke pintu, "Keluar"

Rasanya Irene ingin menangis saat diusir oleh Seokjin. Dengan terpaksa Irene melangkahkan kakinya keluar. Saat sudah di luar kelas Irene kembali menatap Seokjin yang masih menjelaskan. Irene tak bisa marah ini memang salahnya.

Irene hanya berdiri di depan pintu kelas tanpa ada niatan untuk pergi. Ia duduk dengan bersandar di dinding saat kelelahan berdiri. Ia ingin meminta maaf pada Seokjin. Setelah lama menunggu akhirnya pintu terbuka. Irene berdiri dan menunggu Seokjin keluar.

Irene ingin memanggil Seokjin namun suaranya tertahan saat melihat Seokjin berbicara dengan Siswa yang paling pintar di kelas, Jennie. Irene juga melihat bagaimana Seokjin tersenyum bangga pada Jennie dan terakhir Seokjin menepuk bahu Jennie. Ya, satu-satunya siswa selain dia yang menyukai Seokjin adalah Jennie. Bedanya Seokjin tak mengenal Irene sedangkan Jennie, hampir seluruh kampus mengetahui dirinya. Irene tak punya teman di kampus, tak ada yang ingin berteman dengannya. Alasannya, mungkin karena kacamata dan otaknya yang tidak menonjol.

Setelah Jennie dan Seokjin berbicara, Jennie melewati Irene dengan wajah meremehkan. Irene juga kembali menatap jengah Jennie. Namun, itu tidak berlangsung lama karena di depan Irene sudah ada Seokjin yang bersiap untuk pergi. Dengan cepat Irene membungkukkan badannya.

"Jeosonghamnida, saya tidak akan mengulang kesalahan saya Pak"

Irene kemudian menaikkan badannya dan menatap Seokjin. Seokjin membenarkan posisi kaca matanya kemudian mengangguk seraya tersenyum singkat pada Irene. Setelahnya, ia berjalan pergi.

Di tempatnya, Irene tersenyum bahagia.

Dia tersenyum padaku. Astaga!

Tak jauh darinya, ia melihat Jennie yang memandangnya dengan sinis. Jennie pergi setelah Irene mengetahui keberadaannya.

Ya, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh kali ini. Dengan begitu Seokjin juga akan melihatku sedikit - Irene

***

Hari ini, Irene sudah siap untuk mengikuti kelas Seokjin. Sudah beberapa hari ini ia begadang untuk belajar. Ia adalah siswa pertama yang datang. Tepat setelahnya Jennie datang ke kelas dan duduk di depan Irene.

Seiring berjalannya waktu, siswa lain juga ikut berdatangan. Hingga Seokjin memasuki kelas. Irene tersenyum saat materi yang dijelaskan oleh Seokjin sudah ia pelajari semalam.

Di akhir pelajaran Seokjin menatap siswa di depannya, "Siapa yang bisa menyimpulkan pembahasan kita hari ini?"

Dengan cepat Irene mengangkat tangannya sambil tersenyum lebar. Irene sudah merangkai beberapa kalimat yang akan ia katakan. Ia sangat yakin bahwa ia yang akan dipilih karena ia yang lebih dulu mengangkat tangan dibandingkan Jennie. Namun, senyumannya luntur saat Seokjin mengatakan nama orang lain.

"Jennie, Silahkan" ujar Seokjin

Irene menurunkan tangannya dan memasang raut kecewa. Jennie sudah berdiri dari duduknya. Sebelum berbicara, Jennie menatap remeh Irene. Irene hanya bisa menunduk saat ini. Ia menahan air matanya yang ingin keluar saat ini.

Setelah Jennie menyelesaikan perkataannya, Irene langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar mendahului semua siswa termasuk Seokjin. Ia sangat kecewa dengan sikap Seokjin hari ini. Dalam hatinya, ia merasa bahwa belajar memang bukan untuk dirinya.

Irene memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak di taman kampus. Ia berpikir, bagaimana caranya mengambil hati dosen itu. Di tengah pikirannya itu terlintas perlakuan Seokjin beberapa waktu yang lalu. Memikirkan itu Irene kehilangan semangatnya untuk mengejar Seokjin.

Lama disana, akhirnya Irene melangkah pulang. Ia memang hanya mempunyai satu kelas. Irene berhenti berjalan di depan tokoh softlens. Ia membaca spanduk iklan softlens itu. Ia menemukan tentang bagaimana wanita dengan kacamata bisa berubah menjadi primadona.

Irene tersenyum dan memutuskan untuk masuk ke dalam toko ini. Ia melihat berbagai jenis softlens disana. Namun, hanya satu yang cari, softlens untuk mata minusnya. Setelah mendaparkan apa yang ia inginkan akhirnya Irene melepas kacamatanya dan menggantinya dengan softlens.

Irene tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin. Memang gen dari orang tuanya adalah bibir unggul. Tak heran ia dikaruniai wajah secantik ini.

Tidak hanya membeli softlens, Irene juga membeli peralatan make up. Selama ini, ia hanya menggunakan pelembap di wajahnya. Dan juga, ia membeli beberapa gaun untuk dirinya. Hari ini, ia memutuskan akan mengubah semua tampilannya. Tidak ada lagi Irene si cupu, melainkan Irene yang cantik.

Tunggulah Seokjin, akan kupastikan kau terpesona denganku

Gomawo (BangtanVelvet Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang