BAB 26MASIH KECEWA

1K 51 0
                                    

Aku segera melewati mereka tanpa memperdulikan Maria yang memanggilku. Saat ini, aku ingin sendiri. Menumpahkan isi hatiku. Aku ingin menangis. Tanpa ada yang mengangguku.

***

Satu-satunya, tempat yang dapat aku jadikan untuk menyendiri adalah kamarku sendiri. Sebenarnya, aku ingin menangis di taman. Tapi, aku urungkan karna Adam memperkerjakan pelayan dua kali lipat dari sebelumnya. Untuk menghias taman mansion sebagai tempat acara ulang tahun pernikahannya, yang diadakan besok siang.

Di dalam kamar, aku langsung menangis. Menumpahkan isi hatiku. Aku kecewa dengan Bara. Sampai kapan Bara tidak akan pernah percaya dengan diriku. Sampai kapan aku di kekang, di kurung dan tidak bebas menjalani hidupku.

Untuk apa kata cinta keluar dari mulut Bara. Jika cintanya tidak bisa membuat Bara percaya kepadaku. Jika cintanya tidak bisa membuat aku bahagia.

Aku menjadi ragu....

Ragu, apa Bara benar mencintaiku?

Bahkan....

Rasa yang telah muncul di hatiku membuat aku ragu. Benarkah, aku menginginkan Bara? Benarkah, aku merindukan Bara? Benarkah, aku ingin bersama Bara? Benarkah, aku mencintai Bara?

Aku berjalan menuju jendela kamarku. Memandang rumput hijau yang tumbuh subur. Bunga-bunga yang bermekaran. Tapi, aku tidak tahu. Apa nama bunga-bunga itu. Yang aku tahu, bunga-bunga itu tampak indah untuk dipandang. Dengan perasaan sedih seperti aku saat ini.

Mataku, juga tak sengaja melihat para pelayan yang sibuk bekerja. Mengubah taman mansion menjadi tempat acara ulang tahun pernikahan Adam dan Maria. Adam dan Maria, bisa saja menyewa gedung atau mengunakan aula mansion menjadi tempat acara ulang tahun pernikahan mereka. Tapi, mereka tidak ingin. Sebab, mereka ingin merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan konsep yang sederhana. Konsep sederhana versi orang kaya.

Kenapa aku mengatakan itu? Karna bagiku tidak ada kata sederhana dalam kamus orang kaya. Apalagi orang kaya seperti Adam yang merupakan seorang trillionaire. Hanya tempatnya saja yang berbeda. Namun, konsepnya sama saja, mewah.

Sejenaknya, rasa sedihku teralihkan karna konsep acara ulang tahun pernikahan Adam dan Maria yang ke- 27.

Krekk.

Suara pintu kamarku terbuka, aku langsung menoleh. Melihat siapa yang masuk ke kamarku. Tanpa mengetuk pintu. Aku lupa menguncinya saat masuk ke kamar.

Berlian..

Aku bernafas lega. Melihat siapa yang masuk ke kamarku. Berlian bukan Bara. Jujur jika seandainya, yang berdiri di dekat pintu kamarku adalah Bara. Aku belum siap untuk bertemu dengan dirinya dan mendengar penjelasannya.

Aku masih di berada di posisiku, berdiri di dekat jendela. Sementara, Berlian masih berdiri di ambang pintu, menatapku dengan tatapan bersalah.

Aku menoleh ke samping. Aku tak sanggup ditatap seperti itu. Berlian merasa bersalah kepadaku. Aku kembali mengingat kejadian tadi. Amarah Bara, ketakutan Berlian, tatapan Adam, Maria, Brayen dan Christian kepadaku. Semua itu terasa sakit bagiku.

"Aku ingin sendiri.."

Ucapku, semoga Berlian mengerti dan pergi meninggalkan aku sendiri, di kamar ini.

Aku membalikkan tubuhku, kembali menatap ke arah jendela. Lalu, aku merasakan sebuah pelukan dalam tubuhku.

"Maaf."

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang