BAB 7 BUNGA MAWAR

3.5K 131 0
                                    

Halo.. Semuanya..

Author kembali untuk nepatin janji. Buat post ulang..
Semoga kalian suka. Tapi, post ulang nya gak bisa secepat yang kalian kira. Bab baru akan muncul jika setiap yang di post sudah 1 K...
Jadi share ke teman-teman mu ya... Baca cerita author..

😀😀😀😀😀😀

***




Saat ini, aku duduk di taman mansion Bara yang luas. Aku duduk di sebuah ayuan sambil memandang tanaman bunga mawar merah. Di taman, aku tidak sendiri. Ada beberapa penjaga yang ditugaskan Bara untuk mengawasiku dan menjagaku. Jaga-jaga, agar aku tidak melakukan percobaan bunuh diri. Sejak percobaan bunuh diriku, di depan mata Bara dan semua penghuni mansion. Aku diawasi dalam 24 jam.

Segala kegiatanku, semuanya diatur oleh Bara. Bahkan, semua benda tajam yang dapat aku jadikan alat untuk bunuh diri di singkirkan Bara. Bara akan marah besar kepada siapapun, jika dirinya melihat benda yang dapat membuat aku melakukan hal nekad. Seperti tadi pagi, salah satu pelayan tidak sengaja memberikan  garpu kepadaku saat sarapan. Dimana sejak percobaan bunuh diri, aku hanya boleh makan menggunakan sendok makan. Sungguh miris hidupku. Melihat kelalaian pelayannya, Bara langsung mengambil garpu dari meja makanku, sebelum aku menyentuh garpu tersebut. Setelah itu, Bara menatap tajam pelayan yang sudah ketakutan melihat amarah besar Bara. Bahkan, pelayan tersebut tidak berani menatap Bara. Pelayan menundukkan kepala dan tubuhnya bergetar ketakutan. Diri hanya bisa diam dan menangis mendengar perkataan amarah Bara. Bahkan, Bara tak segan-segan memecat pelayan tersebut.

Bukan hanya itu saja,  rasa takut Bara yang besar kehilangan diriku. Membuat dirinya, memerintahkan semua pengawai memasang cctv di seluruh mansion. Menggunci semua kamar yang ada di lantai dua dan tiga. Aku juga di larang keras untuk naik ke lantai dua dan tiga. Itu semua dia lakukan semata-mata takut kehilangan diriku yang amat berarti bagi hidup Bara.

Benarkah? Aku berarti dalam hidupnya. Aku tidak percaya. Semua itu, omong kosong untukku. Aku tidak percaya Bara. Aku membencinya. Itulah yang selalu aku tanam dalam benakku. Membenci Bara selamanya.. Dia tidak mencintaiku. Bara hanya ingin tubuhku.

Saat ini, aku duduk diam memandang bunga mawar. Aku merasakan ada seseorang duduk di sampingku. Aku menoleh melihat Bara tersenyum kepadaku dan mengecup keningku. Setelah itu, Bara mengelus rambutku dan bertanya “Bagaimana keadaanmu?” aku tidak menjawabnya. Aku diam membisu. Aku lupa mengatakan, sejak Bara berhasil menyelamatkan hidupku, memelukku erat seperti tidak mau melepaskan diriku dan menyatakan perasaannya padaku waktu itu. Aku berubah, aku lebih banyak diam dan tidak mau bicara dengan siapapun. Aku tidak lagi memiliki semangat hidup. Yang aku lakukan hanya diam mendengar tanpa merespon mereka yang ingin berinteraksi denganku.

Dapat kudengar, Bara menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Bara mencoba bersabar menghadapi sikap diamku. Dia tidak pernah memaksaku untuk bicara. Dia mengerti maksud diamku, katanya. Tapi, aku tidak percaya. Aku berpikir ini adalah taktik dia, agar aku luluh padanya. Jangan harap.

“Kamu suka bunga mawar” tanyanya lembut padaku. Lalu dia bangkit dari sisiku. Berjalan menuju tanaman bunga mawar tersebut yang sejak tadi objek penglihatanku. Bara mencoba memetiknya. Namun, jarinya terluka menyentuh tangkai bunga mawar. Mengeluarkan darah segar. Segera Bara menghisap jarinya. Lalu menoleh ke arahku. Dia tersenyum, melambaikan tangan kepadaku. Mengatakan jarinya baik-baik saja. Lalu kembali memetik bunga mawar dengan hati-hati. Bara berteriak senang di hadapan kami semua (aku dan para pengawal) dengan tingkah konyolnya. Setelah berhasil memetik bunga mawar tersebut.

Dalam waktu cepat dapat aku lihat perubahan sikap Bara yang tadi konyol kembali menjadi Bara yang aku benci, angkuh dan sorot mata yang tajam di hadapan kami semua. Bara berdiri dihadapanku saat ini, memberikan setangkai bunga mawar yang berhasil dia petik. Bara menyatakan kembali perasaannya. Mengatakan bahwa dia amat mencintaiku, aku adalah belahan jiwanya. Melihat aku menderita sama memberikan luka pada hatinya. Hatinya sakit melihat aku selalu menangis dan membenci dirinya.

Bara memintaku untuk dapat menerima dirinya dalam hidupku. Memaafkan dirinya atas semua kesalahannya terhadapku. Bara sujud memohon padaku sambil memegang setangkai bunga mawar. Menatapku penuh harap dan menerima bunga mawar tersebut.

Aku mengambil bunga mawar itu dari tangan Bara. Bara tersenyum senang saat aku menerima bunga mawar itu. Bara hendak ingin berdiri. Namun, tidak jadi. Karna aku segera mencampakkan bunga mawar itu, lalu menginjak bunga mawar itu sampai rusak. Bara menatapku tidak percaya. Aku melakukan itu dihadapan para pengawal. Mempermalukan dirinya.

Lantas aku menatap Bara lama, melihat reaksinya padaku. Apa dia akan tetap sabar terhadapku atau tidak? Aku memperhatikan raut wajahnya, Bara menangis. Tidak mungkin. Bagaimana bisa dia menangis karna bunga itu. Bahkan, pandangan Bara tidak lepas pada bunga mawar yang telah aku rusak. Apa Bara benar-benar mencintaiku. Perasaannya tulus padaku. Dirinya juga menderita melihat aku seperti ini. Tidak.. aku tidak boleh tertipu. Bara seorang pembohong. Dia jahat. Aku tidak boleh terlena dengan raut wajah sedihnya yang penuh dengan dusta.

Aku melangkah kakiku pergi dari tempat itu. Aku ingin menjauh darinya. Namun, langkahku terhenti. Aku mendengar suara Bara.

“Kamu tahu, Pita. Kamu itu, ibarat bunga mawar. Indah dan harum. Tapi, harus hati-hati karna ada duri yang siap memberi luka. Seperti jariku, terluka untuk memetik setangkai bunga mawar untukmu. Untuk memilikimu maka aku juga harus terluka dulu untuk mendapatkanmu. Seperti yang kamu lakukan barusan. Menolak aku dan menghancurkan bunga mawar pemberianku. Hatiku sakit sampai aku meneteskan air mata. Ku mohon maafkan aku, Pita”

Aku berlari kencang menuju kamarku. Aku tidak tahan mendengar itu semua. Itu tidak benar. Bara pasti berbohong mengatakan itu semua. Itu adalah taktik dia untuk membuat aku luluh. Jangan harap aku percaya. Aku tidak akan percaya. Aku akan tetap membencinya, selamanya. Aku tahu dia seperti apa. Bara itu iblis. Bara hanya memikirkan dirinya. Bara tidak memikirkan hidupku yang terluka karna dia. Jika dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini juga. Dia seharusnya, melepaskan aku. Membiarkan aku bebas dan menyerahkan dirinya ke penjara. Mengakui semua perbuatannya terhadapku pada pihak polisi. Itu jauh lebih baik daripada aku harus memaafkan Bara dan menerima dirinya dalam hidupku.

***

Semoga kalian suka lagi sama cerita ini...

Kalau kalian gak sabar nunggu bab berikutnya...
Kalian bisa baca versi lengkap nya di ebook. Tinggal klik judul Pita atau nama author.

Atau kalian pengen punya koleksi novel author. Silahkan kalian pesan PO ke

 Silahkan kalian pesan PO ke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat memesan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat memesan ya....

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang