BAB 19AKU GAK GILA

1.5K 64 2
                                    

Bara, meninggalkan aku sendirian di ruang tamu. Setelah mendapatkan bunga mawar yang tak sengaja aku berikan saat meminta maaf padanya. Bara kelihatan bahagia sekali. Bara berkali kali mencium setangkai bunga mawar pemberianku dan tersenyum senang. Raut wajahnya begitu cerah. Secerah mentari pagi, katakan aku lebay. Tapi, itulah yang aku lihat.

Ini pertama kali, aku melihat senyum bahagianya. Hanya sebatas bunga mawar pemberianku. Mampu mengukir senyum indah di wajah tampan Bara. Senyum indah Bara semakin menambah ketampannya. Aku baru menyadari itu. Bara, ternyata memiliki lesung pipi. Betapa lucunya, seorang pria seperti Bara memiliki lesung pipi yang mampu membuat wanita mana pun klepek-klepek, termasuk aku. Aku baru menyadarinya. Aku pun yakin. Bara memang sangat tampan saat tersenyum.

Pantas saja, para wanita di kantor tempat aku bekerja dulu, begitu terlena pada Bara saat tersenyum kepada mereka. Tak henti-hentinya, memuji ketampanan yang tiada duanya. Rela melakukan apapun asal dapat bertemu dengan Bara dan melihat senyum mautnya itu.

Tapi, aku. Seorang wanita yang berbeda dari lainnya. Malah menjauh dari sosok Bara yang di idolakan setiap wanita. Hanya karna senyum mautnya yang memiliki sisi aneh dan aku dapat melihat keanehan tersebut.

Jika seandainya, waktu dapat di putar kembali. Aku tidak akan pernah lari. Jika saat itu, Bara datang kepadaku. Tersenyum dan menyapaku. Mungkin, aku tidak akan terkurung dalam mansion megah ini. Dan hal buruk tidak akan pernah terjadi dalam hidupku.

Tapi, sayangnya. Waktu itu, tidak dapat di putar kembali. Waktu itu terus berjalan. Aku hanya bisa mengikuti alur waktu. Dimana, aku tidak tahu. Sampai kapan aku akan seperti ini.

Aku menghembus nafas panjang. Menatap punggung Bara yang semakin menghilang dari hadapanku. Anehnya, kepergian Bara dari hadapanku. Membuat aku takut. Takut, kehilangannya. Dan itu membuat hatiku resah.

"Ahhhh. Sadarkan dirimu, Pita. Jangan berpikir yang macem-macem tentang, Bara." Ucapku pada diriku sendiri, sambil memegang kepalaku yang semakin pusing. Dan rupanya, ada seseorang melihat aku, saat ini. Melihatku dengan tingkah konyol, yaitu Mia. Aku tebak. Mia pasti menganggap aku sedang kumat dan kembali kesurupan.

Lihat saja, reaksinya saat ini. Mia langsung memegang kalung salibnya dan mengarahkan kepadaku. Mengucapkan doa Bapa Kami dengan lantang ke arahku. Aku memutar bola mataku. Segitu kah..? Pemikiran Mia kepadaku.

Aku berjalan mendekat ke arahnya. Mia melangkah mundur. Tangannya di arahkan kepadaku dan berkata.

"Dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, pergilah dari tubuh nona, Pita. Enyalah, kau iblis...!!!"

Sialan... aku tidak kesurupan. Mia sadarlah. Jangan melakukan hal konyol.

"Aku-"

Ucapku terputus, Mia menyiram, aku dengan sebotol air yang entah dari mana, Mia mendapatkannya.

Tubuhku, basah kuyup. Aku memejamkan mataku. Menetralkan emosi sebelum bertambah meluap dengan sikap Mia kepadaku. Sungguh, ini semakin membuat aku stress.

"Saya yakin setan iblis dalam tubuh nona Pita sudah pergi. Saya sudah membersihkan tubuh nona Pita dengan air suci yang diberikan pendeta kepadaku saat pergi ke gereja tadi."

Jelasnya, membuat aku tak dapat mengontrol emosiku. Aku menarik nafas panjang, sebelum marah kepada Mia.

"Aku tidak kesurupan, Mia. Aku hanya stress. Jadi, berhenti bersikap konyol seperti ini kepadaku." Bentakku dan melangkah pergi meninggalkan Mia dengan raut wajah terkejutnya.

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang