BAB 6 PAK TITO

3.6K 182 2
                                    

Pasti banyak yang nanya..
Kenapa di post lagi.. Padahal sudah di hapus...
Simple aja...
Mau lihat.. Masih ada minat baca cerita gue...

👇👇👇

Sejak kejadian di Bali. Aku tinggal di mansion Bara dan dia menjagaku ketat dan tak membiarkan aku keluar dari rumah megahnya. Bara telah mengakui semuanya padaku. Selama ini, dia menyukaiku sejak pertemuan pertama di acara ulang tahun perusahaan. Dia terus memikirkanku, dia ingin lebih dekat denganku. Namun, sikapku yang menjauh darinya. Membuat dia penasaran dan mencari tahu tentangku. Bahkan, dia menyewa dedektif untuk mencari tahu alamat rumahku, kegiatanku dan semua orang yang dekat denganku.

Dia tidak suka aku akrab dengan pria lain. Tapi, dengan dia, aku menjauh. Sehingga, dia berpikir untuk memiliki aku selamanya. Dengan cara memperkosaku, malam itu. Setelah mendengar penjelasannya, aku makin membencinya. Meski, Bara terus mengatakan "Semua itu aku lakukan karna aku mencintaimu, Pita. Kau sangat berarti bagiku". Tapi, aku tidak percaya. Tidak ada cinta menghancurkan hidup seorang wanita. Dia hanya terobsesi denganku, atas sikapku yang menjauh darinya.

Karna aku menolak cintanya, dia mengurungku di mansionnya. Melarang aku keluar rumah dan boleh pergi keluar hanya bersamanya dia. Bahkan, dia tidak sungkan-sungkan untuk memperkosa aku kembali. Dia mengatakan, dia rindu tubuhku yang menjadi candu untuknya. Aku tidak bisa berbuat apa. Aku hanya bisa pasrah menerima ini semua.

Lalu sebuah nada dering ponselku menyadarkanku dari pikiranku. Aku mengambil ponselku yang terletak di kasur. Aku menatap kasur itu, mengingat Bara memperkosa aku saat tubuhku sedang lemas karna obat yang diberikan dokter.

Aku berjalan ke balkon, melihat id call. Nomor yang tidak aku kenal. Aku mengangkatnya. Ku dengar suara dari seberang. Suara yang ku kenal. Suara Tito. Aku tidak mau menghormati dia lagi. Setelah tahu, kebusukan dia padaku. Aku hendak mematikan telepon tapi dia memohon jangan mematikan sambungan telepon sebelum mendengar penjelasannya.

Aku diam tanpa berkata apapun. Kudengar dia mulai cerita. Sebenarnya, dia terpaksa melakukan ini karna dia diancam oleh Bara. Sejak dia menemukan, pisau di dapurku. Memang betul itu adalah sidik jari Bara. Waktu itu, saat dirinya dan bersama rekan datang ke kantor adalah untuk menangkap Bara. Tapi, dia tidak bisa bertindak lebih. Karna Bara memegang kartu AS miliknya. Mau tak mau dia menurut. Jika tidak, dia akan di pecat dan masuk penjara. Dia tidak bercerita, rahasia apa yang diketahui Bara. Yang jelas, dia terpaksa memalsukan data dan menyuruh seseorang yang mengantikan posisi Bara yaitu Santoso. Anak buah Bara. Ternyata, dugaanku benar.

Lalu dia bercerita kepadaku. Kenapa dia membiarkan diriku dibawa oleh Bara. Karna dia percaya, Bara mencintaiku dan yakin menjagaku dengan baik. Dia berkata seperti itu karna dia melihat betapa besar cinta Bara kepadaku. Meski, cara dia mendapatkan aku salah.

Aku diam dan tidak menyahut sama sekali. Rasa kepercayaanku sudah hilang. Aku tidak bisa mempercayai dia lagi. Aku hanya percaya pada diriku sendiri.

Kudengar, dia memohon dan meminta maaf padaku. Memintaku jangan membencinya dan masih menganggap dia sebagai kakak. Mendengar itu, hatiku sakit dan terluka.

"Jika kau menganggap aku adalah adikmu. Kau seharusnya memasukkan dia dalam penjara. Tidak peduli rahasia apa yang dia pegang tentangmu. Aku tidak menganggapmu kakakku. Kau adalah sosok penipu bagiku. Sampai kapan pun, aku tidak akan percaya padamu. Aku membencimu seumur hidupku. Makasih membuat hidupku menderita" ucapku memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Tanpa mendengar penjelasannya kembali. Ku biarkan ponselku terus berbunyi. Tak ada gunanya, aku mendengar Tito.

Semuanya sudah jelas. Mereka menjebakku, tidak ada yang benar-benar sayang padaku. Aku berjalan ke balkon kamarku yang terletak lantai 3. Ku lihat kebawah. Ada kolam renang tepat dibawah kamarku. Aku berdiri di atas balkon. Merentangkan tanganku untuk siap melompat ke bawah. Ku dengar para penjaga berteriak memintaku jangan melompat. Aku tidak memperdulikan itu. Aku ingin segera mengakhirinya.

Terdengar suara pintu kamar terbuka. Kulihat Bara dengan raut wajah takutnya melihat aku. Memintaku jangan melompat. Aku tersenyum melihat wajahnya. Wajah takut dan memohon padaku. Tapi, itu tidak mengurungkan niatku untuk mengakhiri hidupku. Sebelum meloncat, aku berpesan "Kau tidak akan pernah memiliki aku selama-lamanya" ucapku dan terjun ke bawah. Namun, aku merasakan ada tangan menarikku. Bara berhasil menangkapku dan menarikku ke atas. Lantas memelukku erat. Memintaku untuk tidak meninggalkan dia. Aku hanya diam dan tidak berontak sama sekali. Aku menangis meratapi diriku. Kenapa takdir tidak ingin aku mati. Kenapa aku harus selamat untuk ketiga kalinya. Apa aku memang harus bersama Bara. Menerimanya dalam hidupku dan menjalani hidupku seperti biasa.

"Aku Mencintaimu" ucap Bara tulus ku lihat dari sorot matanya yang lembut dan menangis melihat diriku. Melihat wajahnya sedihnya, aku merasa bersalah padanya. Kenapa aku tidak memaafkan dirinya dan mencoba hidup baru bersama Bara.

Follow my ig @lolasaffronsilaban
Follow my twitter @lolasilaban2






#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang