Apa Bara pernah memikirkan Berlian berada di posisiku waktu itu. Waktu dia memperkosaku. Sehingga dia, mampu melakukan itu kepadaku.
"Pita, kamu baik-baik saja." Aku menoleh ke arah Berlian.
"Aku baik-baik saja, Berlian."
"Benar Pita. Tadi, wajah kamu berubah saat aku bercerita."
Aku diam menoleh ke arah lain. Apa yang harus aku katakan pada Berlian. Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya. Tapi, itu tidak mungkin. Mau di taruh ke mana mukaku.
Kenapa juga, Berlian memperhatikan aku di saat dia asyik bercerita.
"Aku memikirkan Bara." Jawabku sedikit jujur.
"Kamu pasti merindukannya....." ucapnya senang. Hatiku damai melihat wajah ceria Berlian. Walau sebenarnya aku tidak merindukan Bara saat ini.
"Bisa di bilang begitu." Jawabku seadanya.
"Aku senang mendengarnya." Berlian kelihatan lucu saat mengatakan itu. Dia seperti anak kecil yang mendapat permen karet.
"Kenapa?"
"Karna kamu adalah wanita spesial Bara. Wanita yang dia cintai." Aku diam terkejut mendengarnya. Apa Berlian sedang menggodaku saat ini.
"Kamu terlalu berlebihan memujiku, Pita.'
"Tidak. Aku berkata jujur. Kamu adalah wanita spesial Bara. Apa kamu tidak menyadari itu, dari sikap Bara kepadamu. Overprotektif, cemburuan dan posesif." Aku mendengus kesal mendengar itu semua. Berlian, itu tidak dapat dikatakan salah satu ciri-ciri wanita spesial Bara. Itu lebih cocok sebagai salah satu ciri-ciri Bara obsesi kepadaku.
Menurutku, wanita spesial bagi seorang pria adalah mempercayai pasangannya. Bukan, tidak mempercayai pasangannya. Sehingga tidak akan ada namanya, overprotektif, cemburuan dan posesif.
"Terima kasih atas penjelasannya." Jawabku menutup pembicaraan yang tidak penting ini. Aku pun memejamkan mataku, menikmati sentuhan jemari di punggungku. Ku lihat sekilas, Berlian tidak sakit hati dengan sikapku barusan.
***
Sepulang dari salon. Kami tidak langsung pulang. Kami harus pergi ke satu tempat lain, yaitu ke mall. Kata Maria ada beberapa barang yang ingin dia beli. Mau tak mau, aku mengikuti keinginannya. Padahal, aku ingin sekali cepat pulang ke mansion. Spa di salon membuat aku mengantuk.
Selain itu, aku juga capek. Mengikuti Maria dan Berlian yang tidak punya lelah sama sekali, keliling mall. Mencari barang yang mereka sukai. Padahal, di tangan Christian sudah penuh dengan barang belanjaan mereka.
Kalo aku jangan harap. Aku tidak ada niat belanja. Walau dalam hati kecilku berkata, iya. Jika seandainya, Bara tidak memegang kendali semua akses keuanganku. Mungkin, hari ini, detik ini, tanganku penuh dengan kantong belanjaan. Tapi, nyatanya itu tidak terjadi. Tanganku kosong sama sekali. Sungguh malang nasibku.
"Pita, kamu baik-baik saja." Aku mendongak menatap ke arah Maria yang menghentikan aksi dirinya memilih tas.
"Aku baik-baik saja, tante." Jawabku tersenyum.
"Benar.. wajahmu kelihatan sedih. Ada masalah Pita." tanyanya tidak percaya.
Ada, tante. Aku ingin belanja. Aku ingin bebas seperti kalian berdua.
"Aku baik-baik saja, tante. Aku hanya kelelahan dari tadi ikuti tante dan Berlian yang belum berhenti belanja." Jawabku berkata jujur semoga Maria mengerti dan segera pulang. Semoga saja, dia mengabaikan raut wajahku sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 PITA
RomantiekAku membuka mataku. Menatap sekelilingku. Aku berada di dalam kamarku sendiri. Kamar rapi seperti biasa. Kuraba diriku, pakaianku masih sama dan utuh. Saat aku ingin bangkit berdiri. Aku merasakan sakit di selangkangan. Ku berlari ke kaca dan ku lih...