Sejak kejadian Irene membebaskan Seokjin, mereka berdua tak pernah berhubungan. Seokjin menghilang bagai ditelan bumi. Banyak gosip yang beredar kalau ia pindah negara, ada juga yang mengatakan Seokjin pindah kampus. Irene sendiri sudah muak mendengar cerita orang-orang.
Jauh di lubuk hati Irene ia juga merasa aneh dengan Seokjin yang menghilang tiba-tiba. Irene masih mencintai mantan pacarnya itu. Pernah Irene mencoba untuk menelfon Seokjin namun nomornya sudah tidak aktif.
Tak ada yang tahu apa yang dialami Seokjin sekarang. Semua gosip itu tak ada yang benar. Seokjin masih berada di korea dan ia masih terdaftar sebagai mahasiswa di kampusnya yang dulu.
12 September 2018
Di dalam kamar yang minim cahaya itu Seokjin membaringkan dirinya dibantu oleh kakaknya, Kim Taeyeon. Taeyeon menyalakan lampu tidur di samping kasur.
"Bukankah kau takut gelap?"
Seokjin tersenyum ,"Itu dulu noona, sekarang tidak lagi karena tidak lama lagi aku akan tinggal di dunia yang gelap"
Perkataan Seokjin menohok hati Taeyeon. "Jangan berkata seperti itu. Kau bisa melewati ini Seokjin-ah"
"Aku tak apa noona, aku sudah siap"
Taeyeon menahan agar air matanya tak keluar. Ia tak sanggup melihat adiknya menjadi putus asa seperti ini. Taeyeon menyuruh Seokjin menutup mata untuk tidur. Setelah Seokjin tertidur barulah Taeyeon mengeluarkan air matanya. Karena tak ingin membangunkan adiknya ia keluar dari kamar dan menangis di depan pintu.
***
13 September 2018
Irene terbangun tatkala mendengar bel apartemennya berbunyi. Dengan langkah malas Irene melangkahkan kakinya ke pintu. Irene membuka pintu dan seketika kesadarannya kembali. Ia mengenal orang di depannya ini. Dia adalah gadis yang bersama Seokjin.
Gadis itu tersenyum ramah ke arah Irene, "Boleh aku masuk?"
Irene mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam. Gadis itu duduk di sofa sedangkan Irene ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Selama Irene di kamar mandi, Gadis itu meliti setiap sudut apartemen Irene. Melihatnya, gadis itu tahu kalau Irene orang yang menyukai kebersihan. Namun bukan itu saja yang menarik perhatiannya. Matanya tertuju ke bingkai foto yang ada di atas meja dekat dapur. Ia dapat melihat foto Irene dan Seokjin di hari kelulusan SMA. Gadis itu tersenyum melihat ekspresi mereka berdua.
"Kalian saling mencintai" gumam gadis itu
Tak lama kemudian Irene duduk di sofa.
"Ada apa kau kemari?" tanya Irene dengan nada sedikit sinis
"Kau tahu siapa aku?"
"Kau adalah selingkuhan Seokjin. Tenang saja kau bisa mengambilnya sekarang karena hubungan kami sudah berakhir"
"Kau salah Irene. Perkenalkan namaku Kim Taeyeon. Aku kakak dari Kim Seokjin" kata Taeyeon menjulurkan tangannya namun tak digubris oleh Irene
"Mau apa kau kemari Taeyeon-ssi?"
"Kau tak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Seokjin?"
Irene sedikit terpengaruh namun itu tidak berlangsung lama, "Kami sudah berakhir Taeyeon-ssi dan aku tak mau tahu apa yang terjadi dengannya"
Taeyeon menghela nafas panjang, "Bagaimana kalau kukatakan waktu hidup Seokjin tidak lama lagi. Kau masih mau menolak?"
Kali ini Irene menatap Taeyeon tak percaya. Matanya menuntut penjelasan.
"Kau tahu? Seokjin terkena kanker otak sejak dia masih kelas 1 SMA. Sangat sulit baginya menjalani kehidupannya saat itu tapi tekadnya untuk sembuh meningkat sejak ia bertemu denganmu. Setiap hari sepulang sekolah dia hanya menceritakan tentang dirimu. Hingga ia sendiri lupa akan penyakitnya"
Tak terasa air mata Irene jatuh. Ia tak menyangka Seokjin menyimpan rahasia sebesar ini darinya.
Taeyeon malanjutkan perkataannya dengan air mata yang juga tertahan, "Semangatnya untuk sembuh menghilang setelah dokter mengatakan jangka hidupnya tinggal 2 minggu. Namun, kita tak tahu takdir kan?"
Irene hanya bisa menangis mendengar perkataan Taeyeon. Taeyeon kemudian menggenggam tangan Irene yang ikut bergetar, "Aku ingin kau ada di sisi Seokjin karena kau adalah salah satu penyemangat hidupnya."
***
13 September 2018
Seokjin masih berbaring di kasur, tubuhnya terasa sangat berat untuk digerakkan. Bahkan, untuk mengambil air saja ia kesusahan. Jarinya berusaha mengambil gelas di meja. Gelas itu semakin menjauh dan akhirnya terjatuh di lantai. Seokjin menarik kembali tangannya dan memejamkan matanya. Suara pintu yang dibuka tak membuat Seokjin membuka matanya.
"Noona, aku menjatuhkan gelas ke lantai. Aku haus noona, tolong ambilkan aku air"
Pintu kamar tertutup kembali dan Seokjin masih memejamkan matanya. Ia tahu Taeyeon sudah pergi mengambil air. Tak lama kemudian pintu kamar kembali terbuka dan Seokjin mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya.
"Ini air mu"
Seokjin membuka paksa matanya. Ia menoleh dan mendapati gadis lain berdiri di sampinnya bukan kakaknya melainkan Irene. Seokjin masih menatap heran Irene.
"Katanya kau haus. Ini minum" kata Irene menggoyangkan gelas di tangannya
Seokjin berusaha bangkit namun badannya masih terasa berat. Irene yang melihat itu meletakkan gelas di meja dan memeluk tubuh bagian atas Seokjin untuk membantunya berbaring. Seokjin balik memeluk leher Irene dan berusaha untuk bangun.
Setelah Seokjin bersandar di atas kasur. Irene menyodorkan gelas yang ia bawa. Seokjin mengambil gelas itu dan mulai meminum air. Irene memperhatiakam Seokjin. Tubuhnya tambah kurus, kulitnya semakin pucat dan sekarang ia menutup kepalanya menggunakan kupluk. Irene yakin rambut Seokjin sudah hilang.
Irene merasa bersalah. Selama ini ia menuntut banyak pada Seokjin tapi ia tak tahu Seokjin sangat menderita. Irene sudah berjanji pada Taeyeon agar ia tak menangis di depan Seokjin. Irene mati-matian menahan air matanya.
Seokjin meletakkan kembali gelas yang ia pakai di meja. Seokjin enggan menatap Irene. Entahlah ia tak bisa menatapnya.
"Kau sudah tahu?" tanya Seokjin lemah
"Aku tahu kau adalah pembohong"
Seokjin tersenyum miris, "Kau sudah membebaskanku Irene. Jadi hubungan kita sudah berakhir. Kau tak berhak berada disini"
"Tapi kau tak pernah menjawab jika kau ingin bebas"
"Benarkah?" Seokjin menjeda kalimatnya
"Aku ingin bebas darimu" lanjutnya
"Sudah terlambat, sekarang aku tak mau membebaskanmu"
"Aku yang akan membebaskanmu. Aku tak pernah mencintaimu"
"Aku tak ingin bebas. Aku ingin terus terkekang denganmu dan jangan berbohong mengatakan bahwa kau tak mencintaiku. Aku tahu kau sedang berbohong. Aku bisa merasakan kau mencintaiku. Kalau tidak kenapa kau mencium keningku waktu itu"
Seokjin menghela nafas pasrah. Semua yang dikatakan Irene benar.
Suara Seokjin parau, "Irene-ah"
Irene menggenggam tangan Seokjin, "Seokjin-ah, biarkan aku menemanimu bukan karena apa, karena aku mencintaimu Kim Seokjin"
Setetes air mata jatuh di pipi kanan Seokjin. Irene melihat itu. Rasanya ia juga ingin menangis jika tak mengingat janjinya dengan Taeyeon. Tangan Irene perlahan menghapus air mata kekasihnya itu. Seokjin memejamkan matanya, menikamati sentuhan Irene yang sudah lama tidak ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomawo (BangtanVelvet Story)
FanfictionHanya sekumpulan fanfiction bangtanvelvet Bahasa kadang baku kadang tidak Vomentnya membantu proses penulisan loh❤❤