Bab 1 Kantor Polisi

83.2K 1.9K 44
                                    

Aku menatap gedung yang ada di depan mataku. Apa tujuanku sudah benar? Berdiri disini. Melihat mereka lalu lalang lewat dihadapanku. Membawa orang dengan tangannya diborgol. Aku dapat mendengar suara berontak mereka.

"Aku tidak bersalah," teriak salah satu orang dengan kaki terluka. Aku menduga dia ditembak karna berusaha kabur. Ada juga diam dan pasrah dibawa masuk ke dalam. Ada juga seorang ibu menampar dengan keras wajah pemuda yang dikawal oleh beberapa penjaga berseragam polisi. Masih dapat kudengar suara marah ibu itu dan aku tahu kenapa dia menampar pemuda itu. Pemuda yang dikawal polisi telah membunuh anaknya. Ibu itu menangis histeris dan air mataku jatuh begitu saja. Bukan karna ibu itu, melainkan aku menangis karna aku mengalami nasib sama dengan ibu itu. Menderita, hancur, dan kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini. Bedanya, aku belum menikah dan punya anak.

Kuyakinkan lagi diriku untuk melangkah masuk ke dalam kantor polisi. Aku masuk ke dalam ruangan. Mataku menatap sekeliling. Melihat petugas polisi sibuk menginterogasi para pelaku. Melihat cara mereka, aku ragu. Dapatkah mereka membantuku? Aku tetap diam di tempatku. Berdiri dan terus melihat mereka satu per satu. Anehnya, mereka tidak merasa aneh melihat diriku berdiri dalam ruangan ini. Aku berpikir, mereka tidak dapat membantuku. Mereka sibuk. Bahkan, tidak menyadari diriku hadir di antara mereka. Kuputuskan untuk pulang. Akan tetapi, langkahku terhenti saat seorang petugas polisi bertubuh tegap menghampiriku. Lebih tepatnya menghalangi jalanku. Dia menatapku dengan sorotan mata penuh bertanya. Kenapa aku di sini dan hanya diam berdiri melihat mereka bekerja, tebakku.

Aku menunduk kepadanya dan berjalan dari arah sampingnya. Saat itu, saat langkahku hampir sampai ke pintu, dia bertanya "Ada yang bisa saya bantu?" Lantas, aku menghentikan langkahku dan berbalik menatap ke arah dia. Menatapnya, benarkah dia mau membantuku.

"Aku-" aku berhenti berkata ketika salah satu petugas datang menghampiri dia. Memberi hormat dan sebuah map berisi laporan kasus pembunuhan yang harus dia tangani. Kulirik penampilannya, kuperhatikan dia tidak memakai seragam dan kenapa aku bisa menebak dia seorang polisi. Kulihat dari logo polisi yang bertengger diikat pinggangnya. Dia memiliki jabatan tinggi setelah aku dengar namanya disebut Tito Gunawan dengan jabatan Ajun Inspektur Polisi Satu. Setelah membaca laporan tersebut, dia menyuruh bawahannya pergi dengan melambaikan tangannya tanpa menoleh sedikit pun. Kulihat dia amat fokus membaca laporan tersebut. Jadi, aku berpikir dia tidak mungkin mengingat aku. Kuputuskan untuk balik, tapi aku mendengar dia memanggilku.

"Hei, nona. Kenapa kau ingin pergi?" aku hanya menatapnya diam. "Aku belum mendengar penjelasanmu," dia melirik laporan yang ada ditangannya. "Mungkin gara-gara ini, saya teralihkan!" dia tersenyum dan membawaku ke ruangannya. Aku mengangguk dan mengikutinya. Ruangannya bagus dan rapi. Tidak jauh dari tempatku bertemu dengan dia tadi. Di sini aku dapat melihat semua bawahannya bekerja. Dia mempersilahkan aku duduk. Begitu juga dia, duduk di depanku. Meja kerjanya sebagai penghalang kami berdua. Dia bersandar sembari memainkan tangannya dan menatap aku kembali. Kini tatapan matanya tidak tajam seperti tadi. Rasa ragu dan takutku tiba-tiba hilang dan aku tidak tahu kenapa? Entah, kenapa aku bisa yakin? Apa karna aku tidak sengaja mendengar beberapa kasus yang dapat dia pecahkan dan kebetulan juga aku menonton dan membaca berita yang dia tangani?

"Jadi, apa yang membuatmu datang ke sini?" tanyanya lembut.

"Aku-" aku sedikit ragu untuk mengatakannya. Apa dia akan percaya kepadaku? Kutatap wajahnya, dia masih sabar menunggu aku bicara. Aku menunduk, meremas ujung bajuku. Apakah aku sanggup menceritakan semuanya padanya dan percaya kepadanya?

"Ceritalah! Saya mungkin bisa membantu!" ucapnya seolah dia dapat membaca pikirannku. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. "Aku telah diperkosa." Akhirnya kalimat itu keluar. Kulihat sekilas ada raut wajah terkejut pada dirinya dan dengan cepat dia menetralkan dirinya.

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang