❤Seulmin❤
.
.
.
Voment JuseyoPagi itu tampak seorang pria masih bergelut dengan selimutnya hingga suara alarm membangunkan Park Jimin dari tidur lelapnya. Perlahan ia membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya hingga akhirnya ia duduk di tepi kasur. Kemudian ia melakukan rutinitasnya setiap pagi yaitu bersiap-siap menuju kantor. Rambut yang ditata rapi ke sebelah kiri hingga menampakkan sebagian dahinya serta tubuh berbalut kemeja berwarna putih lengkap dengan dasi dan jas layaknya seorang CEO perusahaan.
Setelah siap Park Jimin keluar dari kamar menuju ke meja makan untuk sarapan. Di meja makan tampak sang ayah yang menunggu kehadirin Park Jimin. Jimin dengan muka datarnya kemudian duduk dan memulai sarapan bersama sang ayah.
Tuan Park menghentikan sarapannya, "Jimin kapan kau mencari menantu untuk appa?"
Mendengar perkataan ayahnya, Jimin tersedak. Raut wajahnya semakin dingin.
"Sudah berapa kali kubilang, aku tidak akan menikah appa"
"Apakah ini karena Eommamu?"tanya ayah Jimin.
Jimin tetap mempertahankan muka datarnya.
"Jimin appa tau kalau kau marah sama eommamu, tapi ingat janji mu sama Eommamu. Bukankah dulu kau berjanji akan mencari pendamping hidupmu dan membawanya ke eommamu".
"Itu dulu appa, tapi sekarang eomma sudah pergi. Dia tidak menyayangiku!" kata Jimin meninggikan suaranya
"Eomma sayang sama kau Jimin. Percaya sama appa" Tuan Park berujar lembut
"Kalau eomma memang sayang sama Jimin kenapa eomma pergi meninggalkan aku?" ucap Jimin dengan marah
"Jimin, eomma pergi bukan berarti dia sudah tidak menyayangimu" kata ayah Jimin meyakinkan Jimin.
Mendengar perkataan ayahnya, Jimin marah kemudian pergi meninggalkan ayahnya seorang diri. Ayah jimin hanya bisa besabar melihat perlakuan anaknya.
Jimin yang masih dalam keadaan marah menuju ke taman dekat rumahnya. Ia kehilangan mood untuk pergi ke kantor. Setibanya di taman, ia kemudian duduk di salah satu bangku taman dan mulai menenangkan pikirannya. Ia menatap setiap orang di taman tersebut hingga akhirnya ia melihat seorang gadis menangis di bawah pohon. Awalnya ia menghiraukan gadis tersebut tapi entah mengapa hatinya mengatakan untuk mendekati gadis tersebut.
Perlahan Jimin bangkit dari duduknya kemudian melangkah ke arah gadis tersebut. Saat ini Jimin sudah berada di depan gadis tersebut, ia kemudian menyodorkan sapu tangan dari sakunya dan memberikannya pada gadis itu. Gadis itu menyadari kehadiran Park Jimin, lalu mendongak ke atas dan melihat sapu tangan yang diberi oleh Park Jimin. Gadis itu kemudian mengambil sapu tangan tersebut dan menyeka air matanya
"Gomawoyo" kata gadis tersebut
Park jimin hanya diam dengan ekspresinya yang dingin sambil menatap gadis tersebut.
Setelah tenang gadis itu berdiri, "Oh iya perkenalkan namaku Kang Seulgi"
Park jimin terus berekspresi datar tanpa menghiraukan gadis tersebut.
"Sapu tangannya nanti kukembalikan setelah kucuci" kata Seulgi.
"Buat kau saja" kata Jimin dengan ekspresi datarnya.
Beberapa saat kemudian ponsel Jimin berdering, Jimin mengambil ponselnya dan menerima telfon dari sekretaris ayahnya. Tanpa pikir panjang Jimin kemudian lari meninggalkan Seulgi dan menuju ke rumah sakit. Seulgi hanya bia bertanya dalam hatinya ada apa dengan laki-laki itu. Setibanya di rumah sakit Jimin berlari menuju ke resepsionis.
"Di mana ruangan Park Seojoon?"
"Saat ini Tuan Park Seojoon masih berada di ruangan operasi" kata suster.
Jimin kemudian berlari menuju ruang operasi. Di depan ruang operasi ia melihat sekertaris ayahnya
"Apa yang terjadi dengan appa?" tanya Jimin
"Penyakit Tuan Park kambuh" kata Kim Bum.
Setelah 2 jam menunggu akhirnya dokter keluar
"Siapa keluarga Tuan Park?" tanya dokter
"Saya Anaknya" ucap Jimin
"Silakan bapak ke ruangan saya, ada yang ingin saya bicarakan dengan anda" kata dokter.
Jimin memgikuti langkah dokter iti ke ruangannya. Ia sangat khawatir dengan keadaan ayahnya. Ia tak ingin kejadian yang dulu terulang.
"Penyakit Tuan Park sudah semakin parah. Waktu hidupnya sudah tidak lama lagi" kata dokter
Jimin hanya terdiam mendengar perkataan dokter. Ia tak mampu berkata apapun. Ia marah karena ayahnya juga akan pergi meninggalkannya.
Jimin kemudian menuju ke kamar tempat ayahnya dirawat. Jimin hanya bisa bersedih melihat ayahnya yang terbaring lemah. Jimin mendekat ke kasur ayahnya dan duduk disampingnya. Ayah Jimin kemudian membuka matanya dan memegang tangan Jimin
"Jimin, uljima" lirih ayah Jimin
Jimin hanya semakin sedih mendengar perkataan ayahnya.
"Kau ingat kan pembicaraan kita pagi tadi?" tanya ayah Jimin.
"Ayah harap kamu mau mempertimbangkannya".
Kali ini Jimin tidak bisa menolak perkataan ayahnya.
"Baik ayah aku akan mencobanya" kata Jimin.
Beberapa saat kemudian maut menjemput ayah Jimin, Jimin hanya bisa menangis memeluk tubuh kaku ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomawo (BangtanVelvet Story)
FanfictionHanya sekumpulan fanfiction bangtanvelvet Bahasa kadang baku kadang tidak Vomentnya membantu proses penulisan loh❤❤