Aku mendengar suara pintu terbuka. Sial!!! Aku lupa. Bara memiliki kunci cadangan. Pantas bisa masuk ke kamarku. Ku dengar langkah kakinya semakin mendekat ke arahku. Aku pura-pura tidak mendengar dan memejamkan mataku. Dapat aku rasakan, Bara duduk di sisiku. Saat ini, posisiku membelakangi Bara. Dia mengelus rambutku. Dia pikir aku sudah tidur. Oh Tuhan. Kapan penderitaanku berakhir. Aku ingin dia segera pergi dari kamar ini. Sungguh, aku tidak nyaman bersama Bara. Doaku terkabul. Kurasakan ada pergerakkan. Di mana Bara beranjak dari posisi duduknya dan melangkah pergi.
Aku bergegas bangkit memastikan Bara benar-benar pergi. Aku mematung melihat sosok yang ku benci masih berada dalam kamarku. Menatapku tersenyum, melihat ekspresi wajahku yang terkejut melihat dirinya yang bersandar di pintu kamar.
"Kamu pikir aku sudah pergi?" tanyanya seraya mendekat ke arahku. Aku menatap dia marah. Tapi, Bara tidak memperdulikan itu. Dia terus berjalan ke arahku. Langkahnya semakin mendekat. Bodohnya, aku tidak kembali tidur. Malah diam dan memperhatikan Bara. Entah kenapa, hatiku deg-degan melihat Bara semakin mendekat. Rasa gelisah yang berbeda dari sebelumnya. Rasa gelisah itu tidak seperti ketakutan melihat Bara yang akan memperkosa aku kembali. Rasa gelisah itu muncul melihat senyum Bara yang membuat darahku berdesis. Oh, tidak. Aku tidak mungkin terpesona dengan Bara, saat ini. Aku akui, Bara itu tampan. Tinggi, memiliki tubuh yang atletis, rahang yang kokoh, hidung yang mancung, mata yang tajam seperti elang, alisnya yang tebal dan bibir yang seksi ketika tersenyum. Aku sudah gila, aku baru saja memuji Bara. Tidak, tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh jatuh dalam pesona Bara. Dia itu jahat, Pita. Jahat, dia pemerkosamu, Pita. Tekanku dalam diriku sendiri. Ya, aku tidak boleh goyah.
Kini, Bara duduk di hadapanku. Dia menatapku teduh. Sorot tatapan matanya menunjukkan dia juga merasakan hatinya sakit. Seolah, mengatakan dirinya sakit karna melihat aku seperti ini. Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh wajahku. Segera kutepis sebelum dia benar-benar menyentuhku. Aku melihatnya tersenyum tipis setelah aku tepis tangannya. Bara menatap tangannya lalu menoleh kepadaku.
"Sampai kapan kamu seperti ini kepadaku, Pita!" ucapnya putus asa.
Apa aku tidak salah dengar. Bara berkata seperti itu kepadaku. Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku tetap diam menatap dia dengan tatapan agar dia mengerti untuk segera pergi dari kamar ini.
Sampai kau menghilang dari hidupku, jawabku dalam hatiku.
Aku melihat Bara tertawa. Kenapa dia? Apa dia sudah gila. Lantas dia kembali menatapku.
"Aku lupa! Bahwa kamu tidak akan pernah mau menjawabku. Tapi, ketahuilah Pita. Aku tidak akan pernah pergi dari hidupmu. Kamu adalah milikku sampai kapanpun. Aku hanya butuh waktu menunggumu agar kamu mengerti, apa yang aku lakukan ini adalah yang terbaik untukmu" ucapnya mengecup keningku dan keluar dari kamarku.
Aku terdiam. Mencoba mencerna perkataannya barusan. Dia tidak akan pernah melepaskan aku. Dia mengklaim aku adalah miliknya. Semua yang dia lakukan adalah yang terbaik untukku. Apa dia sudah gila? Terbaik apanya. Mengurung aku di mansionnya. Menganggap aku miliknya. Jelas-jelas aku bukan milik siapa-siapa. Aku adalah milik diriku sendiri.
Bara, semakin kau bertindak sepenuhnya atas diriku. Semakin aku membencimu. Aku tidak akan pernah menjadi milikmu, Bara. Sampai kapan pun. Aku akan tetap membencimu selamanya. Selamanya. Saat ini, itu yang dapat aku lakukan. Berontak dalam hatiku. Aku belum punya rencana ke depannya. Sampai kapan aku berada didekat Bara dan terkurung dalam mansion neraka ini.
***
Esok paginya, aku bangun cepat pukul 05.00 pagi. Sebenarnya, aku tidak bisa tidur. Aku terus kepikiran dengan perkataan Bara semalaman. Membuat aku sulit untuk tidur. Aku dapat menghitung berapa jam aku tertidur. Hanya dua jam. Selebihnya aku terus terbangun. Mencoba melakukan beberapa gerakkan yang dapat membuat aku mengantuk. Namun, semua gerakkan yang aku lakukan sia-sia. Aku tetap tidak bisa tidur. Aku melirik jam dinding kamarku. Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. Ya, ampun. Aku telah mengidap insomnia. Kuputuskan untuk bangkit dari kasur. Lalu keluar dari kamar. Ku lirik belum ada pelayan yang bertugas dalam membersihkan mansion. Jadi, aku putuskan untuk menuju ke dapur. Aku lapar. Semalam aku tidak makan karna aku malas bertemu dengan Bara di meja makan. Sialnya lagi, karna aku diam membisu kepada semua orang. Aku tidak bisa meminta tolong pada pelayan untuk mengantar makan malam ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 PITA
Lãng mạnAku membuka mataku. Menatap sekelilingku. Aku berada di dalam kamarku sendiri. Kamar rapi seperti biasa. Kuraba diriku, pakaianku masih sama dan utuh. Saat aku ingin bangkit berdiri. Aku merasakan sakit di selangkangan. Ku berlari ke kaca dan ku lih...